Penghapus Dosa Dari As-Sunnah as-Shahiihah (1) Kalimat Laa Ilaaha Illallaah

 

Dengannya segala keburukan dihapus, dan derajatpun dinaikkan.

 

1-1. Dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu, bahwa Rasulullah ﷺ bersabda,

 

«مَنْ قَالَ: لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ فِي يَوْمٍ مِائَةَ مَرَّةٍ، كَانَتْ لَهُ عَدْلَ عَشْرِ رِقَابٍ، وَكُتِبَتْ لَهُ مِائَةُ حَسَنَةٍ، وَمُحِيَتْ عَنْهُ مِائَةُ سَيِّئَةٍ، وَكَانَتْ لَهُ حِرْزًا مِنَ الشَّيْطَانِ يَوْمَهُ ذَلِكَ حَتَّى يُمْسِيَ، وَلَمْ يَأْتِ أَحَدٌ بِأَفْضَلَ مِمَّا جَاءَ بِهِ إِلَّا أَحَدٌ عَمِلَ أَكْثَرَ مِنْ ذَلِكَ»

 

“Barangsiapa mengucapkan laa ilaaha illallaahu wahdahuu laa syariika lahu, lahul mulku wa lahul hamdu, wa huwa ‘alaa kulli syai-in qadiir [tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Allah, dengan ke Maha Esaan-Nya, tidak ada sekutu bagi-Nya, bagi-Nya segala kerajaan, dan bagi-Nya segala pujian, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu] sebanyak seratus kali pada setiap hari, maka ada pahala untuknya senilai memerdekakan sepuluh budak, ditulis untuknya seratus kebaikan, dihapus darinya seratus keburukan, dan ada untuknya penjagaan dari syetan pada harinya tersebut, hingga sore hari. Dan tidak ada seorangpun yang datang dengan yang lebih afdhal dari apa yang dia telah datang dengannya, kecuali seseorang yang beramal lebih banyak darinya.”([1])

 

2-2. Dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu, dari Nabi ﷺ, bahwa beliau ﷺ bersabda,

 

مَنْ قَالَ: لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ، وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ، وَلَهُ الْحَمْدُ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ، … عَشْرَ مَرَّاتٍ حِينَ يُصْبِحُ، كُتِبَ لَهُ بِهَا مِائَةُ حَسَنَةٍ، وَمُحِيَ عَنْهُ بِهَا مِائَةُ سَيِّئَةٍ، وَكَانَتْ لَهُ عَدْلَ رَقَبَةٍ، وَحُفِظَ بِهَا يَوْمَئِذٍ حَتَّى يُمْسِيَ، وَمَنْ قَالَ مِثْلَ ذَلِكَ حِينَ يُمْسِي، كَانَ لَهُ مِثْلُ ذَلِكَ

 

“Barangsiapa mengucapkan laa ilaaha illallaahu wahdahuu laa syariika lahu, lahul mulku wa lahul hamdu, wa huwa ‘alaa kulli syai-in qadiir [tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Allah, dengan ke Maha Esaan-Nya, tidak ada sekutu bagi-Nya, bagi-Nya segala kerajaan, dan bagi-Nya segala pujian dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu]… sepuluh kali saat subuh, maka ditulis untuknya seratus kebaikan dengannya, dan dengannya dihapus seratus keburukan darinya, dan ada untuknya pahala senilai memerdekakan seorang budak, dengannya dia dijaga pada hari itu hingga sore. Dan barangsiapa mengucapkan semisal itu saat sore, maka ada pahala untuknya semisal yang demikian.”([2])

 

3-3. Dari ‘Umarah bin Syabiib, bahwa ada seorang laki-laki dari kalangan Anshar bercerita kepadanya, bahwa Rasulullah ﷺ bersabda,

 

مَنْ قَالَ بعدَ المَغْرِبِ أوِ الصُّبْحِ: [لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ، وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ، يُحْيِي وَيُمِيتُ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ]، عَشْرَ مَرَّاتٍ بَعَثَ اللهُ لَهُ مَسْلَحَةً يَحْرُسُونَهُ [مِنَ الشَّيْطَانِ] حَتَّى يُصْبِحَ، وَمِنْ حِينِ يُصْبِحُ حَتَّى يُمْسِي [وَكُتِبَ لَهُ بِهَا عَشْرَ حَسَنَاتٍ مُوجِبَاتٍ، وَمُحِيَ عَنْهُ عَشْرُ سَيِّئَاتٍ مُوبِقَاتٍ، وَكَانَتْ لَهُ كَعَدْلِ عَشْرِ رِقَابٍ مُؤْمِنَاتٍ]

 

“Barangsiapa setelah maghrib atau subuh mengucapkan laa ilaaha illallaahu wahdahuu laa syariika lahu, lahul mulku wa lahul hamdu, yuhyii wa yumiitu, wa huwa ‘alaa kulli syai-in qadiir [tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Allah, dengan ke Maha Esaan-Nya, tidak ada sekutu bagi-Nya, bagi-Nya segala kerajaan, dan bagi-Nya segala pujian, Yang Maha menghidupkan dan mematikan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu] sebanyak sepuluh kali, maka Allah kirimkan baginya maslahah([3]) yang akan menjaga mereka dari syetan hingga pagi, dan dari sejak pagi hingga sore, [dan ditulis baginya dengan bacaan itu sepuluh kebaikan yang mewajibkan, dihapus darinya sepuluh keburukan yang membinasakan, serta ada untuknya pahala yang senilai dengan membebaskan sepuluh budak mukmin.”([4])

 

4-4. Dari Abu ‘Iyaasy, bahwa Rasulullah ﷺ bersabda,

 

مَنْ قَالَ إِذَا أَصْبَحَ: لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ، كَانَ لَهُ عِدْلُ رَقَبَةٍ مِنْ وَلَدِ إِسْمَاعِيلَ، وَكُتِبَ لَهُ عَشْرُ حَسَنَاتٍ، وَحُطَّ عَنْهُ عَشْرُ سَيِّئَاتٍ، وَرُفِعَ لَهُ عَشْرُ دَرَجَاتٍ، وَكَانَ فِى حِرْزٍ مِنَ الشَّيْطَانِ حَتَّى يُمْسِيَ، وَإِنْ قَالَهَا إِذَا أَمْسَى كَانَ لَهُ مِثْلُ ذَلِكَ حَتَّى يُصْبِحَ

 

“Barangsiapa jika subuh dia mengucapkan laa ilaaha illallaahu wahdahuu laa syariika lahu, lahul mulku wa lahul hamdu, wa huwa ‘alaa kulli syai-in qadiir [tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Allah, dengan ke Maha Esaan-Nya, tidak ada sekutu bagi-Nya, bagi-Nya segala kerajaan, dan bagi-Nya segala pujian, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu] maka ada untuknya pahala senilai memerdekakan seorang budak dari keturunan Isma’il, ditulis baginya pahala sepuluh kebaikan, dihapus darinya sepuluh keburukan, diangkat darinya sepuluh derajat, dan dia berada di dalam perlindungan dari syetan hingga sore. Dan jika dia mengucapkannya diwaktu sore, maka ada pahala untuknya semisalnya hingga subuh.”([5])

 

(Diambil dari kitab Mukaffiraatu adz-Dzunuubi wal Khathaayaa Wa Asbaabul Maghfirati Minal Kitaabi Was Sunnah oleh DR. Sa’id bin ‘Aliy bin Wahf al-Qahthaniy, alih bahasa oleh Abu Rofi’ Muhammad Syahri)

_____________________________________

Footnote:

([1]) Dikeluarkan oleh al-Bukhari dalam Kitaab Permulaan Penciptaan, Bab Sifat Iblis dan Bala Tentaranya, no. 3293; Muslim dalam Kitab Dzikir, Do’a, Taubat dan Istighfar, Bab Keutamaan Tahlil, Tasbih, dan Do’a, no. 2691.

([2]) Dikeluarkan oleh Imam Ahmad di dalam Musnadnya (14/336) no. 8719, an-Nasa`iy dalam ‘Amalul Yaumi wallailah, no. 26, Syaikh Ibn Baz telah menghasankan sanadnya, sebagaimana di dalam Tuhfatu al-Akhyaar, hal. 44.

([3]) Al-Maslahah yaitu suatu kaum yang menjaga daerah perbatasan dari musuh; mereka disebut maslahah karena mereka memiliki senjata (silaah), atau bahwa mereka tinggal di mislahah, yaitu celah, dan pos pengamatan. (an-Nihaayah fii ghariibil al-Hadiits wa al-Atsar (2/976), item [سلح].

([4]) Dikeluarkan oleh an-Nasa-iy dalam ‘Amalul Yaumi wallailah no. 577, 578; dalam Sunan an-Nasa`iy al-Kubra, Kitaabu ‘Amalul Yaumi wallailah, bab Orang Yang Membacanya Seratus Kali, no. 9771, dan lafazh dari kedua riwayat tersebut adalah shahih sanadnya, dan kemajhulan seorang sahabat tidak menjadi madharat.

Lihat Shahiih Kitaab al-Adzkaar Li an-Nawaawiy, 1/253, no. 2 44/182, dan ‘Amalul Yaumi wallailah milik an-Nasa`iy, dengan tahqiiq oleh. DR. Faaruq Hamadah, hal. 385.

([5]) Dikeluarkan oleh Abu Dawud di dalam Kitaabul Adab, bab Apa Yang Dibaca Di Waktu Subuh no. 5077; Ibnu Majah dalam Kitaab ad-Du’aa`, bab Apa Yang Dibaca Dalam Do’a Seseorang Jika Masuk Pagi Dan Sore. no. 3867; Ahmad 4/60, dishahihkan oleh al-Albaniy dalam Shahiih at-Targhiib wa at-Tarhiib, 1/270, Shahiih Abi Dawud 3/957, dan Shahiih Ibni Majah 2/331.

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *