Mati Syahid Di Jalan Allah
Akan menghapus segala sesuatu kecuali hutang.
142-1. Dari Sa’id bin Abi Sa’id dari ‘Abdillah bin Abi Qatadah dari Abi Qatadah, bahwa ia pernah mendengarnya menceritakan hadits dari Rasulullah ﷺ, bahwa beliau pernah berdiri di tengah mereka, lalu menyebutkan untuk mereka,
«أَنَّ الْجِهَادَ فِى سَبِيلِ اللهِ وَالإِيمَانَ بِاللهِ أَفْضَلُ الأَعْمَالِ». فَقَامَ رَجُلٌ فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللهِ أَرَأَيْتَ إِنْ قُتِلْتُ فِي سَبِيلِ اللهِ تُكَفَّرُ عَنِّي خَطَايَايَ؟ فَقَالَ لَهُ رَسُولُ اللهِ ﷺ: «نَعَمْ إِنْ قُتِلْتَ فِي سَبِيلِ اللهِ وَأَنْتَ صَابِرٌ مُحْتَسِبٌ مُقْبِلٌ غَيْرُ مُدْبِرٍ». ثُمَّ قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: «كَيْفَ قُلْتَ». قَالَ: أَرَأَيْتَ إِنْ قُتِلْتُ فِي سَبِيلِ اللهِ أَتُكَفَّرُ عَنِّي خَطَايَاي؟ فَقَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: «نَعَمْ وَأَنْتَ صَابِرٌ مُحْتَسِبٌ مُقْبِلٌ غَيْرُ مُدْبِرٍ إِلاَّ الدَّيْنَ فَإِنَّ جِبْرِيلَ عليه السلام قَالَ لِي ذَلِكَ»
“Bahwasanya jihad di jalan Allah dan iman kepada Allah adalah seutama-utamanya amal.” Maka berdirilah seorang laki-laki seraya berkata, ‘Ya Rasulullah, apakah pandangan Anda jika saya terbunuh di jalan Allah, apakah akan terhapus dari saya kesalahan-kesalahan saya?’ Maka Rasulullah ﷺ berkata, ‘Ya, jika Engkau terbunuh di jalan Allah, sementara Engkau bersabar, lagi mencari pahala, menghadap (musuh) tanpa membelakangi (mereka).’ Kemudian Rasulullah ﷺ bersabda, ‘Bagaimana perkataanmu?’ dia menjawab, ‘Apa pandangan Anda jika saya terbunuh di jalan Allah, apakah akan dihapuskan dari saya kesalahan-kesalahan saya?’ Maka Rasulullah ﷺ bersabda, ‘Ya, sementara Engkau bersabar, mencari pahala, menghadap (musuh) tanpa membelakangi (mereka), kecuali hutang, karena sesungguhnya Jibril ‘alaihissalaam telah berkata yang demikian kepadaku.”([1])
143-2. Dari ‘Abdillah bin ‘Amr bin al-‘Ash radhiyallaahu ‘anhu bahwa Nabi ﷺ bersabda,
«الْقَتْلُ فِى سَبِيلِ اللهِ يُكَفِّرُ كُلَّ شَيْءٍ إِلاَّ الدَّيْنَ»
“Perang di jalan Allah, akan menghapus segala dosa kecuali hutang.”([2])
144-3. Dari Abu Sa’id al-Khudriy radhiyallaahu ‘anhu, bahwa Rasulullah ﷺ bersabda,
«يَا أَبَا سَعِيدٍ، مَنْ رَضِيَ بِاللهِ رَبًّا، وَبِالإِسْلاَمِ دِينًا، وَبِمُحَمَّدٍ نَبِيًّا، وَجَبَتْ لَهُ الْجَنَّةُ». فَعَجِبَ لَهَا أَبُو سَعِيدٍ، فَقَالَ: أَعِدْهَا عَلَيَّ يَا رَسُولَ اللهِ، فَفَعَلَ ثُمَّ قَالَ: «وَأُخْرَى يُرْفَعُ بِهَا الْعَبْدُ مِائَةَ دَرَجَةٍ فِي الْجَنَّةِ، مَا بَيْنَ كُلِّ دَرَجَتَيْنِ كَمَا بَيْنَ السَّمَاءِ وَالأَرْضِ». قَالَ وَمَا هِيَ يَا رَسُولَ اللهِ؟ قَالَ: «الْجِهَادُ فِى سَبِيلِ اللهِ الْجِهَادُ فِى سَبِيلِ اللهِ»
“Wahai Abu Sa’id, barangsiapa ridha Allah sebagai Tuhan, Islam sebagai agama, Muhammad sebagai Nabi, maka wajib baginya sorga.” Maka Abu Sa’id takjub kepadanya, lantas berkata, ‘Ulangi hal itu kepada saya ya Rasulullah.’ Maka beliau melakukannya, kemudian beliau bersabda, ‘Dan yang lain, dengannya seorang hamba akan ditinggikan seratus derajatnya di sorga; dimana jarak antara setiap dua derajat adalah sebagaimana jarak antara langit dan bumi.” Dia berkata, ‘Apakah itu wahai Rasulullah?’ Beliau bersabda, ‘Berjihad di jalan Allah, berjihad di jalan Allah.”([3])
145-4. Orang yang mati syahid, akan diampuni untuknya pada awal cipratan darahnya.
Berdasarkan hadits al-Miqdam bin Ma’dikarib al-Kindiy radhiyallaahu ‘anhu, dia berkata, ‘Rasulullah ﷺ bersabda,
«إِنَّ لِلشَّهِيدِ عِنْدَ اللهِ ﷻ قَالَ الْحَكَمُ: سِتَّ خِصَالٍ – أَنْ يُغْفَرَ لَهُ فِي أَوَّلِ دَفْعَةٍ مِنْ دَمِهِ، وَيَرَى – قَالَ الْحَكَمُ: وَيُرَى – مَقْعَدَهُ مِنَ الْجَنَّةِ، وَيُحَلَّى حُلَّةَ الْإِيمَانِ، وَيُزَوَّجَ مِنَ الْحُورِ الْعِينِ، وَيُجَارَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ، وَيَأْمَنَ مِنَ الْفَزَعِ الْأَكْبَرِ – قَالَ الْحَكَمُ: يَوْمَ الْفَزَعِ الْأَكْبَرِ – وَيُوضَعَ عَلَى رَأْسِهِ تَاجُ الْوَقَارِ، الْيَاقُوتَةُ مِنْهُ خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيهَا، وَيُزَوَّجَ اثْنَتَيْنِ وَسَبْعِينَ زَوْجَةً مِنَ الْحُورِ الْعِينِ، وَيُشَفَّعَ فِي سَبْعِينَ إِنْسَانًا مِنْ أَقَارِبِهِ»
“Sesungguhnya bagi orang yang mati syahid di sisi Allah –al-Hakam berkata, ‘Ada enam perkara-; akan diampuni untuknya di awal cipratan darah yang pertama; dan dia akan melihat –al-Hakam berkata, ‘Dan diperlihatkan’ tempat duduknya di sorga; dia akan diberikan perhiasan iman; dinikahkan dengan para bidadari, dibebaskan dari adzab kubur, aman dari keterkejutan yang terbesar –al-Hakam berkata, ‘Pada hari keterkejutan yang terbesar’-; dipasangkan pada kepala mereka mahkota ketenangan, yang yaqut darinya lebih baik dari dunia dan apapun yang ada di dalamnya; dia akan dinikahkan dengan tujuh puluh dua istri dari kalangan bidadari; dan dia diberikan idzin untuk memberikan syafaat kepada tujuh puluh manusia dari kerabat-kerabatnya.”([4])
146-5. Dari Sahl bin Haniif radhiyallaahu ‘anhu, bahwa Nabi ﷺ bersabda,
«مَنْ سَأَلَ اللهَ الشَّهَادَةَ بِصِدْقٍ بَلَّغَهُ اللهُ مَنَازِلَ الشُّهَدَاءِ وَإِنْ مَاتَ عَلَى فِرَاشِهِ»
“Barangsiapa meminta mati syahid kepada Allah dengan jujur, maka Allah akan sampaikan kepadanya kedudukan orang-orang yang mati syahid, sekalipun dia mati di atas pembaringannya.”([5])
(Diambil dari kitab Mukaffiraatu adz-Dzunuubi wal Khathaayaa Wa Asbaabul Maghfirati Minal Kitaabi Was Sunnah oleh DR. Sa’id bin ‘Aliy bin Wahf al-Qahthaniy, alih bahasa oleh Abu Rofi’ Muhammad Syahri)
_____________________________________
Footnote:
([1]) Muslim, Kitaab al-Imaarah, Bab Orang Yang Terbunuh Di Jalan Allah, Kesalahan-Kesalahannya Terhapus Kecuali Hutang, no. 1885.
([2]) Muslim, Kitaab al-Imaarah, Bab Orang Yang Terbunuh Di Jalan Allah, Kesalahan-Kesalahannya Terhapus Kecuali Hutang, no. 1886.
([3]) Muslim, Kitaab al-Imaarah, Bab Apa Yang Disediakan Oleh Allah ﷻ Untuk Orang- Yang Berjihad Di Jalan Allah Berupa Derajat-Derajat Di Sorga, no. 1884.
([4]) Dikeluarkan oleh Ahmad, 28/419, no. 17182; at-Tirmidzi, Kitaab Fadhaa-il al-Jihaad, Bab Tentang Pahala Mati Syahid, no. 1663 dan dia berkata, ‘Hasan Shahiih ghariib.’; Ibnu Majah, Kitaab al-Jihaad, Bab Keutamaan Mati Syahid Di Jalan Allah, no. 2799; ‘Abdurrazzaq, 5/265, no. 9559; al-Baihaqiy dalam Syu’abu al-Iimaan, 4/25, no. 4254; ‘Abdurrazzaq, 5/265, no. 9559; al-Bazzaar, no. 2715; dishahihkan oleh al-Albaniy dalam Silsilah al-Ahaadiits as-Shahiihah, no. 3213.
([5]) Muslim, Kitaab al-Imaarah, Bab Disunnahkannya Meminta Mati Syahid Di Jalan Allah ﷻ, no. 1909.