Penghapus Dosa Dari As-Sunnah as-Shahiihah (11) Shalat Lima Waktu

Dengannya dosa-dosa dihapus dan dicuci, dengannya derajat-derajat ditinggikan, dan dengannya kebaikan-kebaikan ditulis.

 

30-1. Dari Jabir radhiyallaahu ‘anhu, dia berkata, ‘Rasulullah ﷺ bersabda,

 

«مَثَلُ الصَّلَوَاتِ الْخَمْسِ كَمَثَلِ نَهَرٍ جَارٍ غَمْرٍ عَلَى بَابِ أَحَدِكُمْ يَغْتَسِلُ مِنْهُ كُلَّ يَوْمٍ خَمْسَ مَرَّاتٍ»

 

“Perumpamaan shalat lima waktu adalah seperti sebuah sungai yang mengalir deras pada pintu salah seorang dari kalian, yang dia mandi darinya lima kali setiap harinya.”([1])

 

31-2. Dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu, bahwa Rasulullah ﷺ bersabda,

 

«الصَّلَوَاتُ الْخَمْسُ، وَالْجُمُعَةُ إِلَى الْجُمُعَةِ، وَرَمَضَانُ إِلَى رَمَضَانَ، مُكَفِّرَاتُ مَا بَيْنَهُنَّ، إِذَا اجْتَنَبَ الْكَبَائِرَ»

 

“Shalat lima waktu, shalat jum’at ke jum’at lain, Ramadhan ke Ramadhan yang lain, adalah penghapus dosa-dosa yang ada di antara mereka, jika menjauhi dosa-dosa besar.”([2])

 

32-3. Dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu, dia berkata, ‘Rasulullah ﷺ bersabda,

 

«مَنْ تَطَهَّرَ فِي بَيْتِهِ، ثُمَّ مَشَى إِلَى بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللهِ لِيَقْضِيَ فَرِيضَةً مِنْ فَرَائِضِ اللهِ، كَانَتْ خَطْوَتَاهُ إِحْدَاهُمَا تَحُطُّ خَطِيئَةً، وَالأُخْرَى تَرْفَعُ دَرَجَةً»

 

“Barangsiapa bersuci di dalam rumahnya, kemudian dia berjalan menuju satu rumah, dari rumah-rumah Allah untuk menunaikan satu kewajiban dari kewajiban-kewajiban (yang diperintahkan oleh) Allah, maka adalah kedua langkahnya, satu dari keduanya akan menghapus kesalahan, dan yang lain akan meninggikan derajat.”([3])

 

33-4. Dan di dalam hadits yang lain,

 

«إِذَا تَوَضَّأَ أَحَدُكُمْ فَأَحْسَنَ الْوُضُوءَ، ثُمَّ خَرَجَ إِلَى الصَّلاَةِ، لَمْ يَرْفَعْ قَدَمَهُ الْيُمْنَى إِلاَّ كَتَبَ اللهُ ﷻ لَهُ حَسَنَةً، وَلَمْ يَضَعْ قَدَمَهُ الْيُسْرَى إِلاَّ حَطَّ اللهُ ﷻ عَنْهُ سَيِّئَةً..»

 

“Jika salah seorang dari kalian berwudhu`, lalu dia memperbagusi wudhu`nya, kemudian dia keluar menuju shalat, maka tidaklah dia mengangkat kaki kanannya melainkan Allah ﷻ tuliskan baginya satu kebaikan, dan tidaklah dia letakkan kaki kirinya melainkan Allah hapus darinya satu keburukan…”([4])

 

34-5. Malaikat akan bershalawat kepada orang yang shalat selagi dia berada di tempat shalatnya; dan dia senantiasa berada di dalam shalat, selagi shalatlah yang menahannya. Berdasarkan hadits Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu, dia berkata, ‘Rasulullah ﷺ bersabda,

 

«صَلاَةُ الرَّجُلِ فِى جَمَاعَةٍ تَزِيدُ عَلَى صَلاَتِهِ فِى بَيْتِهِ وَصَلاَتِهِ فِى سُوقِهِ بِضْعًا وَعِشْرِينَ دَرَجَةً، وَذَلِكَ أَنَّ أَحَدَهُمْ إِذَا تَوَضَّأَ فَأَحْسَنَ الْوُضُوءَ، ثُمَّ أَتَى الْمَسْجِدَ، لاَ يَنْهَزُهُ إِلاَّ الصَّلاَةُ، لاَ يُرِيدُ إِلاَّ الصَّلاَةَ، فَلَمْ يَخْطُ خَطْوَةً إِلاَّ رُفِعَ لَهُ بِهَا دَرَجَةٌ، وَحُطَّ عَنْهُ بِهَا خَطِيئَةٌ، حَتَّى يَدْخُلَ الْمَسْجِدَ، فَإِذَا دَخَلَ الْمَسْجِدَ كَانَ فِى الصَّلاَةِ مَا كَانَتِ الصَّلاَةُ هِيَ تَحْبِسُهُ، وَالْمَلاَئِكَةُ يُصَلُّونَ عَلَى أَحَدِكُمْ مَا دَامَ فِى مَجْلِسِهِ الَّذِى صَلَّى فِيهِ، يَقُولُونَ: اللَّهُمَّ ارْحَمْهُ، اللَّهُمَّ اغْفِرْ لَهُ، اللَّهُمَّ تُبْ عَلَيْهِ، مَا لَمْ يُؤْذِ فِيهِ، مَا لَمْ يُحْدِثْ فِيهِ»

 

“Shalatnya seseorang di dalam berjama’ah akan bertambah (pahalanya) melebihi shalatnya di dalam rumahnya, dan shalatnya di dalam pasarnya dengan (tambahan pahala) dua puluh sekian derajat. Yang demikian itu adalah bahwa salah seorang dari mereka, jika dia berwudhu`, lalu dia perbagusi wudhu`nya kemudian dia mendatangi masjid, tidak ada yang menggerakkannya kecuali shalat, dia tidak menginginkan melainkan shalat, maka tidaklah dia melangkah satu langkah, melainkan akan diangkat untuknya dengan sebab langkah itu satu derajat, dan dihapus darinya dengan langkah itu satu kesalahan hingga ia masuk ke dalam masjid. Maka jika dia telah memasuki masjid, dia berada di dalam shalat selangi shalatlah yang menahannya. Sementara para malaikat bershalawat kepada salah seorang dari kalian selagi dia berada di tempat duduknya yang dia telah shalat di dalamnya. Mereka berkata, ‘Ya Allah, rahmatilah dia, ya Allah, ampunilah dia, ya Allah, terimalah taubatnya.’ Selagi dia tidak mengganggu di dalamnya, dan selagi dia tidak berhadats.”([5])

 

35-2. Menunggu shalat adalah ribaath di jalan Allah. Berdasarkan hadits Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu, bahwa Rasulullah ﷺ bersabda,

 

«أَلاَ أَدُلُّكُمْ عَلَى مَا يَمْحُو اللهُ بِهِ الْخَطَايَا، وَيَرْفَعُ بِهِ الدَّرَجَاتِ؟» قَالُوا: بَلَى يَا رَسُولَ اللهِ، قَالَ: «إِسْبَاغُ الْوُضُوءِ عَلَى الْمَكَارِهِ، وَكَثْرَةُ الْخُطَا إِلَى الْمَسَاجِدِ، وَانْتِظَارُ الصَّلاَةِ بَعْدَ الصَّلاَةِ، فَذَلِكُمُ الرِّبَاطُ»

 

“Maukah kalian kutunjukkan perkara yang dengannya Allah akan menghapus kesalahan-kesalahan, dan dengannya derajat-derajat itu ditinggikan?’ Mereka menjawab, ‘Ya, wahai Rasulullah.’ Beliau bersabda, ‘Menyempurnakan wudhu` pada waktu yang tidak disukai; memperbanyak langkah menuju masjid-masjid; dan menunggu shalat setelah shalat, maka itulah ribath.”([6])

 

36-7. Pahala orang yang keluar menuju shalat berjama’ah seperti pahala orang yang berhaji lagi berihram. Berdasarkan hadits Abu Umamah radhiyallaahu ‘anhu, bahwa Rasulullah ﷺ bersabda,

 

«مَنْ خَرَجَ مِنْ بَيْتِهِ مُتَطَهِّرًا إِلَى صَلاَةٍ مَكْتُوبَةٍ، فَأَجْرُهُ كَأَجْرِ الْحَاجِّ الْمُحْرِمِ، وَمَنْ خَرَجَ إِلَى تَسْبِيحِ الضُّحَى لاَ يُنْصِبُهُ إِلاَّ إِيَّاهُ، فَأَجْرُهُ كَأَجْرِ الْمُعْتَمِرِ، وَصَلاَةٌ عَلَى أَثَرِ صَلاَةٍ لاَ لَغْوَ بَيْنَهُمَا كِتَابٌ فِي عِلِّيِّينَ»

 

“Barangsiapa keluar dari rumahnya dalam keadaan sudah bersuci menuju shalat fardhu; maka pahalanya adalah seperti pahala orang yang sedang berhaji lagi berihram. Dan barangsiapa keluar menuju shalat sunnah dhuha([7]), tidak ada yang membuatnya letih([8]) melainkan menuju shalat dhuha, maka pahalanya seperti pahala orang yang berumrah. Sementara satu shalat selepas shalat lain yang tidak ada  kesia-siaan diantara keduanya adalah sebuah kitab di ‘illiyyiin.”([9])

 

37-8. Jika berwudhu`, lalu keluar menuju shalat, maka ia berada di dalam shalat hingga dia pulang; dan ditulis baginya pulang perginya. Berdasarkan hadits Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu, dia berkata, ‘Rasulullah ﷺ bersabda,

 

«إِذَا تَوَضَّأَ أَحَدُكُمْ فِي بَيْتِهِ، ثُمَّ أَتَى الْمَسْجِدَ، كَانَ فِي صَلاَةٍ حَتَّى يَرْجِعَ، فَلاَ يَقُلْ هَكَذَا»

 

“Jika salah dari kalian berwudhu` di dalam rumahnya, kemudian dia mendatangi masjid, maka dia berada di dalam shalat hingga dia kembali, maka janganlah dia melakukan seperti ini.” lalu beliau merekatkan jari-jemari (tangan) beliau.”([10])

 

38-9. Dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu, dari Nabi ﷺ, beliau bersabda,

 

«مِنْ حِينِ يَخْرُجُ أَحَدُكُمْ مِنْ مَنْزِلِهِ إِلَى مَسْجِدِي، فَرِجْلٌ تَكْتُبُ لَهُ حَسَنَةً، وَرِجْلٌ تَحُطُّ عَنْهُ سَيِّئَةً حَتَّى يَرْجِعَ»

 

“Dari sejak salah seorang dari kalian keluar dari rumahnya menuju masjidku, maka satu kaki ditulis baginya satu kebaikan, dan satu kaki lainnya dihapus darinya satu keburukan hingga dia pulang.”([11])

 

(Diambil dari kitab Mukaffiraatu adz-Dzunuubi wal Khathaayaa Wa Asbaabul Maghfirati Minal Kitaabi Was Sunnah oleh DR. Sa’id bin ‘Aliy bin Wahf al-Qahthaniy, alih bahasa oleh Abu Rofi’ Muhammad Syahri)

_____________________________________

([1]) Muslim, Kitaab al-Masaajid Wa Mawaadhi’ as-Shalaat, Bab Berjalan Menuju Shalat, Dengannya Kesalahan-Kesalahan Dihapus, Dan Dengannya Derajat-Derajat Ditinggikan, 1/463, no. 668.

([2]) Muslim, Kitaab at-Thahaarah, Bab Shalat Lima Waktu, Jum’at Ke Jum’at, Ramadhan Ke Ramadhan Adalah Penghapus-Penghapus Dosa Diantara Mereka Selagi Dosa-Dosa Besar Dijauhi, 1/209, no. 233.

([3]) Muslim, Kitaab al-Masaajid Wa Mawaadhi’ as-Shalaat, Bab Berjalan Menuju Shalat, Dengannya Kesalahan-Kesalahan Dihapus, Dan Dengannya Derajat-Derajat Ditinggikan, 1/462, no. 666.

([4]) Dikeluarkan oleh Abu Dawud, Kitaab as-Shalaat, Bab Riwayat Yang Datang Tentang Petunjuk Dalam Berjalan Menuju Shalat, no. 563; Kitaab as-Shalaat, Bab Berjalan Menuju Shalat, no. 773; al-Baihaqiy 3/69, no. 4790, dishahihkan oleh al-Albaniy di dalam Shahiih Abu Dawud, no. 568, dan Shahiih Ibnu Majah, no. 628.

([5]) Muttafaqun ‘alaih, al-Bukhari, Kitaab al-Buyuu’, Bab Riwayat Yang Disebutkan Tentang Pasar-Pasar, no. 2119; Muslim, Kitaab al-Masaajid Wa Mawaadhi’ as-Shalaat, Bab Keutamaan Shalat Berjama’ah Dan Menunggu Shalat, 1/459, no. 649.

([6]) Muslim, Kitaabu at-Thaharah, Bab Keutamaan Menyempurnakan Wudhu` Pada Waktu Yang Tidak Disukai, no. 251.

([7]) Tasbiih ad-Dhuhaa, yaitu shalat dhuha, dan setiap shalat sunnah, maka ia adalah tasbiih dan subhah. Lihat at-Targhiib wa at-Tarhiib milik al-Mundziri, 1/292.

([8]) Laa yunshibuhu, yaitu tidak membuatnya letih melainkan yang demikian. Dan an-Nashabu adalah at-ta’abu (letih, capek, payah), lihat at-Targhiib wa at-Tarhiib milik al-Mundziri, 2/292.

([9]) Abu Dawud, Kitaab as-Shalaat, Bab Riwayat Yang Datang Tentang Keutamaan Berjalan Menuju Shalat, no. 558, dan dihasankan oleh al-Albaniy di dalam Shahiih Sunan Abi Dawud, 1/111, dan di dalam Shahiih at-Targhiib, 1/127.

([10]) Ibnu Khuzaimah di dalam Shahihnya, 1/229, dan al-Hakim, dan dia menshahihikannya, dan disetujui oleh adz-Dzahabiy, 1/206, dan dishahihkan oleh al-Albaniy di dalam Shahiih at-Targhiib wa at-Tarhiib, 1/118.

([11]) Ibnu Hibban di dalam Shahiihnya, no. 1620, an-Nasa`iy, 2/42, al-Hakim dan dia menshahihkannya dan disetujui oleh adz-Dzahabiy, 1/217, dishahihkan oleh al-Albaniy di dalam Shahiih at-Targhiib, 1/121, dan dia berkata, ‘Ia seperti apa yang keduanya katakan.’ Yaitu al-Hakim dan adz-Dzahabiy. Lihat hadits-hadits lain yang shahih, yang menunjukkan bahwa orang yang bersuci di dalam rumahnya, kemudian dia pergi menuju masjid, maka dia berada di dalam shalat hingga dia pulang kembali ke rumahnya. Shahiih at-Targhiib wa at-Tarhiib, oleh al-Albaniy, 1/121.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *