Meminta Perlindungan Kepada Selain Allah Adalah Syirik

 

بَابٌ مِنَ الشركِ الاسْتِعَاذَةُ بِغَيْرِ الله، وَقَوْلُ الله تَعَالَى: {وَأَنَّهُ كَانَ رِجَالٌ مِنَ الْإِنْسِ يَعُوذُونَ بِرِجَالٍ مِنَ الْجِنِّ فَزَادُوهُمْ رَهَقًا} [الجن: 6].

 

Bab termasuk kesyirikan, meminta perlindungan kepada selain Allah. Dan firman Allah subhaanahu wata’aalaa: “Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin, maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan.” (QS. Al-Jin: 6)

 

Korelasi hubungan bab ini bagi Kitab at-Tauhid:

 

Bahwasannya di dalamnya terdapat penjelasan satu macum dari macam-macam kesyirikan yang menafikan tauhid, yaitu beristi’aadzah (memohon perlindungan) kepada selain; agar diwaspadai, dan dijauhi.

 

Kosakata:

 

[الاسْتِعَاذَةُ]  secara bahasa bermakna al-iltijaa` (bersandar, berlindung), dan al-i’tishaam (berpegang teguh) dan at-taharruz (menjaga diri), dan hakikatnya adalah lari dari sesuatu yang engkau takuti kepada orang yang akan melindungimu darinya.

 

[يَعُوذُونَ] “meminta perlindungan” dengan salah seorang dari mereka jika ada di suatu lembah di sore hari dan takut kepada jin, maka dia berkata, “Aku berlindung kepada penguasa lembah ini dari orang-orang bodoh pada kaumnya.”

 

[رَهَقًا] : rasa takut atau dosa.

 

Makna global bagi ayat:

 

Bahwasannya Allah subhaanahu wata’aalaa memberitakan bahwa sebagian manusia berlindung kepada sebagian bangsa jin agar jin itu memberinya keamanan dari apa yang dia takuti. Dan sesungguhnya jin yang dia meminta perlindungan dengan mereka akan semakin menambahkan rasa takut kepada orang-orang yang berlindung tersebut sebagai ganti mereka memberi keamanan kepada mereka; dan ini adalah perlakuan untuk mereka dengan lawan dari maksud tujuan mereka, sebagai bentuk hukuman dari sisi Allah subhaanahu wata’aalaa bagi mereka.

 

Korelasi hubungan ayat bagi bab:

 

Bahwasannya Allah subhaanahu wata’aalaa telah mengisahkan kaum beriman dari kalangan bangsa Jin, bahwasannya mereka, saat agar Rasul shallallaahu ‘alaihi wa sallam telah menjadi jelas bagi mereka, dan mereka telah beriman dengannya, mereka menyebutkan beberapa perkara dari kesyirikan yang dulu biasa terjadi dari manusia di masa jahiliyah; di antaranya adalah beristi’aadzah (memohon perlindungan) dengan selain Allah, dan yang demikian itu disebutkan sebagai bentuk pengingakaran kepadanya.

 

Faidah yang bisa diambil dari ayat:

 

  • Bahwasannya beristi’aadzah dengan selain Allah adalah kesyirikan; dikarenakan kaum mukminin dari kalangan bangsa jin berkata:

يَهْدِي إِلَى الرُّشْدِ فَآمَنَّا بِهِۖ وَلَن نُّشْرِكَ بِرَبِّنَا أَحَدًا  (٢) 

 

“… (yang) memberi petunjuk kapada jalan yang benar, lalu kami beriman kepadanya. Dan kami sekali-kali tidak akan mempersekutukan seseorangpun dengan Tuhan kami…” (QS. Al-Jin: 2)

 

Kemudian setelah itu mereka menyebut dengan bentuk pengingkaran:

 

وَأَنَّهُ كَانَ رِجَالٌ مِّنَ الْإِنسِ يَعُوذُونَ بِرِجَالٍ مِّنَ الْجِنِّ

 

“Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin…” (QS. Al-Jin: 6)

 

  • Universalitas risalah Muhammad shallallaahu ‘alaihi wa sallam bagi kedua bangsa; jin dan manusia.
  • Bahwasannya beristi’aadzah dengan selain Allah subhaanahu wata’aalaa akan mewariskan rasa takut dan kelemahan.
  • Bisa difahami dari ayat tersebut bahwa beristi’aadzah dengan Allah akan mewariskan kekuatan dan keamanan.

 

Sumber:  at-Ta’liiq al-Mukhtashar al-Mufiid, Syaikh Shalih bin Fauzan bin ‘Abdillah al-Fauzan

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *