Di antara penyakit hati yang akut dan bisa berujung pada kematiannya adalah perasaan diri telah berjasa untuk Islam, banyak memberikan kontribusi dalam dakwah, merasa diri sebagai pilar kebangkitan agama.
Tatkala sebagian Arab Badui masuk Islam, mereka merasa jumawa dan telah memberikan karunia besar pada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan kaum muslimin. Bahasa sederhananya mereka merasa di atas angin, besar kepala dan telah jadi pahlawan.
Maka Allah perintahkan Nabi-Nya shallallahu ‘alaihi wasallam untuk mengajari mereka agar merunduk, tidak merasa berjasa, tawadhu dan sepatutnya malah memanjatkan puji syukur atas karunia Allah yang telah menggiring mereka pada Islam. Allah berfirman,
يَمُنُّونَ عَلَيْكَ أَنْ أَسْلَمُوا ۖ قُل لَّا تَمُنُّوا عَلَيَّ إِسْلَامَكُم ۖ بَلِ اللَّهُ يَمُنُّ عَلَيْكُمْ أَنْ هَدَاكُمْ لِلْإِيمَانِ إِن كُنتُمْ صَادِقِينَ
”Mereka merasa telah memberikan nikmat padamu atas keislaman mereka. Katakan, ”Jangan kalian merasa telah memberikan nikmat padaku atas keislaman kalian. Namun, bila kalian benar-benar jujur, katakan bahwa Allah yang telah menganugerahkan iman dalam hati kalian”. QS. Al-Hujurat (49): 17.
Pelajaran buruk dapat dijadikan cerminan dari sikap Iblis yang merasa berjasa dengan banyaknya ibadah dan ketaatannya pada Allah. Hal yang membuat iblis besar kepala, takjub dengan kehebatan dirinya, lantas merendahkan Adam dan menyombongkan diri di hadapan Allah. Akibatnya ia dikutuk, dilaknat, diusir dari surga, dirubah wujudnya menjadi makhluk terburuk yang pernah diciptakan Allah, serta diancam kekal di neraka selama-lamanya.
Begitulah nasib akhir orang yang merasa berjasa, telah memulai merintis dakwah, membangun yayasan, sekolah dan madrasah, membuat universitas, radio dakwah, chanel televisi dan semacamnya.
Secara tersirat atau tersurat ia berkata, “Kalau bukan karena jasaku, tidak akan pernah ada dakwah, sekolah dan madrasah; kalau bukan karena aku, tidak akan tersebar ilmu dan sunnah, kalau bukan karena jasaku, tidak akan pernah ada radio dan TV dakwah…”.
Penyakit hati itu banyak variannya. Ada riya’, ujub, sombong, hasad, merasa berjasa, merasa banyak amal sholeh dan seterusnya.
Orang beruntung adalah orang yang selalu mengontrol kondisi dan keadaan hatinya. Bila terasa sakit, maka segera diterapi sebelum penyakit menjadi kronis dan membinasakan agamanya. Wallahu a’lam.
————-
30 Muharram 1443/8 Sept 2021
Abu Fairuz My