Penghapus-Penghapus Dosa Dari al-Qur`an al-Kariim (6) Mencintai Allah ﷻ, Dan Mengikuti Nabi ﷺ
Dengannya, dosa-dosa akan diampuni.
- Allah ﷻ berfirman,
قُل إِن كُنتُم تُحِبُّونَ ٱللهَ فَاتَّبِعُونِي يُحبِبكُمُ ٱللهُ وَيَغفِر لَكُمۡذُنُوبَكُمۡۚ وَٱللهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ ٣١
“Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah Aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Ali ‘Imran (3): 31)
Ayat ini, di dalamnya terdapat dalil wajibnya mencintai Allah, tanda-tandanya, hasil dan buahnya. Maka dia ﷻ berfirman [Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah] yaitu, kalian telah mengeklaim kedudukan yang tinggi ini, satu kedudukan yang tidak ada diatasnya satu kedudukanpun. Maka tidak cukup di dalamnya sekedar klaim (pengakuan), bahkan harus adanya kejujuran di dalamnya.
Dan tanda dari kejujuran adalah mengikuti Rasul-Nya ﷺ dalam segala keadaannya, ucapan dan perbuatannya, pada pokok-pokok agama dan cabang-cabangnya, pada perkara yang lahir maupun batin.
Maka barangsiapa mengikuti sang Rasul, maka hal itu menunjukkan akan kejujuran pengakuannya mencintai Allah ﷻ. Lalu Allah akan mencintainya, mengampuni dosanya, merahmatinya, meneguh luruskannya dalam segala gerak dan diamnya. Sementara orang yang tidak mengikuti sang Rasul, maka dia bukanlah orang yang mencintai Allah ﷻ. Dikarenakan kecintaan dia kepada Allah mewajibkan dia untuk mengikuti Rasul-Nya ﷺ. Maka selagi yang demikian tidak terwujud, maka hal itu menunjukkan akan ketidak adanya cinta kepada Allah, dan bahwa dia adalah seorang pendusta jika dia mengakuinya. Sekalipun kecintaan dia kepada Allah memang ada, maka hal itu tidak bermanfaat tanpa terpenuhinya syaratnya.
Maka dengan ayat ini, keseluruhan makhluk ditimbang, maka sesuai dengan kadar bagian mereka dari mengikuti sang Rasul, maka demikianlah adanya keimanan dan kecintaan mereka kepada Allah ﷻ. Dan apa yang berkurang dari yang demikian, maka keimanan dan kecintaan merekapun berkurang.([1])
(Diambil dari kitab Mukaffiraatu adz-Dzunuubi wal Khathaayaa Wa Asbaabul Maghfirati Minal Kitaabi Was Sunnah oleh DR. Sa’id bin ‘Aliy bin Wahf al-Qahthaniy, alih bahasa oleh Abu Rofi’ Muhammad Syahri)
_____________________________________
Footnote:
([1]) Taisiiru al-Kariimi ar-Rahmaani, hal. 133.