Dari Abu Musa radhiyallaahu ‘anhu, dia berkata, ‘Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
« أُمَّتِى هَذِهِ أُمَّةٌ مَرْحُومَةٌ لَيْسَ عَلَيْهَا عَذَابٌ فِى الآخِرَةِ عَذَابُهَا فِى الدُّنْيَا الْفِتَنُ وَالزَّلاَزِلُ وَالْقَتْلُ »
“Ummatku ini adalah umat yang dirahmati, tidak ada adzab bagi mereka di akhirat; adzabnya di dunia adalah berupa fitnah-fitnah, gempa-gempa (kegoncangan-kegoncangan), dan pembunuhan.” ([1])
Dan di dalam riwayat Imam Ahmad, bahwa Abu Musa pernah mendengar Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
«إِنَّ هَذِهِ الأُمَّةَ مَرْحُومَةٌ جَعَلَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ عَذَابَهَا بَيْنَهَا فَإِذَا كَانَ يَوْمُ الْقِيَامَةِ دُفِعَ إِلَى كُلِّ امْرِئٍ مِنْهُمْ رَجُلٌ مِنْ أَهْلِ الأَدْيَانِ فَقَالَ هَذَا يَكُونُ فِدَاءَكَ مِنَ النَّارِ»
“Sesungguhnya umat ini adalah umat yang dirahmati. Allah azza wa jalla telah menjadikan adzabnya di antaranya. Maka jika nanti pada hari kiamat, didoronglah kepada setiap orang dari mereka seorang lelaki dari penganut agama-agama (lain selain Islam) seraya Allah berfirman, “Orang ini menjadi tebusanmu dari api Neraka.” ([2])
Dan di dalam riwayat Ibnu Majah dari Nasa bin Malik radhiyallaahu ‘anhu, dia berkata, ‘Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
« إِنَّ هَذِهِ أُمَّةٌ مَرْحُومَةٌ عَذَابُهَا بِأَيْدِيهَا فَإِذَا كَانَ يَوْمُ الْقِيَامَةِ دُفِعَ إِلَى كُلِّ رَجُلٍ مِنَ الْمُسْلِمِينَ رَجُلٌ مِنَ الْمُشْرِكِينَ فَيُقَالُ هَذَا فِدَاؤُكَ مِنَ النَّارِ »
“Sesungguhnya umat ini adalah umat yang dirahmati; adzabnya adalah ada pada tangan-tangannya, maka jika nanti apda hari kiamat, maka di doronglah kepada setiap orang dari kalangan kaum muslimin seseorang dari kalangan orang-orang musyrik, lalu dikatakan, “Ini adalah tebusanmu dari api Neraka.”
Dan makna [عَذَابُهَا بِأَيْدِيهَا] Abu Ya’la di dalam Musnadnya dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu, dia berkata:
«إِنَّ هَذِهِ الْأُمَّةَ أَمَةٌ مَرْحُومَةٌ، لَا عَذَابَ عَلَيْهَا إِلَّا مَا عَذَّبَتْ هِيَ أَنْفُسَهَا»، قَالَ: قُلْتُ وَكَيْفَ تُعَذِّبُ أَنْفُسَهَا؟ قَالَ: «أَمَا كَانَ يَوْمُ النَّهَرِ عَذَابٌ؟ أَمَا كَانَ يَوْمُ الْجَمَلِ عَذَابٌ؟ أَمَا كَانَ يَوْمُ صِفِّينَ عَذَابٌ؟»
“Sesungguhnya umat ini adalah umat yang dirahmati, tidak ada adzab atasnya kecuali yang dia mengadzab dirinya sendiri.” Dia berkata, “Kukatakan, ‘Lalu bagaimanakah dia mengadzab dirinya sendiri?’ Dia berkata, “Bukankah hari Nahar itu adalah adzab? Bukankah hari jamal itu adalah adzab, dan bukankah hari shiffiin itu adalah adzab?” ([3])
Dari ‘Abdullah radhiyallaahu ‘anhu dia berkata, ‘Dulu kami bersana Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam di suatu kubah, lalu beliau bersabda,
« أَتَرْضَوْنَ أَنْ تَكُونُوا رُبُعَ أَهْلِ الْجَنَّةِ » . قُلْنَا نَعَمْ . قَالَ « أَتَرْضَوْنَ أَنْ تَكُونُوا ثُلُثَ أَهْلِ الْجَنَّةِ » . قُلْنَا نَعَمْ . قَالَ « أَتَرْضَوْنَ أَنْ تَكُونُوا شَطْرَ أَهْلِ الْجَنَّةِ » . قُلْنَا نَعَمْ . قَالَ « وَالَّذِى نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ إِنِّى لأَرْجُو أَنْ تَكُونُوا نِصْفَ أَهْلِ الْجَنَّةِ ، وَذَلِكَ أَنَّ الْجَنَّةَ لاَ يَدْخُلُهَا إِلاَّ نَفْسٌ مُسْلِمَةٌ ، وَمَا أَنْتُمْ فِى أَهْلِ الشِّرْكِ إِلاَّ كَالشَّعْرَةِ الْبَيْضَاءِ فِى جِلْدِ الثَّوْرِ الأَسْوَدِ أَوْ كَالشَّعْرَةِ السَّوْدَاءِ فِى جِلْدِ الثَّوْرِ الأَحْمَرِ »
“Apakah kalian ridha kalian menjadi seperempat penduduk Sorga?” Kami katakan, “Ya.’ Beliau bersabda, “Apakah kalian ridha kalian menjadi seperti penduduk Sorga?” Kami katakan, “Iya.” Beliau bersabda, “Apakah kalian ridha kalian menjadi separuh penduduk Sorga?” Kami katakan, “Iya.” Beliau bersabda, “Demi Dzat yang jiwa Muhammad ada pada tangan-Nya, sesungguhnya aku benar-benar berharap kalian menjadi setengahnya penduduk Sorga. Dan yang demikian itu bahwasannya Sorga tidak akan dimasuki melainkan oleh jiwa yang muslim. Dan tidaklah kalian dibandingkan dengan pelaku kesyirikan melainkan seperti rambut putih pada kulit kerbau hitam atau seperti rambut hitam pada kulit kerbau merah.” ([4])
Dari Ibnu Mas’ud radhiyallaahu ‘anhu, dia berkata, ‘Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada kami:
«كَيْفَ أَنْتُمْ وَرُبُعَ أَهْلِ الْجَنَّةِ لَكُمْ رُبُعُهَا وَلِسَائِرِ النَّاسِ ثَلاَثَةُ أَرْبَاعِهَا؟» قَالُوا: اللهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ. قَالَ: «فَكَيْفَ أَنْتُمْ وَثُلُثَهَا؟» قَالُوا: فَذَاكَ أَكْثَرُ. قَالَ: «فَكَيْفَ أَنْتُمْ وَالشَّطْرَ؟» قَالُوا: فَذَلِكَ أَكْثَرُ. فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «أَهْلُ الْجَنَّةِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ عِشْرُونَ وَمِائَةُ صَفٍّ أَنْتُمْ مِنْهَا ثَمَانُونَ صَفًّا»
“Bagaimanakah (pendapat) kalian dengan seperempat penduduk Sorga? Bagi kalian seperempatnya, dan bagi keseluruhan manusia tiga perempatnya?” Mereka berkata, ‘Allah dan Rasul-Nya lebih tahu.’ Beliau bersabda, “Maka bagaimanakah (pendapat) kalian dan sepertiga penduduk Sorga?” Mereka berkata, ‘Maka itu lebih banyak.’ Beliau bersabda, “Maka bagaimanakah (pendapat) kalian dan separuhnya penduduk Sorga?” Mereka berkata, ‘Maka itu lebih banyak.’ Maka Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Penghuni Sorga pada hari kiamat ada seratus dua puluh baris; kalian akan berjumlah delapan puluh baris darinya.” ([5])
Dari Abu Buraidah dari bapaknya, dia berkata, ‘Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
«أَهْلُ الْجَنَّةِ عِشْرُونَ وَمِائَةُ صَفٍّ مِنْهُمْ ثَمَانُونَ مِنْ هَذِهِ الأُمَّةِ – وَقَالَ عَفَّانُ مَرَّةً – أَنْتُمْ مِنْهُمْ ثَمَانُونَ صَفًّا »
“Penghuni Sorga ada seratus dua puluh baris, dan delapan puluh baris darinya adalah dari umat ini; -suatu kali ‘Affan berkata- kalian berjumlah delapan puluh baris dari mereka.” ([6])
Dari Bahz bin Hakim dari bapaknya dari kakeknya, bahwa dia pernah mendengar Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda tentang firman-Nya:
{كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ} قَالَ «إِنَّكُمْ تُتِمُّونَ سَبْعِينَ أُمَّةً أَنْتُمْ خَيْرُهَا وَأَكْرَمُهَا عَلَى اللهِ ». هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ.
“Kalian adalah sebaik-baik umat yang dikeluarkan untuk manusia.” Beliau bersabda, “Sesungguhnya kalian akan menyempurnakan tujuh puluh umat; kalian adalah yang terbaik dan paling mulia dari mereka bagi Allah.”
Ini adalah hadits hasan. Dan bukan hanya seorang yang meriwayatkan hadits ini dari Bahz bin Hakim semisal hadits ini dan mereka tidak menyebutkan di dalamnya “Kalian adalah sebaik-baik umat yang dikeluarkan untuk manusia.” ([7])
Sabda beliau [أَهْلُ الْجَنَّةِ عِشْرُونَ وَمِائَةُ صَفٍّ] “Penghuni Sorga itu adalah seratus dua puluh shaf” yaitu jumlahnya, atau mereka digambarkan menjadi berbaris-baris [ثَمَانُونَ] yaitu delapan puluh shaf (baris) [مِنْهَا] yaitu dari bagian jumlah penghuni Sorga itu [مِنْ هَذِهِ الْأُمَّةِ] “Dari umat ini” yaitu mereka ada dari umat ini [وَأَرْبَعُوْنَ] yaitu empat puluh shaf [عَنْ سَائِرِ الْأُمَمِ] “dari keseluruhan ummat-ummat” dan yang dimaksud adalah penjelasan banyaknya umat ini, dan bahwasannya mereka akan menjadi dua pertiga dalam pembagian penghuni Sorga.
At-Thiibiy rahimahullah berkata, “Jika Anda bertanya bagaimana cara memahami antara hadits ini dengan hadits yang telah diriwayatkan dari sabda beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam:
«وَالَّذِيْ نَفْسِيْ بِيَدِهِ أَرْجُوْ أَنْ تَكُوْنُوا رُبُعَ أَهْلِ الْجَنَّةِ» فَكَبَّرْنَا فَقَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «أَرْجُوْ أَنْ تَكُوْنُوا ثُلُثَ أَهْلِ الْجَنَّةِ» فَكَبَّرْنَا فَقَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «أَرْجُوْ أَنْ تَكُوْنُوا نِصْفَ أَهْلِ الْجَنَّةِ»
“Demi Dzat yang jiwaku ada pada tangan-Nya, aku berharap kalian akan menjadi seperempat penghuni Sorga.” Maka kamipun bertakbir. Lalu beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Aku beraharap kalian akan menjadi sepertiga penghuni Sorga.” Maka kamipun bertakbir, lalu beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Aku berharap kalian akan menjadi separuh penghuni Sorga.”
Kukatakan dibawa kepada kemungkinan keberadaan delapan puluh shaf jumlahnya sama dengan empat puluh shaf, dan sebagaimana keberadaan jumlah mereka yang lebih dari seperempat dan sepertiga, maka jumlah merekapun lebih dari setengahnya, sebagai bentuk kemuliaan bagi beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam.
Syaikh ‘Abdul Haq berkata di dalam al-Lum’aat: “Perkara ini tidak bertentangan dengan sabda beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam:
«أَرْجُوْ أَنْ تَكُوْنُوا نِصْفَ أَهْلِ الْجَنَّةِ»
“Aku berharap kalian akan menjadi setengahnya penghuni Sorga.” Dikarenakan mengangdung kemungkinan bahwa keberadaan harapan beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam adalah hal tersebut, kemudian ditambah dan berikan berita gembira dari sisi Allah dengan memberikan tambahan setelah itu.”
Adapun ucapan at-Thiibiy rahimahullah bahwa hal itu berkemungkinan bahwa keberadaan jumlah delapan puluh baris sama dengan empat puluh baris, maka hal itu jauh (dari kemungkinan benar) dikarenakan yang nyata dari ucapan beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam adalah bahwa penghuni Sorga ada seratus dua puluh shaf, dan keberadaan shaf-shaf terssebut adalah sama wallaahu a’lam. Selesai perkataannya.
(Ini adalah hadits hasan) dan dikeluarkan oleh Ahmad, Ibnu Majah, ad-Darimiy, Ibnu Hibban, al-Hakim dan al-Baihaqiy di dalam kitab al-Ba’tsu wa an-Nusyuur. ([8])
Dan dari Bahz bin Hakim dari bapaknya dari kakeknya, dia berkata, ‘Aku pernah mendengar Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
« إِنَّكُمْ وَفَّيْتُمْ سَبْعِينَ أُمَّةً أَنْتُمْ خَيْرُهَا وَأَكْرَمُهَا عَلَى اللهِ »
“Sesungguhnya kalian telah memenuhi tujuh puluh ummat, dan kalian adalah yang terbaik dan termulia disisi Allah di antara mereka.” ([9])
As-Syafi’iy rahimahullah berkata, “Kemudian Allah jalla tsanaa-uhu menjadikan beliau sebagai pembuka rahmat-Nya di masa fatrah (kosong dari) para Rasul-Nya, seraya berfirman:
يَٰٓأَهلَ ٱلكِتَٰبِ قَد جَآءَكُم رَسُولُنَا يُبَيِّنُ لَكُم عَلَىٰ فَترَةٍ مِّنَ ٱلرُّسُلِ أَن تَقُولُواْ مَا جَآءَنَا مِن بَشِيرٍ وَلَا نَذِيرٍ فَقَد جَآءَكُم بَشِيرٌ وَنَذِيرٌ
“Hai Ahli Kitab, sesungguhnya telah datang kepada kamu Rasul Kami, menjelaskan (syari’at Kami) kepadamu ketika terputus (pengiriman) rasul-rasul agar kamu tidak mengatakan: “Tidak ada datang kepada kami baik seorang pembawa berita gembira maupun seorang pemberi peringatan”. Sesungguhnya telah datang kepadamu pembawa berita gembira dan pemberi peringatan….” (QS. Al-Maidah: 19) dan Dia berfirman:
هُوَ ٱلَّذِي بَعَثَ فِي ٱلأُمِّيِّۧنَ رَسُولًا مِّنهُم
“Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka…” (QS. Al-Jumu’ah: 2)
Maka pada yang demikian terdapat perkara yang menunjukkan bahwa Allah telah mengutus beliaua kepada makhluk-Nya dikarenakan dulu mereka adalah ahlu kitab dan kaum ummiy, dan bahwa dengan beliau, Dia membuka rahmat-Nya, dan dengan beliau Dia menutup Nubuwwah-Nya, seraya berfirman:
مَّا كَانَ مُحَمَّدٌ أَبَآ أَحَدٍ مِّن رِّجَالِكُم وَلَٰكِن رَّسُولَ ٱللهِ وَخَاتَمَ ٱلنَّبِيِّۧنَۗ
“Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi…” (QS. Al-Ahzab: 40) ([10])
(30 Sababn Li Tanaali Rahmatillaahi Ta’aalaa, Abu Abdirrahman Sulthan ‘Aliy, alih bahasa Muhammad Syahri)
________________________________________
Footnote:
([1]) HR. Ahmad, Abu Dawud, Ibnu Majah, dan dishahihkan oleh al-Albaniy. Dan telah diriwayatkan oleh Imam al-Hakim di dalam al-Mustadrak dan dishahihkan oleh adz-Dzahabiy di dalam at-Talkhiish.
([2]) Dan telah didha’ifkan oleh al-‘Allaamah Syu’aib al-Arnauth, seraya berkata, “Dha’if, Yazid adalah Ibnu Haarun dan Hasyim bin al-Qashim, keduanya telah meriwayatkan dari al-Mas’uudiy setelah mengalami ikhtilath (ingatannya bercampur, banyak keliru karena factor usia). Dan yang diperselisihkan padanya adalah atas Abu Bardah dengan banyak perselisihan.
As-Syaikh as-Shan’ah Imam Abu ‘Abdillah al-Bukhari telah memberikan isyarat di dalam at-Taariikh al-Kabiir (1/39) setelah menyebutkan jalur-jalur hadits ini dan menjelaskan idhthirab (kegoncangan) yang ada padanya (dengan berkata): “Khobar dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam tentang syafa’at, dan bahwa ada suatu kaum yang mereka di adzab kemudian mereka keluar dari Neraka adalah lebih banyak, lebih jelas dan lebih masyhur.”
Ini menunjukkan bahwa al-Bukhari rahimahullah telah menyertakan kritikan matan kepada kegoncangan sanad tersebut, dan bahwa ia menyelishi hadits-hadits yang shahih yang hampir-hampir menjadi hadits mutawatir, yaitu bahwa ada manusia dari golongan umat Muhammad shallallaahu ‘alaihi wa sallam yang akan masuk ke dalam Neraka, kemudian mereka akan keluar darinya dengan syafa’at Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam.
Al-Baihaqiy berkata pada sabda beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam:
«مَا مِنْكُمْ مِنْ رَجُلٍ إِلَّا لَهُ مَنْزِلَانِ مَنْزِلٌ فِيْ الْجَنَّةِ وَمَنْزِلٌ فِيْ النَّارِ فَإِنْ مَاتَ وَدَخَلَ النَّارَ وَرَثَ أَهْلُ الْجَنَّةِ مَنْزِلَهُ»
“Tidak ada seorangpun dari kalian melainkan dia memiliki dua tempat; satu tempat di Sorga dan satu tempat di Neraka; jika dia mati lalu masuk Neraka, maka penghuni Sorga akan mewarisi tempatnya.”
Lalu dia berkata, ‘Maka yang demikian itu adalah firman-Nya [أُولَئِكَ هُمُ الْوَارِثُونَ] “Mereka itulah orang-orang yang mewarisi” (QS. Al-Mukminuun: 10)
Hadits ini sepertinya menjadi tafsir bagi hadits fida’ (tebusan); seorang kafir jika dia mewariskan tempat duduknya di Sorga kepada seorang mukmin, dan seorang mukmin, jika dia mewariskan tempat duduknya di Neraka kepada seorang kafir maka jadilan perhitungannya sekan-akan Allah telah menebus seorang mukmin dengan seorang kafir. Wallaahu a’lam.
Dan sungguh al-Bukhari rahimahullah telah menerangkan ‘llah hadits fida’ dengan riwayat Bariid bin ‘Abdillah dan yang selainnya dari Abu Bardah dari seorang lelaki dari kalangan Anshar dari bapaknya, dan dengan riwayat Abu Hushain darinya dari ‘ABdullan bin Yazid, dan dengan riwayat Humaid darinya dari seorang lelaki dari sahabat Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, kemudian dia berkata, “Khobar dari nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam tentang syafa’at, dan bahwa suatu kaum akan diadzab kemudian mereka keluar dari Nerakan adalah lebih banyak dan lebih jelas.”
Dan hadits Abu Bardah bin Abu Musa dari bapaknya dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam telah shahih pada riwayat Muslim bin al-Hajjaaj dan selainnya rahimahumullaah dari beberapa sisi yang telah kami berikan isyarat kepadanya, dan dari selainnya, dan dari sisi yang telah kasmi sebutkan. Dan yang demikian tidak menafikan hadits syafa’at, dikarenakan hadits fida’, sekalipun diriwayatkan dengan periwayatn yang umum pada setiap mukmin, maka berkemungkinan yang dimaksud dengannya adalah setiap mukmin, dosa-dosanya telah dihapus dengan bala’ yang telah mengenainya di dalam kehidaupannya.
Maka pada sebagian lafazh-lafazhnya:
«إِنَّ أُمَّتِيْ أُمَّةٌ مَرْحُوْمَةٌ جَعَلَ اللهُ عَذَابَهَا بِأَيْدِيْهَا فَإِنْ كَانَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ دَفَعَ اللهُ إِلَى كُلِّ رَجُلٍ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ رَجُلًا مِنْ أَهْلِ الْأَدْيَانِ فَكَانَ فِدَاؤُهُ مِنَ النَّارِ»
“Sesungguhnya umatku adalah umat yang dirahmati; Allah telah jadikan adzabnya ada pada tangan-tangannya; lalu jika nanti pada hari kiamat, Allah akan dorong seorang lelaki dari kalangan penganut agama-agama (selain Islam) kepada setiap orang dari kaum muslimin, lalu jadilah orang kafir itu sebagaian tebusannya dari api Neraka.”
Dan hadits syafa’ah menjadi diperuntukkan bagi orang yang dosa-dosanya tidak terhapus di dalam kehidupannya, dan berkemungkinan pendapat ini menjadi milik mereka pada hadits fida’ setelah syafa’at. Wallaahu a’lam.
Dan adapun hadits Syaddaad Abu Thalhah ar-Raasiy dari Ghailan bin Jariir dari Abu Bardah bin Abu Musa dari bapaknya dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,
«يَجِيْءُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ نَاسٌ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ بِذُنُوْبٍ مِثْلِ الْجِبَالِ يَغْفِرُهَا اللهُ لَهُمْ وَيَضَعُهَا عَلَى الْيَهُوْدِ وَالنَّصَارَى»
“Akan datang pada kiamat, manusia dari kalangan kaum muslimin dengan dosa-dosa seperti gunung, lalu Allah mengampuni dosa-dosa itu bagi mereka, kemudian meletakkannya pada orang Yahudi dan Nashraniy.”
Dalam pandangan saya, telah berkata sebagian para perawinya, ‘Ini adalah hadits yang para perawinya ragu-ragu tentangnya.’ Dan Syaddaad Abu Thalhah termasuk orang yang telah diperbincangkan oleh kalangan ahli ilmu hadits, sekalipun Muslim bin al-Hajjaaj telah mengutipnya di dala kitabnya. Maka dia bukanlah orang yang bisa diterima darinya perkara yang menyelisinya. Dan orang-orang yang menyelisihinya pada lafazh hadits adalah sejumlah hadits sementara dia hanyalah seorang diri. Dan setiap orang yang menyelisihinya adalah lebih hafizh darinya, maka tidak ada maknanya menyibukkan diri dengan menakwilkan apa yang telah diriwayatkannya bersamaan dengan adanya perselisihan yang nyata dengan apa yang telah diriwayatkan pada pokok-pokok landasan shahih lagi terbentang di dalam firmannya:
أَلَّا تَزِرُ وَازِرَةٌ وِزرَ أُخرَىٰ ٣٨
“(yaitu) bahwasanya seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain.”. wallaahu a’lam. (Syu’abul Iimaan (1/342).
Pemberi catatan kitab Syu’abul Iimaan -semoga Allah meaafkannya dan memuliakannya dengan menjadikannya sebagai bagian dari umat yang dirahmati, ‘Sebuah atsar mauquf (hadits futuun yang panjang) menguatkannya, dari Ibnu ‘Abbas radhiyallaahu ‘anhu dari Musa alaihissalaam,
إِنَّ رَحْمَتَكَ كَتَبْتَهَا لِقَوْمِ غَيْرِ قَوْمِيْ فَلَيْتَكَ أَخَّرْتَنِيْ حَتَّى تُخْرِجُنِيْ حَيًّا فِيْ أُمَّةِ ذَلِكَ الرَّجُلِ الْمَرْحُوْمَةِ
“Sesungguhnya rahmat-Mu telah Engkatu tetapkan kepada suatu kaum selain kaumku, maka andaikan saja Engkau akhirkan aku hingga Engkau keluarkan aku dalam keadaan hidup pada umat lelaki itu yang dirahmati.” (Musnad Abu Ya’la, muhaqqiqnya berkata, ‘Para perawinya adalah perawi tsiqaah, dan diriwayatkan oleh an-Nasa’iy di dalam as-Sunan al-Kubra)
([3]) Musnad Abu Ya’la (11/67), dan Husain Salim Asad berkata, ‘Sanadnya shahih.’
([5]) HR. Ahmad, dan as-Syaikh Syu’aib al-Arnauth berkata, ‘Shahih lighairihi.’
([6]) HR. Ahmad, dan as-Syaikh Syu’aib al-Arnauth berkata, “Sanadnya shahih, para perawinya tsiqah, para perawi as-Shahih.’
([7]) HR. at-Tirmidzi, dan al-Albaniy V berkata, ‘Hasan.’
([8]) Faidah diberikan oleh al-Mubaarokfuuriy dalam Tuhfatul Ahwadzi.
([9]) Syaikh al-Albaniy rahimahullah berkata, “Dikeluarkan oleh Ahmad, dan dihasankan oleh al-Arnauth dan Ibnu Majah.”
([10]) Sunan al-Baihaqiy al-Kubra (9/5)