Mereka Yang Dirahmati (8) Mereka Yang Bersabar ٍٍSaat Tertimpa Berbagai Musibah

 

Allah azza wa jalla berfirman:

 

وَلَنَبلُوَنَّكُم بِشَيءٍ مِّنَ ٱلخَوفِ وَٱلجُوعِ وَنَقصٍ مِّنَ ٱلأَموَٰلِ وَٱلأَنفُسِ وَٱلثَّمَرَٰتِ وَبَشِّرِ ٱلصَّٰبِرِينَ  ١٥٥ ٱلَّذِينَ إِذَآ أَصَٰبَتهُم مُّصِيبَةٌ قَالُوٓاْ إِنَّا لِلهِ وَإِنَّآ إِلَيهِ رَٰجِعُونَ  ١٥٦ أُوْلَٰٓئِكَ عَلَيهِم صَلَوَٰتٌ مِّن رَّبِّهِم وَرَحمَةٌ وَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلمُهتَدُونَ  ١٥٧

 

“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (Yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun”. Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. Al-Baqarah: 155-157)

 

Al-‘Allamah as-Si’diy rahimahullah berkata([1]):

 

Allah subhaanahu wata’aalaa memberitakan bahwa hamba-hamba-Nya harus diuji dengan ujian-ujian, agar menjadi jelas mana jujur dari yang berdusta, mana yang berkeluh kesah dan mana yang sabar. Dan ini adalah sunnah-Nya subhaanahu wata’aalaa pada diri hamba-hamba-Nya. Dikarenakan kesenangan, seandainya terus menerus dimiliki oleh orang-orang yang beriman, dan tidak dirasakan adanya satu ujian bersamanya, maka pastilah terjadi kekacauan yang itu adalah kerusakan. Dan hikmah Allah menghendaki adanya pembedaan antara orang-orang yang gemar melakukan kebaikan dengan orang-orang yang gemar melakukan keburukan. Tidak ada penghilangan keimanan yang ada bersama dengan orang-orang beirman, dan tidaklah untuk menolak mereka dari agama mereka. Maka Allah tidak akan menyia-nyiakan keimanan orang-orang mukmin.

 

Maka Allah memberitakan di dalam ayat ini bahwa hamba-hamba-Nya akan diuji [بِشَيۡءٖ مِّنَ ٱلۡخَوۡفِ] dengan sedikit ketakutankepada para musuh [وَٱلۡجُوعِ] dan kelaparanyaitu dengan sesuatu yang ringa dari keduanya; dikarenakan seandainya Allah menguji mereka dengan rasa takut secara keseluruhan, atau kelaparan secara keseluruhan, maka pastilah mereka akan binasa. Maka ujian itu akan menguji, dan bukan membinasakan.

 

[وَنَقۡصٖ مِّنَ ٱلۡأَمۡوَٰلِ] dan kekurangan hartadan ini mencaku segala kekurangan yang menimpa harta berupa bencana-bencana langit, tenggelam, hilang, perampasan dari penguasa-penguasa yang zhalim, perampok dan selainnya.

 

[وَٱلۡأَنفُسِ] Dan jiwayaitu perginya orang-orang yang dicintai; dari kalangan anak-anak, kerabat sahabat atau dari bermacam-macam penyakit yang ada pada tubuh seorang hamba  atau pada tubuh orang yang dia cintai.

 

[وَٱلثَّمَرَٰتِۗ] Dan buah-buahanyaitu (rusaknya) biji-bijian, buah korma, pepohonan semuanya, dan sayur mayur karena sebab salju, kebakaran, penyakit, atau karena belalang dan semacamnya.

 

Maka perkara-perkara ini haruslah terjadi, dikarenak Allah Yang Maha Mengetahui telah memberitakannya. Maka terjadilah sebagaimana yang telah Dia beritakan. Maka jika musibah itu terjadi, manusia terbagi menjadi dua bagian; mereka yang gelisah berkeluh kesah, dan mereka yang bersabar. Orang yang gelisah berkeluh kesah tertimpa dua musibah; kehilangan yang dicintai yang ia adalah wujudnya musibah ini, dan kehilangan yang lebih besar daripada itu yaitu pahala dengan sebab menjalankan perintah Allah dengan kesabaran. Maka diapun memperoleh balasan dengan kerugian dan kehilangan, dan berkuranglah keimanan yang ada bersamanya, diapun kehilangan kesabaran, ridha dan syukur. Maka teraihlah kemurkaan untuknya yang mana hal itu menunjukkan akan berkurangnya keimanannya dengan teramat sangat.

 

Adapun orang yang Allah berikan taufik kepadanya untuk bersabar saat adanya musibah-musibah ini, lalu dia menahan jiwanya dari berkeluh kesah, baik secara perkataan maupun perbuatan, seraya berharap pahala di sisi Allah, dan dia mengetahui bahwa pahala yang akan dia raih dengan sebab kesabarannya adalah lebih besar daripada musibah yang menimpanya, bahkan musibah itu pada hakikatnya menjadi nikmat baginya karena ia menjadi satu jalan  untuk mendapatkan yang lebih baik baginya, dan lebih bermanfaat darinya, maka sungguh dia telah menjalan perintah Allah, dan beruntung dengan pahala.

 

Oleh karenanya Allah subhaanahu wata’aalaa berfirman [وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ] “dan beritakanlah berita gembira bagi orang-orang yang bersabar”, yaitu beritakanlah berita gembira kepada mereka bahwa mereka, akan disempurnakan pahala mereka tanpa ada hisab (hitungan)nya.

 

Maka orang-orang yang bersabar, mereka adalah orang-orang yang beruntung dengan berita gembira yang agung, dan anugerah yang sangat berharga, kemudian Allah mensifati mereka dengan firman-Nya [الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ] “yaitu orang-orang banyak yang jika suatu musibah menimpa mereka”, yaitu segala sesuatu yang menyakiti hati atau badan, atau keduanya dari perkara yang telah berlalu penyebutannya.

 

[قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ] “Mereka berkata, ‘Sesungguhnya kami adalah milik Allah…’ yaitu orang-orang yang menjadi milik Allah, terpelihara di bawah perintah-Nya dan pengaturan-Nya, kami tidak memiliki sesuatupun dari jiwa-jiwa dan harta-harta kami. Maka jika Dia menguji kami dengan sesuatupun darinya, maka sungguh Dzat yang paling pemurah tengah berbuat pada hamba-hamba-Nya dan harta mereka. Maka tidak ada protes keberatan atas-Nya, bahkan termasuk kesempurnaan penghambaan seorang hamba adalah pengetahuannya bahwa terjadinya segala musibah adalah dari Yang Maha Memiliki Lagi Maha Bijaksana, yang lebih sayang kepada hamba-Nya daripada hamba itu kepada dirinya sendiri. Maka yang demikian mewajibkan keridhaan kepada Allah, bersyukur kepada-Nya atas pengaturan-Nya, karena yang demikian lebih baik bagi hamba-Nya sekalipun hamba itu tidak merasakannya. Maka kendatipun kita adalah milik Allah, yang kita akan kembali kepada-Nya pada hari kiamat, maka Dia akan membalas setiap orang yang beramal dengan sebab amalnya. Jika kita bersabar, dan berharap pahala, maka kita kita akan mendapati pahala kita berlimpah sempurna di sisi-Nya; dan jika kita berkeluh kesah tidak terima dan marah, maka tidak ada bagian kita kecuali kemurkaan Allah dan kehilangan pahala. Maka keberadaan seorang hamba sebagai milik Allah, dan akan kembali kepada-Nya adalah termasuk sekuat-kuatnya sebab kesabaran.

 

[أُولَئِكَ] “Merekalah” orang-orang yang disifati dengan kesabaran yang telah disebut [عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ] “bagi mereka shalawat dari Rabb mereka” yaitu pujian dan isyarat akan kondisi mereka [وَرَحْمَةٌ] “dan rahmat” yang agung; dan termasuk bagian dari rahmat-Nya kepada mereka adalah memberikan taufik kepada mereka untuk bersabar yang dengannya mereka meraih kesempurnaan pahala.

 

[وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ] “dan merekalah orang-orang yang mendapatkan hidayah” yaitu orang-orang yang mengenali kebenaran; dan Dia pada situasi ini, telah mengajari mereka bahwa mereka adalah milik Allah, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya lalu mereka beramal dengannya, yaitu kesabaran mereka kepada Allah.

 

Dan ayat ini menunjukkan bahwa orang yang tidak bersabar, maka dia akan mendapatkan kebalikannya. Dia akan mendapatkan celaan dari Allah, hukuman, kesesatan dan kerugian. Maka betapa besarnya perbedaan di antara dua kelompok tersebut, betapa sedikitnya susah payahnya orang-orang yang bersabar dan betapa besarnya kesukaran orang-orang yang berkeluh kesah.

 

Maka sungguh kedua ayat ini mencakup penempatan jiwa di atas musibah-musiah sebelum terjadinya, agar menjadi ringan dan mudah jika terjadi. Sekaligus penjelasan dengan apa dia harus menyambutnya jika terjadi, yaitu dengan kesabaran. Dan penjelasan perkara yang bisa membantu untuk bersabar, pahala apa yang diperuntukkan bagi orang yang bersabar. Dan kondisi orang yang tidak sabar bisa diketahui dengan lawan dari kondisi orang yang bersabar. Dan bahwasannya bala` dan ujian ini adalah sunnatullah (ketetapan Allah) yang telah berlalu dan Anda tidak akan bisa menemukan penggantian pagi sunnatullah. Dan penjelasan bermacam-macam musibah.

 

Amiirul Mukminiin ‘Umar bin al-Khaththab radhiyallaahu ‘anhu berkata:

 

نِعْمَ الْعَدْلَانِ وَنِعْمَتِ الْعِلَاوَةُ { أُولَئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ } فَهَذَانِ الْعَدْلَانِ { وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ } فَهَذِهِ الْعِلَاوَةُ، وَهِيَ مَا تُوْضَعُ بَيْنَ الْعَدْلَيْنِ، وَهِيَ زِيَادَةٌ فِيْ الْحَمْلِ وَكَذَلِكَ هَؤُلَاءِ، أُعْطُوا ثَوَابَهُمْ وَزِيْدُوا أَيْضًا

 

“Sebaik-baiknya dua pembalasan, dan sebaik-baiknya bonus. “Merekalah orang-orang yang shalawat dan rahmat dari Tuhan mereka tercurah kepada mereka” maka dua hal ini adalah dua keadilan. “Dan merekalah orang-orang yang mendapatkan petunjuk” maka ini adalah bonus; yaitu apa yang diletakkan di  antara dua keadilan yaitu tambahan beban. Dan demikian juga mereka; diberikan kepada mereka pahala-pahala mereka, dan diberikan tambahan juga. ([2])

 

(30 Sababn Li Tanaali Rahmatillaahi Ta’aalaa, Abu Abdirrahman Sulthan ‘Aliy, alih bahasa Muhammad Syahri)

________________________________________

([1]) Tafsir as-Si’diy hal. 76

([2]) Tafisr Ibni Katsir (jilid 1 hal. 468)

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *