Syaikh ‘Abdullah bin Husin bin Thahir Ba’alawiy rohimahullah berkata:
وَيَحْرُمُ النَّظْرُ بِالاِسْتِحْقَارِ إِلىَ الْمُسْلِمِ
“Dan haram melihat dengan merendahkan kepada seorang muslim.”
Imam Nawawi al-Bantaniy rahimahullah berkata, ‘Seperti mengerutkan wajahnya dihadapan wajah saudaranya, atau memberikan isyarat kepadanya dengan pelupuk mata, dan alis dengan mengolok-olok, seperti yang dilakukan oleh orang-orang kafir Quraisy terhadap para sahabat radhiyallaahu ‘anhum. Allah ﷻ berfirman, menceritakan tentang mereka,
وَإِذَا مَرُّوا بِهِمْ يَتَغَامَزُونَ 30
“Dan apabila orang-orang yang beriman lalu di hadapan mereka, mereka saling mengedip-ngedipkan matanya.” (QS. al-Muthaffifiin: 30)
Yaitu orang-orang kafir memberikan isyarat terhadap orang-orang mukmin dengan mata-mata mereka untuk mengolok-olok mereka.
Nabi ﷺ bersabda,
لاَ يَحِلُّ لِمُسْلِمٍ أَنْ يُشِيْرَ إِلىَ أَخِيْهِ بِنَظْرَةٍ تُؤْذِيْهِ
‘Tidak halal bagi seorang muslim untuk mengisyaratkan kepada saudaranya dengan pandangan yang menyakitinya.’([1])
Allah ﷻ berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِّن قَوْمٍ عَسَىٰ أَن يَكُونُوا خَيْرًا مِّنْهُمْ وَلَا نِسَاءٌ مِّن نِّسَاءٍ عَسَىٰ أَن يَكُنَّ خَيْرًا مِّنْهُنَّ ۖ وَلَا تَلْمِزُوا أَنفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوا بِالْأَلْقَابِ ۖ بِئْسَ الِاسْمُ الْفُسُوقُ بَعْدَ الْإِيمَانِ ۚ وَمَن لَّمْ يَتُبْ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ (١١)
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.” (QS. al-Hujurat: 11)
Al-Imam al-Haitsami rahimahullah berkata, ‘as-Sukhriyah, adalah melihat kepada orang yang direndahkankan dengan pandangan menghina. Jadi maksud dari ayat tersebut adalah janganlah engkau merendahkan selainmu, bisa jadi dia lebih baik, lebih utama dan lebih dekat disisi Allah ﷻ daripadamu.([2])
Dari Anas bin Malik radhiyallaahu ‘anhu, dia berkata, Nabi ﷺ bersabda,
«كَمْ مِنْ أَشْعَثَ أَغْبَرَ ذِي طِمْرَيْنِ لَا يُؤْبَهُ لَهُ لَوْ أَقْسَمَ عَلَى اللهِ لَأَبَرَّهُ مِنْهُمُ البَرَاءُ بْنُ مَالِكٍ»
“Betapa banyak diantara orang yang rambutnya acak-acakan, lagi berdebu badannya, yang memiliki dua baju yang telah using, yang tidak dihiraukan (oleh manusia), seandainya dia bersumpah atas nama Allah, maka pastilah Dia akan menunaikannya.’([3])
Al-Imam al-Haitsami rahimahullah berkata,
وَقَدْ احْتَقَرَ إبْلِيسُ اللَّعِينُ آدَمَ – صَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا وَعَلَيْهِ – فَبَاءَ بِالْخَسَارِ الْأَبَدِيِّ وَفَازَ آدَم بِالْعِزِّ الْأَبَدِيِّ، وَشَتَّانَ مَا بَيْنَهُمَا، وَيُحْتَمَلُ أَنْ يَكُونَ الْمُرَادُ بِعَسَى يَصِيرُ: أَيْ لَا تَحْتَقِرْ غَيْرَك فَإِنَّهُ رُبَّمَا صَارَ عَزِيزًا وَصِرْت ذَلِيلًا فَيَنْتَقِمُ مِنْك: لَا تُهِينُ الْفَقِيرَ عَلَّك أَنْ … تَرْكَعَ يَوْمًا وَالدَّهْرُ قَدْ رَفَعَهُ
“Sungguh Iblis -terlaknat- telah merendahkan Adam -mudah-mudahan Allah melimpahkan shalawat kepada Nabi kita dan kepadanya-, maka diapun kembali dengan kerugian yang abadi, sementara Ada beruntung dengan kemuliaan yang abadi. Maka sungguh berbedar apa yang ada pada keduanya. Dan mengandung kemungkinan makna ‘Asaa, adalah yashiiru, yaitu janganlah engkau merendahkan selainmu, karena barangkali dia akan menjadi mulia, sementara engkau menjadi terhina, lalu dia membalasmu:
Janganlah engkau menghina seorang faqiir, jangan-jangan suatu hari engkau akan membungkuk, sementara (Sang Pencipta) masa telah mengangkatnya.([4])
Dari Abû Hurairah rodhiyallaahu ‘anhu , dia berkata: “Rasûlullâh ﷺ bersabda:
« لا تَحاسدُوا ولا تناجشُوا ولا تَباغَضُوا ولا تَدابرُوا ولا يبِعْ بعْضُكُمْ عَلَى بيْعِ بعْضٍ ، وكُونُوا عِبادَ اللهِ إِخْواناً. المُسْلِمُ أَخُو الْمُسْلِم لا يَظلِمُه ولا يَحْقِرُهُ ولا يَخْذُلُهُ . التَّقْوَى هَاهُنا – ويُشِيرُ إِلَى صَدْرِهِ ثَلاَثَ مرَّاتٍ – بِحسْبِ امْرِيءٍ مِنَ الشَّرِّ أَنْ يَحْقِر أَخاهُ المسلم . كُلُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ حرامٌ دمُهُ ومالُهُ وعِرْضُهُ »
“Janganlah kamu saling hasud (iri hati), saling curang, saling membenci, saling membelakangi, dan janganlah sebagian kamu menjual atas penjualan saudara muslim lain, tidak menganiayanya, tidak meremehkannya dan tidak menghinakannya. Takwa itu disini –beliau menunjuk kepada dadanya tiga kali- cukuplah kejahatan seseorang bila ia merendahkan saudaranya yang muslim. Setiap muslim atas muslim lain adalah haram darahnya, hartanya dan kehormatannya.”([5])
Dari Abû Hurairah rodhiyallaahu ‘anhu, sesungguhnya Rasûlullâh ﷺ bersabda:
« بِحَسْبِ امْرِيءٍ مِنَ الشَّرِّ أن يحْقِرَ أخَاهُ المُسْلِمَ »
“Cukuplah kejelakan seseorang jika menghina saudaranya sesama muslim.”([6])
Dari Ibnu Mas’ûd rodhiyallaahu ‘anhu, dari Nabi ﷺ, beliau bersabda:
«لا يَدْخُلُ الجَنَّةَ منْ كَانَ في قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ» فَقَالَ رَجُلٌ : إنَّ الرَّجُلَ يُحِبُّ أنْ يَكُونَ ثَوْبُهُ حَسناً ، ونَعْلُهُ حَسَنَةً ، فقال : « إنَّ اللَّه جَمِيلٌ يُحِبُّ الجَمَال ، الكِبْرُ بَطَرُ الحَقِّ ، وغَمْطُ النَّاسِ »
“Tidak akan masuk Surga siapa yang terdapat di hatinya seberat biji sawi dari kesombongan!” Maka seorang berkata: “Sesungguhnya seseorang itu senang mempunyai pakaian yang bagus, sendal bagus.” Lalu Rasûlullâh bersabda: “Sesungguhnya Allâh adalah Maha Indah, dan Dia menyenangi keindahan, kesombongan itu adalah menolak kebenaran dan meremehkan manusia.”([7])
Dari Jundub Ibnu ‘Abdillâh rodhiyallaahu ‘anhu, ia berkata: “Rasûlullâh ﷺ bersabda:
« قالَ رَجُلٌ : واللهِ لا يَغْفِرُ اللهُ لفُلانٍ ، فَقَالَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ : مَنْ ذَا الَّذِي يَتَأَلَّى عليَّ أنْ لا أغفِرَ لفُلانٍ إنِّي قَد غَفَرْتُ لَهُ ، وَأَحْبَطْتُ عمَلَكَ »
“Seseorang berkata: “Demi Allâh! Allâh tidak akan mengampuni Fulân! Maka Allâh berkata: “Siapa yang berani bersumpah atas nama-Ku bahwa Aku tidak akan mengampuni Fulân?! Sesungguhnya aku telah mengampuninya, dan Aku telah menghapus amal kebaikanmu([8])!”([9])
Oleh karena itulah Islam memerintahkan umatnya untuk bersikap tawadhu`,
Dari ‘Iyadh Ibnu Himar rodhiyallaahu ‘anhu, ia berkata: “Rasûlullâh ﷺ bersabda:
« إِنَّ اللهَ تَعَالَى أَوْحَى إِليَّ أَنْ تَوَاضَعُوا حَتَّى لاَ يَبْغِيَ أَحَدٌ عَلَى أَحَدٍ ، وَلاَ يَفْخَرَ أَحَدٌ عَلَى أَحَدٍ »
“Sesungguhnya Allâh ﷻ telah mewahyukan kepadaku agar (memerintahkan) kalian saling merendahkan diri (tawadhu’) hingga tidak seorangpun di antara kalian saling berbuat zhalim terhadap yang lain, dan agar tidak seorangpun diantara kalian merasa bangga atas yang lain.”([10])
(Makalah Kajian Syarah Sullamauttaufik oleh Ust. Muhammad Syahri di Rumah Bpk. H. Jarot Jawi Prigen)
__________________________________
Footnote:
([1]) Al-Mirqah, 67, hadits dha’if, diriwayatkan oleh Ibnul Mubarak dalam Kitab Zuhud, dengan lafazh:
مَا يَحِلُّ لِمُؤْمِنٍ أَنْ يَشْتَدَّ إِلَى أَخِيهِ – أَوْ قَالَ: يَشُدَّ إِلَى أَخِيهِ – بِنَظْرَةٍ تُؤْذِيهِ
([3]) Shahih, HR. at-Turmudzi (3854), dan asalnya pada riwayat Muslim (2622)
([6]) HR. Muslim (2564), dan telah disebutkan sebelumnya secara lengkap
([8]) Maksudnya menghilangkan pahalanya.
([10]) HR. Muslim (2865), Abu Dawud (4895), Ibnu Majah (4214)