Dari ‘Uqbah bin ‘Aamir radhiyallaahu ‘anhu, dia berkata bahwa Rasulullah ﷺ bersabda,

 

«مَا مِنْ أَحَدٍ يَتَوَضَّأُ فَيُحْسِنُ وُضُوءَهُ، وَيُصَلِّي رَكْعَتَيْنِ، يُقْبِلُ بِقَلْبِهِ وَوَجْهِهِ عَلَيْهِمَا، إِلَّا وَجَبَتْ لَهُ الْجَنَّةُ»

 

“Tidak ada seorangpun yang berwudhu’, kemudian memperbaiki wudhu’nya, lalu dia shalat dua rakaat, menghadapkan hati dan wajahnya atas keduanya, kecuali wajib baginya (masuk) Sorga.” ⁽[1]⁾

 

Dari Zaid bin Khalid al-Juhaniy radhiyallaahu ‘anhu, bahwasannya Rasulullah ﷺ bersabda,

 

«مَنْ تَوَضَّأَ فَأَحْسَنَ الْوُضُوْءَ، ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ، لَا يَسْهُو فِيْهِمَا؛ غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ»

 

“Barangsiapa yang berwudhu’ kemudian memperbaiki wudhu’nya, lalu shalat dua rkaat yang dia tidak lalai di dalam keduanya, maka diampunilah apa yang telah berlalu dari dosanya.” ⁽[2]⁾

 

Dari Humran maula ‘Utsman bin ‘Affan radhiyallaahu ‘anhu, bahwa dia melihat ‘Utsman bin ‘Affan radhiyallaahu ‘anhu meminta air wudhu’, kemudian dia menuangkannya di atas kedua tangannya dari wadahnya. Ia mencuci kedua tangannya tiga kali, kemudian memasukkan tangan kanannya pada (tempat) air wudhu’nya lalu berkumur, istinsyaq (menghirup air ke lobang hidung), istinsyar (menyemprotkan air yang tadi dihirup dari hidung). Kemudian dia membasuh wajahnya tiga kali, kedua tangannya sampai siku tiga kali, mengusap kepalanya, membasuh kedua kakinya. Lalu ia berkata, ‘Aku melihat Rasulullah ﷺ berwudhu’ seperti wudhu’ku ini kemudian beliau bersabda,

 

«مَنْ تَوَضَّأَ نَحْوَ وُضُوئِي هَذَا، ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ لاَ يُحَدِّثُ فِيهِمَا نَفْسَهُ، غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ»

 

“Barangsiapa berwudhu’ sseperti wudhu’ku ini, keudian dia shalat dua rakaat, yang dia tidak berbicara dengan jiwanya (tentang urusan dunia) di dalamnya, maka diampunilah dosanya yang telah lalu.” ^([3])

 

Dari Abu ad-Darda’ radhiyallaahu ‘anhu dia berkata, ‘Aku mendengar Rasulullah ﷺ bersabda,

 

«مَنْ تَوَضَّأَ فَأَحْسَنَ الْوُضُوءَ، ثُمَّ قَامَ فَصَلَّى رَكْعَتَيْنِ، أَوْ أَرْبَعًا – يَشُكُّ سَهْلٌ – يُحْسِنُ فِيهِمَا الذِّكْرَ ، وَالْخُشُوعَ، ثُمَّ اسْتَغْفَرَ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ غُفِرَ لَهُ»

 

“Barangsiapa yang berwudhu’ kemudian memperbaiki wudhunya kemudian berdiri shalat dua rkaat atau empat rakaat –Sahl ragu-ragu- kemudian dia memperbaiki dzikir dan khusyu’ di dalamnya, kemudian beristighfar (mohon ampun) kepada Allah, maka diampunkanlah untuknya (dosa-dosanya).” ⁽[4]⁾

 

Dan pada akhir hadits ‘Amr bin ‘Abasah radhiyallaahu ‘anhu,

 

«… فَإِنْ هُوَ قَامَ فَصَلَّى، فَحَمِدَ اللهَ وَأَثْنَى عَلَيْهِ وَمَجَّدَهُ بِالَّذِي هُوَ لَهُ أَهْلٌ، وَفَرَّغَ قَلْبَهُ لِلهِ، إِلَّا انْصَرَفَ مِنْ خَطِيئَتِهِ كَهَيْئَتِهِ يَوْمَ وَلَدَتْهُ أُمُّهُ»

 

“… maka jika dia berdiri lalu shalat, kemudian dia memuji dan menyanjung Allah dengan pujian yang Dia berhak untuk mendapatkan-Nya, dan mencurahkan segenap hatinya kepada Allah ﷻ, melainkan dia keluar dari kesalahan-kesalahannya seperti keadaan hari dia dilahirkan oleh ibunya.” ⁽[5]⁾

 

Dari Jabir radhiyallaahu ‘anhu, dia berkata, ‘Aku pernah bertanya kepada Nabi ﷺ tentang membersihkan kerikil dalam shalat.” Maka beliau ﷺ bersabda,

 

«وَاحِدَةٌ، وَلِأَنْ تُمْسِكَ عَنْهَا خَيْرٌ لَكَ مِنْ مِائَةِ نَاقَةٍ كُلُّهَا سُودُ الْحَدَقِ»

 

“Sekali saja, dan seandainya engkau menahan darinya, maka itu lebih baik bagimu daripada seratus ekor onta yang berbiji mata hitam.” ^([6])

 

(Dialih bahasakan oleh Muhammad Syahri dari kitab as-Shalaat Wa Atsaruhaa Fi Ziyaadatil Iimaan Wa Tahdziibin Nafsi, Syaikh Husain al-‘Awayisyah)

_____________________

Footnote:

^([1]) HR. Muslim

^([2]) Dari Shahiih at-Targhiib wa at-Tarhiib (223)

^([3]) HR. Al-Bukhari Muslim, dan selain keduanya.

^([4]) HR. Ahmad dengan sanad hasan, sebagaimana terdapat dalam Shahiih at-Targhiib wa at-Tarhiib (225)

^([5]) HR. Muslim, dan lihatlah Shahiih at-targhiib wa at-Tarhiib (392)

^([6]) HR. Ibnu Khuzaimah dalam Shahiihnya, hadits dari Shahiih At-Targhiib Wa At-Tarhiib (558)