Mereka Yang Dirahmati (17) Mereka Yang Merahmati Makhluk Allah

 

Dari Usamah bin Zaid radhiyallaahu ‘anhu, dia berkata, “Putri Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam mengirimkan utusan kepada beliau seraya memberikan kabar bahwa putraku telah wafat, maka datangilah kami. Lalu Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam mengirimkan utusan seraya menyampaikan salam dan bersabda:

 

« إِنَّ لِلهِ مَا أَخَذَ وَلَهُ مَا أَعْطَى وَكُلٌّ عِنْدَهُ بِأَجَلٍ مُسَمًّى ، فَلْتَصْبِرْ وَلْتَحْتَسِبْ »

 

“Sesungguhnya milik Allah yang telah Dia ambil, dan milik-Nya apa yang telah Dia berikan, dan semua di sisi-Nya ada dengan ajal yang telah ditetapkan, maka bersabarlah, dan berharaplah pahala.”

 

Kemudian putri beliau mengirimkan utusan kepada beliau seraya bersumpah atas beliau agar beliau benar-benar mendatanginya. Lalu berdirilah beliau, dan bersama beliau ada Sa’d bin ‘Ubadah, Mu’adz bin Jabal, Ubay bin Ka’b, Zaid bin Tsabit dan beberapa kaum lelaki. Lalu diangkatlah bayi kecil itu kepada beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam, sementara nafasnya tersengal-sengal -dia berkata, ‘Saya mengira bahwa dia berkata, – seakan-akan ia adalah kantong air yang sudah usang. Makan mengalir air mati dari kedua mata beliau. Lalu Sa’d berkata, “Ya Rasulullah, apakah ini?” maka beliau bersabda,

 

« هَذِهِ رَحْمَةٌ جَعَلَهَا اللهُ فِى قُلُوبِ عِبَادِهِ ، وَإِنَّمَا يَرْحَمُ اللهُ مِنْ عِبَادِهِ الرُّحَمَاءَ »

 

“Ini adalah rahmat, Allah telah menjadikannya di dalam hati-hati para hamba-Nya, Allah hanya akan merahmati hamba-hamba-Nya yang penyayang.” ([1])

 

Dan dari Jariir bin ‘Abdillah radhiyallaahu ‘anhu, dia berkata, ‘Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

 

« لاَ يَرْحَمُ اللهُ مَنْ لاَ يَرْحَمُ النَّاسَ »

 

“Allah tidak akan merahmati orang yang tidak menyayangi manusia.”

 

Dari ‘Abdullah bin ‘Amr radhiyallaahu ‘anhu, dia berkata, ‘Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

 

« الرَّاحِمُونَ يَرْحَمُهُمُ الرَّحْمَنُ ارْحَمُوا مَنْ فِى الأَرْضِ يَرْحَمْكُمْ مَنْ فِى السَّمَاءِ »

 

“Orang-orang yang penyayang adalah orang-orang yang disayangi oleh Dzat Yang Maha Penyayang; maka sayangilah yang ada di bumi, maka Dzat yang ada dilangit akan merahmati kalian.” ([2])

 

Dari Anas radhiyallaahu ‘anhu, dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,

 

« وَالَّذِيْ نَفْسِيْ بِيَدِهِ لَا يَضَعُ اللهُ رَحْمَتَهُ إِلَّا عَلَى رَحِيْمٍ» قَالُوا : يَا رَسُوْلَ اللهِ كُلُّنَا يَرْحَمُ قَالَ : «لَيْسَ بِرَحْمَةِ أَحَدِكُمْ صَاحِبَهُ يَرْحَمُ النَّاسَ كَافَّةً »

 

“Demi Dzat yang jiwaku ada pada tangan-Nya, tidaklah Allah meletakkan rahmatnya melainkan kepada orang yang penyayang.” Maka mereka berkata, “Ya Rasulullah, setiap kita menyayangi.” Maka beliau bersabda, “Bukanlah dengan kasih sayang salah seorang dari kalian kepada sahabatnya, (akan tetapi dengan) menyayangi seluruh manusia semuanya.” ([3])

 

Dan dari ‘Abdullah bin ‘Amr radhiyallaahu ‘anhu, dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bahwa beliau bersabda di atas mimbar:

 

« ارْحَمُوا تُرْحَمُوا وَاغْفِرُوا يَغْفِرِ اللهُ لَكُمْ وَيْلٌ لأَقْمَاعِ الْقَوْلِ وَيْلٌ لِلْمُصِرِّينَ الَّذِينَ يُصِرُّونَ عَلَى مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ »

 

“Sayangilah, kalian akan disayangi, dan maafkanlah, maka Allah akan mengampuni kalian, kecelakaan bagi corong-corong ucapan, dan kecelakaan bagi orang-orang yang terus menerus melakukan dosa yang dia lakukan sementara mereka mengetahui (kesalahan tersebut).” ([4])

 

Al-Munawi rahimahullah berkata([5]): [ارْحَمُوا تُرْحَمُوا] “Sayangilah, maka kalian akan disayangi”, dikarenakan rahmat (kasih sayang) adalah bagian dari sifat-sifat Allah al-Haqq, yang dengannya Allah meliputi hamba-hamba-Nya, maka oleh karenanya sifat rahmat itu menjadi tanda yang dengannya manusia bersifat. Maka as-Syari’ (Sang Pembuat Syari’at) mendorong kepadanya pada segala sesuatu hingga dalam memerangi orang-orang kafir, menyembelih, menegakkan hujjah dan selainnya.

 

[وَاغْفِرُوا يَغْفِرِ اللهُ لَكُمْ] “Dan ampunilah, maka Allah akan mengampuni kalian” dikarenakan beliau subhaanahu wata’aalaa mencintai nama-nama dan sifat-sifat-Nya yang diantaranya adalah menyayangi dan memaafkan, dan Dia mencintai makhluk-Nya yang berakhlak dengannya.

 

Bahkan rahmat ini dicurahkan untuk seluruh orang-orang yang penyayang hingga kepada orang yang menyayangi hewan-hewan ternak dan burung.

 

Dari Mu’awiyah bin Qurrah dari bapaknya, bahwasannya ada seorang lelaki berkata,

 

يَا رَسُولَ اللهِ إِنِّى لأَذْبَحُ الشَّاةَ وَأَنَا أَرْحَمُهَا أَوْ قَالَ إِنِّى لأَرْحَمُ الشَّاةَ أَنْ أَذْبَحَهَا. فَقَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : « وَالشَّاةُ إِنْ رَحِمْتَهَا رَحِمَكَ اللهُ »

 

“Ya Rasulullah, sesungguhnya saya benar-benar akan menyembelih seekor kambing, dan saya berbelas kasih kepadanya, atau dia berkata, “Sesungguhnya saya benar-benar berbelas kasih kepada kambing tersebut saat saya akan menyembelihnya.” Maka beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Dan kambing tersebut, jika engkau menyayanginya maka Allah akan merahmatimu.” ([6])

 

Al-Munawiy rahimahullah berkata([7]): [وَالشَّاةُ إِنْ رَحِمْتَهَا رَحِمَكَ اللهُ] “Dan kambing tersebut, jika engkau menyayanginya maka Allah akan merahmatimu” beliau mengatakannya kepada Qurrah, ayah Mu’awiyah al-Muzaniy saat dia berkata kepada beliau, “Ya Rasulullah sesungguhnya saya benar-benar akan menangkap kambing untuk saya menyembelihnya, lalu saya mengasihinya. Oleh karena inilah telah disebutkan larangan menyembelih hewan dengan kehadiran hewan yang lain. Dan termasuk di antara perkara ajaib tentang hal ini adalah apa yang telah dinukil oleh Ibnu ‘Arabiy dari bapaknya, bahwasannya dia pernah melihat seorang pemburu berburu burung tekukur, lalu dia menyembelihnya sementara pejantan burung tekukur itu melihat kepada betinanya (yang tengah disembelih), kemudian diapun terbang ke angkasa hingga hampir tidak terlihat, kemudian dia tangkupkan kedua sayapnya dan menyelimuti tubuhnya dengan keduanya, lalu dia mulai menjadikan kepalanya ke arah bumi, kemudian diapun meluncur turun hingga menimbulkan suara gaung hingga terjatuh di bumi lalu mati seketika.

 

Dan dari beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam:

 

«مَنْ رَحِمَ وَلَوْ ذَبِيْحَةَ عُصْفُوْرٍ رَحِمَهُ اللهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ»

 

“Barangsiapa berbuat rahmat sekalipun pada saat menyembelih seekor burung pipit, maka Allah akan merahmatinya pada hari kiamat.” ([8])

 

Al-Munawi rahimahullah berkata([9]):

 

[مَنْ رَحِمَ وَلَوْ ذَبِيْحَةَ عُصْفُوْرٍ] “Barangsiapa berbuat rahmat sekalipun pada saat menyembelih seekor burung pipit” dengan mendhammahkan awalnya (yaitu huruf ‘ain [عُصْفُوْرٍ]), dan disebutkan juga dengan menfathahkannya (yaitu [عَصْفُوْرٍ]) dinamai demikian karena dia bermaksiat (durhaka [عَصَى]) dan melarikan diri (yaitu [فَرَّ]).

 

[رَحِمَهُ اللهُ] “Maka Allah merahmatinya” yaitu Allah memberikan keutamaan kepadanya dan berbuat baik kepadanya [يَوْمَ الْقِيَامَةِ] “Pada hari kiamat” dan barangsiapa didapati oleh rahmat Allah pada hari itu, maka ia adalah termasuk orang-orang yang mendahului yang lain menuju Daarunna’iim (Sorga yang penuh dengan kenikmatan). Dan dikhususkannya penyebutan burung pipit adalah karena keberadaannya hewan terkecil yang bisa dimakan lagi tersembelih. Jika berbuat rahmat kepada burung pipit mengharuskan rahmat Allah bersamaan dengan kerendahan dan kehinaannya bagi manusia, maka berbuat rahmat kepada hewan yang lebih besar darinya, terutama kepada sesama manusia adalah lebih utama lagi untuk mendapatkan rahmat Allah, dan memberikan faidah untuk memperlakukan hewan sembelihan saat penyembelihannya dengan lemah lembut, kasih sayang, dan berbuat baik saat menyembelih sebagaimana hal itu telah disebutkan dengan jelas lagi terang pada sejumlah khobar.”

 

 

(30 Sababan Li Tanaali Rahmatillaahi Ta’aalaa, Abu Abdirrahman Sulthan ‘Aliy, alih bahasa Muhammad Syahri)

________________________________________

Footnote:

([1]) Muttafaqun ‘alaih.

([2]) HR. Imam Ahmad dan al-Arnauth berkata, ‘Shahiih lighairihi.’ Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi dan dia berkata, ‘Ini adalah hadits hasan shahih.’ Dan dishahihkan oleh al-Albaniy dalam Shahiih at-Tirmidzi dan Shahiih al-Jaami’ (3522) dan as-Silsilah as-Shahiihah (925).

([3]) HR. Abu Ya’la (4258) Husain Salim Asad berkata, ‘Sanadnya dha’if.’; al-Baihaqiy dalam Syu’abul Iimaan (11060). Dan al-Albaniy menyebutkannya dan menghasankannya dengan penguat-penguatnya di dalam as-silsilah as-Shahiihah (167) seraya menukil penghasanan al-‘Iraaqiy di dalam Amaaliiy-nya.

([4]) HR. Ahmad dan al-Bukhari dalam al-Adab, dan dishahihkan oleh al-Albaniy dalam as-Silsilah (482).

([5]) Faidhul Qadiir (1/474)

([6]) HR. Ahmad, al-Bukhari dalam al-Adab, dan dishahihkan oleh al-Albaniy dalam as-Shahiihah (26), dan Syu’eib al-Arnauth dalam Tahqiq al-Musnadnya.

([7]) Faidhul Qadiir (6/360)

([8]) HR. al-Bukhari dalam al-Adab, at-Thabraniy dan ad-Dhiya’; Syaikh al-Albaniy berkata, ‘Hasan’. Lihat hadits no. 6261 dalam Shahiih al-Jaami’, dan beliau menghasankannya di dalam as-Shahiihah (27).

([9]) Faidhul Qadiir (6/135) setelah ucapannya ini, dia menyebut sejumlah hadits tentang rahmat kepada hewan-hewan, dan telah berlalu penyebutannya bersama kita.

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *