Dari ‘Abdullah bin Salam I, dia berkata, ‘Tatkala Rasulullah ﷺ datang di Madinah, manusia berlarian menuju beliau, dan dikatakan, ‘Rasulullah ﷺ telah datang, Rasulullah ﷺ telah datang, Rasulullah ﷺ telah datang’, maka sayapun datang di tengah manusia untuk melihat beliau. Maka tatkala aku perhatikan dengan seksama wajah Rasulullah ﷺ, tahulah saya bahwa wajah beliau bukanlah wajah seorang pendusta. Dan perkara pertama yang beliau berbicara dengannya adalah, beliau bersabda,
[arabic-font] «أَيُّهَا النَّاسُ، أَفْشُوا السَّلَامَ، وَأَطْعِمُوا الطَّعَامَ، وَصَلُّوا وَالنَّاسُ نِيَامٌ، تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ بِسَلَامٍ»[/arabic-font]
“Wahai manusia, tebarkanlah salam, berikanlah makanan, dan shalatlah kalian sementara manusia dalam keadaan tidur, maka kalian akan masuk sorga dengan selamat.”
(HR. at-Turmudzi, dan dia berkata, ‘Ini adalah hadits shahih.’)
Perawi hadits adalah ‘Abdullah bin Salam, Abu al-Haarits al-Isra`iliy, sekutu kaum Anshar, termasuk sahabat-sahabat khusus Nabi ﷺ. Sebelumnya dia adalah seorang pendeta Yahudi, dan dialah yang bertanya kepada Nabi ﷺ tentang tiga perkara yang tidak akan mengetahuinya kecuali seorang Nabi; apa awalnya tanda-tanda kiamat? Makanan apa yang pertama kali dimakan oleh penghuni sorga? Dan darimanakah seorang anak menyerupai bapak dan ibunya?
Dan barangkali tiga hal ini akan datang pada tsulatsiyah yang lain; dikarenakan dia berkata kepada Nabi ﷺ, ‘Sesungguhnya aku bertanya kepada Anda tentang tiga hal.”
Hadits ini, adalah penjelasan pertama Nabi ﷺ di Madinah, dan beliau telah memerintah tiga hal;
Perkara pertama, menebarkan salam
Dan Allah pun memerintahkannya di dalam Kitab-Nya, Allah E berfirman,
[arabic-font] فَإِذَا دَخَلۡتُم بُيُوتٗا فَسَلِّمُواْ عَلَىٰٓ أَنفُسِكُمۡ تَحِيَّةٗ مِّنۡ عِندِ ٱللَّهِ مُبَٰرَكَةٗ طَيِّبَةٗۚ كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ ٱللَّهُ لَكُمُ ٱلۡأٓيَٰتِ لَعَلَّكُمۡ تَعۡقِلُونَ ٦١[/arabic-font]
“… Maka apabila kamu memasuki (suatu rumah dari) rumah- rumah (ini) hendaklah kamu memberi salam kepada (penghuninya yang berarti memberi salam) kepada dirimu sendiri, salam yang ditetapkan dari sisi Allah, yang diberi berkat lagi baik. Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayatnya(Nya) bagimu, agar kamu memahaminya.” (QS. an-Nuur (24): 61)
Ada tiga perkara yang dicatat oleh para ahli tafsir dalam menafsirkan ayat ini;
Mengucapkan salam kepada saudaranya saat dia memasuki rumahnya.
Mengucapkan salam kepada keluarganya saat memasuki mereka.
Dan mengucapkan salam kepada hamba-hamba Allah yang shalih, jika rumah tersebut kosong, yaitu jika memasuki sebuah rumah kosong, mengucapkan,
[arabic-font] السَّلاَمُ عَلَيْنَا وَعَلىَ عِبَادِ اللهِ الصَّالِحِيْنَ[/arabic-font]
“Keselamatan (kesejahteraan) semoga tercurah kepada kami dan kepada hamba-hamba Allah yang shalih.”
Sebagaimana telah shahih dari Ibnu ‘Umar L.
Nabi ﷺ telah bersabda,
[arabic-font] حَقُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ سِتٌّ». قِيلَ: مَا هُنَّ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ :«إِذَا لَقِيتَهُ فَسَلِّمْ عَلَيْهِ، وَإِذَا دَعَاكَ فَأَجِبْهُ، وَإِذَا اسْتَنْصَحَكَ فَانْصَحْ لَهُ، وَإِذَا عَطَسَ فَحَمِدَ اللَّهَ فشمته، وَإِذَا مَرِضَ فَعُدْهُ، وَإِذَا مَاتَ فَاتَّبِعْهُ»[/arabic-font]
“Hak seorang muslim atas muslim (lain) ada enam.” Dikatakan, ‘Apa saja (keenam) itu, ya Rasulullah?’ Beliau bersabda, ‘Jika Engkau bertemu dengannya, maka ucapkanlah salam kepadanya; jika dia mengundangmu, maka penuhilah (undangan)nya; jika dia meminta nasihat kepadamu, maka nasihatilah ia; dan jika dia bersin lalu bertahmid (memuji) Allah, maka tasymitlah ia (dengan mengucapkan yarhamukallaah); jika dia sakit, maka jenguklah ia; dan jika dia mati, maka ikutilah (jenazah)nya.” (HR. al-Bukhari Muslim)
Beliau ﷺ bersabda,
[arabic-font] «إِنَّ السَّلَامَ اسْمٌ مِنْ أَسْمَاءِ اللَّهِ وَضَعَهُ فِي الْأَرْضِ، فَأَفْشُوا بَيْنَكُمْ، فَإِنَّ الرَّجُلَ الْمُسْلِمَ إِذَا مَرَّ بِقَوْمٍ فَسَلَّمَ عَلَيْهِمْ فَرَدُّوا عَلَيْهِ كَانَ لَهُ عَلَيْهِمْ فَضْلُ دَرَجَةٍ بِتَذْكِيرِهِ إِيَّاهُمُ السَّلَامَ، فَإِنْ لَمْ يَرُدُّوا عَلَيْهِ رَدَّ عَلَيْهِ مَنْ هُوَ خَيْرٌ مِنْهُمْ وَأَطْيَبُ»[/arabic-font]
“Sesungguhnya as-Salaam adalah satu nama dari nama-nama Allah yang telah Dia letakkan di bumi, maka tebarkanlah (salam) diantara kalian. Karena sesungguhnya seorang muslim, jika dia melewati suatu kaum, lalu dia mengucapkan salam kepada mereka, lalu dia menjawab salamnya, maka ada untuk dia keutamaan satu derajat atas mereka dengan dia mengingatkan as-Salam bagi mereka. Maka jika mereka tidak menjawab salamnya, salamnya dijawah oleh orang yang lebih baik dan bersih dari mereka.” (HR. al-Bazzar)
Di dalam menyebarkan salam, terdapat pahala besar;
Dari ‘Imran bin al-Hushain I, dia berkata,
[arabic-font] جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: السَّلَامُ عَلَيْكُمْ، فَرَدَّ عَلَيْهِ السَّلَامَ، ثُمَّ جَلَسَ، فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «عَشْرٌ» ثُمَّ جَاءَ آخَرُ فَقَالَ: السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ، فَرَدَّ عَلَيْهِ، فَجَلَسَ، فَقَالَ: «عِشْرُونَ» ثُمَّ جَاءَ آخَرُ فَقَالَ: السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ، فَرَدَّ عَلَيْهِ، فَجَلَسَ، فَقَالَ: «ثَلَاثُونَ»[/arabic-font]
‘Datang seorang laki-laki kepada Nabi ﷺ lalu berkata, ‘Assalaamu’alaikum’, kemudian nabi menjawab salamnya kemudian dia duduk, lalu beliau ﷺ bersabda, ‘Sepuluh.’ Kemudian datanglah yang lain seraya berkata, ‘Assalaamu’alaikum warahmatullah.’ Lalu Nabi menjawab salamnya kemudian dia duduk, lalu beliau ﷺ bersabda, ‘Dua puluh.’ Kemudian datanglah yang lain seraya berkata, ‘Assalaamu’alaikum warahmatullah wabarakaatuh.’ Lalu nabi menjawabnya kemudian dia duduk, lalu beliau ﷺ bersabda, ‘Tiga puluh.’ (HR. Abu Dawud dan at-Tirmidzi)
Ia adalah satu sebab untuk masuk sorga.
Abu Syuraih I, telah bertanya kepada Rasulullah ﷺ, dia berkata,
[arabic-font] يَا رَسُولَ اللَّهِ أَخْبِرْنِي بِشَيْءٍ يُوجِبُ لِيَ الْجَنَّةَ قَالَ «طِيبُ الْكَلَامِ وَبَذْلُ السَّلَامِ وَإِطْعَامُ الطَّعَامِ»[/arabic-font]
“Wahai Rasulullah, beritakanlah kepada saya tentang sesuatu yang mewajibkan saya masuk sorga.’ Beliau ﷺ bersabda, ‘Baiknya ucapan; menyebarkan salam, dan memberi makan.” (HR. at-Thabraniy, dan Ibnu Hibban di dalam Shahihnya)
Perkara kedua; memberi makan.
Allah E telah memerintahkannya di dalam beberapa ayat; diantaranya,
Firman Allah E,
[arabic-font] وَأَذِّن فِي ٱلنَّاسِ بِٱلۡحَجِّ يَأۡتُوكَ رِجَالٗا وَعَلَىٰ كُلِّ ضَامِرٖ يَأۡتِينَ مِن كُلِّ فَجٍّ عَمِيقٖ ٢٧ لِّيَشۡهَدُواْ مَنَٰفِعَ لَهُمۡ وَيَذۡكُرُواْ ٱسۡمَ ٱللَّهِ فِيٓ أَيَّامٖ مَّعۡلُومَٰتٍ عَلَىٰ مَا رَزَقَهُم مِّنۢ بَهِيمَةِ ٱلۡأَنۡعَٰمِۖ فَكُلُواْ مِنۡهَا وَأَطۡعِمُواْ ٱلۡبَآئِسَ ٱلۡفَقِيرَ ٢٨[/arabic-font]
“Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh, supaya mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari yang telah ditentukan atas rezki yang Allah telah berikan kepada mereka berupa binatang ternak. Maka makanlah sebahagian daripadanya dan (sebahagian lagi) berikanlah untuk dimakan orang-orang yang sengsara dan fakir.” (QS. al-Hajj (22): 27-28)
Dan firman-Nya di dalam surat yang sama,
[arabic-font] وَٱلۡبُدۡنَ جَعَلۡنَٰهَا لَكُم مِّن شَعَٰٓئِرِ ٱللَّهِ لَكُمۡ فِيهَا خَيۡرٞۖ فَٱذۡكُرُواْ ٱسۡمَ ٱللَّهِ عَلَيۡهَا صَوَآفَّۖ فَإِذَا وَجَبَتۡ جُنُوبُهَا فَكُلُواْ مِنۡهَا وَأَطۡعِمُواْ ٱلۡقَانِعَ وَٱلۡمُعۡتَرَّۚ كَذَٰلِكَ سَخَّرۡنَٰهَا لَكُمۡ لَعَلَّكُمۡ تَشۡكُرُونَ ٣٦[/arabic-font]
“Dan telah Kami jadikan untuk kamu unta-unta itu sebahagian dari syi’ar Allah, kamu memperoleh kebaikan yang banyak padanya, Maka sebutlah olehmu nama Allah ketika kamu menyembelihnya dalam Keadaan berdiri (dan telah terikat). kemudian apabila telah roboh (mati), Maka makanlah sebahagiannya dan beri makanlah orang yang rela dengan apa yang ada padanya (yang tidak meminta-minta) dan orang yang meminta. Demikianlah Kami telah menundukkan untua-unta itu kepada kamu, Mudah-mudahan kamu bersyukur.” (QS. al-Hajj (22): 36)
Dan diantara petunjuk Nabi Allah ﷺ adalah bahwa beliau biasa memerintah para sahabat beliau dengannya. Terutama jika beliau melihat orang-orang miskin sebagaimana disebutkan di dalam hadits Muslim dari Jariir bin ‘Abdillah al-Bajalaiy I, dia berkata di dalamnya,
[arabic-font] كُنَّا عِنْدَ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي صَدْرِ النَّهَارِ، قَالَ: فَجَاءَهُ قَوْمٌ حُفَاةٌ عُرَاةٌ مُجْتَابِي النِّمَارِ أَوِ الْعَبَاءِ، مُتَقَلِّدِي السُّيُوفِ، عَامَّتُهُمْ مِنْ مُضَرَ، بَلْ كُلُّهُمْ مِنْ مُضَرَ فَتَمَعَّرَ وَجْهُ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِمَا رَأَى بِهِمْ مِنَ الْفَاقَةِ، فَدَخَلَ ثُمَّ خَرَجَ، فَأَمَرَ بِلَالًا فَأَذَّنَ وَأَقَامَ، فَصَلَّى ثُمَّ خَطَبَ فَقَالَ: {يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ} إِلَى آخِرِ الْآيَةِ، {إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا} وَالْآيَةَ الَّتِي فِي الْحَشْرِ: {اتَّقُوا اللهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللهَ} «تَصَدَّقَ رَجُلٌ مِنْ دِينَارِهِ، مِنْ دِرْهَمِهِ، مِنْ ثَوْبِهِ، مِنْ صَاعِ بُرِّهِ، مِنْ صَاعِ تَمْرِهِ – حَتَّى قَالَ – وَلَوْ بِشِقِّ تَمْرَةٍ»[/arabic-font]
“Ketika kami di siang hari berada disisi Rasûlullâh ﷺ, tiba-tiba beliau didatangi oleh sekelompok orang yang telanjang, hanya memakai kain shuf tebal dengan bergaris-garis yang dilobangi dari kepala, sambil membawa pedang. Kebanyakan mereka atau semuanya berasal dari suku Mudhar. Maka berubahlah wajah Rasûlullâh ﷺ ketika melihat penderitaan mereka. Beliau segera masuk rumah kemudian keluar lagi dan menyuruh Bilal agar menyuarakan azdan dan iqamah kemudian beliau shalat lalu berkhutbah: “Hai sekalian manusia, bertaqwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu…” sampai akhir ayat “Sesungguhnya Allâh selalu menjaga dan mengawasi kamu.” Dan ayat lain yang ada diakhir surat al-Hasyr, “Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allâh dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok.” “Hendaklah seseorang itu bersedekah dari uang dinarnya dan dirhamnya, dari pakaiannya, dan gantangan gandumnya, dan dari gantangan kurmanya, -hingga beliau bersabda- dan meskipun dengan separuh biji kurma.”
Memberi makan memiliki sejumlah faidah, diantaranya,
Keselamatan dari kengerian hari kiamat,
Allah E berfirman,
[arabic-font] وَيُطۡعِمُونَ ٱلطَّعَامَ عَلَىٰ حُبِّهِۦ مِسۡكِينٗا وَيَتِيمٗا وَأَسِيرًا ٨ إِنَّمَا نُطۡعِمُكُمۡ لِوَجۡهِ ٱللَّهِ لَا نُرِيدُ مِنكُمۡ جَزَآءٗ وَلَا شُكُورًا ٩ إِنَّا نَخَافُ مِن رَّبِّنَا يَوۡمًا عَبُوسٗا قَمۡطَرِيرٗا ١٠ فَوَقَىٰهُمُ ٱللَّهُ شَرَّ ذَٰلِكَ ٱلۡيَوۡمِ وَلَقَّىٰهُمۡ نَضۡرَةٗ وَسُرُورٗا ١١[/arabic-font]
“Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan. Sesungguhnya Kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridhaan Allah, Kami tidak menghendaki Balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih. Sesungguhnya Kami takut akan (azab) Tuhan Kami pada suatu hari yang (di hari itu) orang-orang bermuka masam penuh kesulitan. Maka Tuhan memelihara mereka dari kesusahan hari itu, dan memberikan kepada mereka kejernihan (wajah) dan kegembiraan hati.” (QS. al-Insaan (76): 8-11)
‘Abuusan: kemasaman pada wajah.
Qamthariran: sangat kesulitan.
Ia adalah penyebab keselamatan dari api neraka,
Rasulullah ﷺ bersabda,
[arabic-font] «اتَّقُوا النَّارَ وَلَوْ بِشِقِّ تَمْرَةٍ»[/arabic-font]
“Takutlah kalian dari api neraka, sekalipun dengan separuh biji korma.” (HR. al-Bukhari Muslim)
Dan termasuk diantara sebab-sebab masuk sorga,
Dari al-Barra` bin ‘Aazib I, dia berkata, ‘Datang seorang Arab Badui kepada Nabi ﷺ seraya berkata,
[arabic-font] يَا رَسُوْلَ اللهِ، عَلِّمْنِيْ عَمَلاً يُدْخِلُنِيْ الْجَنَّةَ. قَالَ :«أَعْتِقْ النَّسَمَةَ وَفُكَّ الرَّقَبَةَ، فَإِنْ لَمْ تُطِقْ ذَلِكَ فَأَطْعِمِ الْجَائِعَ وَاسْقِ الظَّمْآنَ»[/arabic-font]
“Wahai Rasulullah, ajarkanlah kepada saya suatu amalan yang memasukkan saya ke dalam sorga. Beliau bersabda, ‘Merdekakanlah seorang budak, dan bebaskanlah budak (dengan membantu pembebasannya), maka jika Engkau tidak mampu melakukannya, maka berilah makan orang yang kelaparan, dan beri minum orang yang kehausan.” (HR. Ahmad)
Di dalam Sunan at-Turmudzi, terdapat sabda Rasulullah ﷺ,
[arabic-font] «إِنَّ فِي الْجَنَّةِ غُرَفًا، تُرَى ظُهُورُهَا مِنْ بُطُونِهَا، وَبُطُونُهَا مِنْ ظُهُورِهَا». فَقَامَ أَعْرَابِيٌّ فَقَالَ: لِمَنْ هِيَ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ :«لِمَنْ أَطَابَ الْكَلَامَ، وَأَطْعَمَ الطَّعَامَ، وَأَدَامَ الصِّيَامَ، وَصَلَّى لِلَّهِ بِاللَّيْلِ وَالنَّاسُ نِيَامٌ»[/arabic-font]
“Sesungguhnya di dalam sorga terdapat kamar-kamar; bagian luarnya terlihat dari bagian dalamnya, dan bagian dalamnya terlihat dari bagian luarnya.” Maka seorang Badui berdiri lantas berkata, ‘Bagi siapa ya Rasulullah?’ Beliau bersabda, ‘Bagi orang yang membaguskan ucapan, member makan, melanggengkan puasa, dan shalat karena Allah di waktu malam, sementara manusia tidur.”
Perkara ketiga: shalat di tengah malam.
Telah banyak diriwayatkan hadits-hadits yang mendorong perkara ini.
Nabi ﷺ bersabda,
[arabic-font] «أَفْضَلُ الصَّلَاةِ، بَعْدَ الصَّلَاةِ الْمَكْتُوبَةِ، الصَّلَاةُ فِي جَوْفِ اللَّيْلِ، »[/arabic-font]
“Seutama-utama shalat setelah shalat wajib, adalah shalat di tengah malam.” (HR. Muslim)
Beliau ﷺ bersabda,
[arabic-font] «إِنَّ فِي اللَّيْلِ لَسَاعَةً لَا يُوَافِقُهَا رَجُلٌ مُسْلِمٌ، يَسْأَلُ اللهَ خَيْرًا مِنْ أَمْرِ الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ، إِلَّا أَعْطَاهُ إِيَّاهُ، وَذَلِكَ كُلَّ لَيْلَةٍ»[/arabic-font]
“Sesungguhnya di dalam malam benar-benar terdapat satu waktu, yang tidaklah seorang laki-laki muslim bertepatan dengannya, lalu dia meminta kebaikan kepada Allah dari perkara dunia dan akhirat, melainkan Allah berikan kepadanya (permintaannya), dan yang demikian itu (ada) pada setiap malam.” (HR. Muslim)
Dan adalah Nabi ﷺ berdiri dari bagian malam hingga bengkak kedua kaki beliau ﷺ. Manakala ditanyakan kepada beliau akan hal itu, beliau menjawab,
[arabic-font] «أَفَلاَ أَكُوْنُ عَبْداً شَكُوْراً»؟[/arabic-font]
“Tidak bolehkah aku menjadi seorang hamba yang pandai bersyukur?”
(Diambil dari kitab Tsulaatsiyaat Nabawiyah Jilid I, DR. Mihran Mahir ‘Utsman, dialih bahasakan oleh Abu Rofi’ Muhammad Syahri)