9- Musafir Tidak Wajib Sholat Jum’at
Oleh: Muslim al-Atsari
HADITS TAMIM AD-DARIY radhiyallaahu ‘anhu
عَنْ تَمِيمٍ الدَّارِيِّ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «الْجُمُعَةُ وَاجِبَةٌ، إِلَّا عَلَى امْرَأَةٍ، أَوْ صَبِيٍّ، أَوْ مَرِيضٍ، أَوْ عَبْدٍ، أَوْ مُسَافِرٍ»
Dari Tamim Ad-Dariy radhiyallaahu ‘anhu, dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda: “(Sholat) Jum’at itu wajib, kecuali bagi wanita, anak-anak, orang yang sakit, budak dan musafir”.([1])
HADITS JABIR radhiyallaahu ‘anhu
عَنْ جَابِرٍ، أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَعَلَيْهِ الْجُمُعَةُ يَوْمَ الْجُمُعَةِ إِلَّا مَرِيضٌ أَوْ مُسَافِرٌ أَوِ امْرَأَةٌ أَوْ صَبِيُّ أَوْ مَمْلُوكٌ، فَمَنِ اسْتَغْنَى بِلَهْوٍ أَوْ تِجَارَةٍ اسْتَغْنَى اللهُ عَنْهُ وَاللهُ غَنِيُّ حُمَيْدٌ»
Dari Jabir radhiyallaahu ‘anhu, bahwa Rosululloh shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa beriman kepada Alloh dan Hari Akhir, maka dia wajib (sholat) Jum’at pada hari Jum’at, kecuali bagi orang yang sakit, musafir, wanita, anak-anak atau budak.
Barangsiapa merasa cukup (tidak membutuhkan sholat jum’at) dengan sebab permainan atau perdagangan, Alloh tidak membutuhkannya. Dan Alloh Maha Kaya lagi Maha terpuji”.([2])
HADITS IBNU UMAR radhiyallaahu ‘anhuma
عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «لَيْسَ عَلَى مُسَافِرٍ جُمُعَةٌ»
“Musafir tidak wajib (sholat) Jum’at”.([3])
HADITS JABIR radhiyallaahu ‘anhu
عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللهِ :…ثُمَّ أَذَّنَ ثُمَّ أَقَامَ فَصَلَّى الظُّهْرَ ثُمَّ أَقَامَ فَصَلَّى الْعَصْرَ وَلَمْ يُصَلِّ بَيْنَهُمَا شَيْئًا ثُمَّ رَكِبَ رَسُولُ اللهِ -صلى الله عليه وسلم- حَتَّى أَتَى الْمَوْقِفَ
Dari Jabir bin Abdillah radhiyallaahu ‘anhu, dia berkata (di dalam hadits haji yang panjang pada hari Jum’at menjelang wukuf di Arofah): “Kemudian Bilal mengumandangkan adzan, lalu iqomat, lalu Rosululloh shallallaahu ‘alaihi wa sallam melaksanakan sholat zhuhur.
Kemudian Bilal radhiyallaahu ‘anhu mengumandangkan iqomat, lalu Rosululloh shallallaahu ‘alaihi wa sallam melaksanakan sholat ashar. Beliau tidak melaksanakan sholat antara keduanya. Kemudian Rosululloh shallallaahu ‘alaihi wa sallam menunggang (onta) sampai datang di tempat wukuf (Arofah)”.([4])
KETERANGAN:
Semua hadits–hadits menunjukkan bahwa musafir (orang yang pergi ke luar kota) tidak wajib sholat jum’at. Walaupun sebagian sanadnya lemah, namun saling menguatkan sehingga menjadi kuat.
FAWAID HADITS:
Ada beberapa faedah yang bisa kita ambil dari hadits ini, antara lain:
1- Sholat Jum’at wajib bagi setiap muslim, kecuali orang-orang yang diberi keringanan.
2- Musafir (orang yang pergi ke luar kota) tidak wajib sholat jum’at, namun jika mengikuti sholat jum’at, sah sholatnya.
3- Pada waktu haji wada’ tanggal 9 Dzulhijjah tahun 10 H, di hari jum’at, Rosululloh shallallaahu ‘alaihi wa sallam melaksanakan sholat jama’ zhuhur dengan ashar, dan tidak melaksanakan sholat Jum’at.
4- Disyari’atkan sholat jama’ dan qoshor di dalam safar (perjalanan luar kota), dan cukup satu adzan dengan dua iqomat, serta tidak melakukan sholat sunnah rowatib.
5- Bantahan kepada orang yang beranggapan di hari Jum’at tidak ada sholat zhuhur.
6- Ibadah adalah kebutuhan hamba untuk kebaikannya di dunia dan di akhirat, bukan kebutuhan Alloh ﷻ.
7- Jangan melalaikan ibadah hanya karena permainan atau perdagangan.
8- Alloh Maha Kaya lagi Maha terpuji Alloh tidak membutuhkan makhluk-Nya.
Inilah sedikit penjelasan tentang hadits–hadits yang agung ini. Semoga Alloh ﷻ selalu memudahkan kita untuk melaksanakan ketaatan dan menjauhi kemaksiatan. Dan selalu membimbing kita di atas jalan kebenaran menuju sorga-Nya yang penuh kebaikan.([5])
________________
Footnote:
([1]) HR. Ath-Thobroniy di dalam Al-Mu’jamul Kabir, no. 1257; Al-Baihaqi di dalam As-Sunan Al-Kubro, no. 5633. Sanadnya sangat lemah, sebab ada beberapa perowi yang lemah. Lihat: Irwaul Gholil, no. 592
([2]) HR. Ad-Daruquthniy di dalam As-Sunan, no. 1576; dll. Al-Baihaqi di dalam As-Sunan Al-Kubro, no. 5633. Sanadnya juga lemah. Lihat: Irwaul Gholil, no. 592
([3]) HR. Ad-Daruquthniy di dalam As-Sunan, no. 1582; Ath-Thobroniy di dalam Al-Mu’jamul Ausath, no. 818. Sanadnya lemah, tetapi haditsnya shohih, sebab dikuatkan riwayat-riwayat lain. Lihat: Irwaul Gholil, no. 594
([5]) Sragen, Bakda Ashar, Selasa, 13-Shofar-1443 H / 21-September-2021