Setiap Yang Memabukkan Haram
Dari Ibnu ‘Umar radhiyallaahu ‘anhuma ia berkata, “Rasulullah ﷺ bersabda:
كُلُّ مُسْكِرٍ خَمْرٌ وَكُلُّ خَمْرٍ حَرَامٌ.
‘Setiap yang memabukkan adalah khamr, dan setiap khamr haram hukumnya.’”([1])
Dari ‘Aisyah radhiyallaahu ‘anha, ia berkata, “Rasulullah ﷺ pernah ditanya tentang bita’, yaitu arak yang dibuat dari madu, dan penduduk Yaman biasa meminumnya, lalu beliau bersabda,
كُلُّ شَرَابٍ أَسْكَرَ فَهُوَ حَرَامٌ.
‘Setiap minuman yang memabukkan, maka hukumnya haram.’”([2])
Dari Ibnu ‘Umar radhiyallaahu ‘anhuma ia berkata, “‘Umar ﷻ berdiri di atas mimbar lalu berkata, ‘Amma ba’du, telah turun pengharaman khamr yaitu (khamr yang) terbuat dari lima bahan; (1) anggur, (2) kurma, (3) madu, (4) gandum, serta (5) sya’iir. Dan khamr adalah apa yang bisa menutupi akal.’”([3])
Dari an-Nu’man bin Basyir ﷻ, ia berkata, “Rasulullah ﷺ bersabda:
إِنَّ مِنَ الْحِنْطَةِ خَمْرًا، وَمِنَ الشَّعِيْرِ خَمْرًا، وَمِنَ الزَّبِيبِ خَمْرًا، وَمِنَ التَّمْرِ خَمْرًا، وَمِنَ الْعَسَلِ خَمْرًا.
‘Sesungguhnya dari gandum bisa dijadikan khamr, dari sya’ir bisa dijadikan khamr, dari anggur kering bisa dijadikan khamr, dari kurma bisa dijadikan khamr, dan dari madu bisa dijadikan khamr.’”([4])
Banyak Atau Sedikitnya Khamr Tidak Berbeda (Hukumnya)
Dari ‘Abdullah bin ‘Umar radhiyallaahu ‘anhuma, ia berkata, “Rasulullah ﷺ bersabda:
كُلُّ مُسْكِرٍ حَرَامٌ وَمَا أَسْكَرَ كَثِيرُهُ فَقَلِيلُهُ حَرَامٌ.
‘Setiap yang memabukkan hukumnya haram, dan apa yang banyaknya memabukkan, maka sedikitnya pun tetap haram.’”([5])
Dari ‘Aisyah radhiyallaahu ‘anha, ia berkata, “Rasulullah ﷺ bersabda:
كُلُّ مُسْكِرٍ حَرَامٌ مَا أَسْكَرَ الْفَرَقُ مِنْهُ فَمِلْءُ الْكَفِّ مِنْهُ حَرَامٌ.
‘Setiap yang memabukkan hukumnya haram, dan apa yang setara dengan satu faraq (ukuran yang setara tiga sha’) memabukkan, maka sepenuh telapak tangan darinya adalah haram.’”([6])
(Makalah Kajian Syarah Sullamauttaufik oleh Ust. Muhammad Syahri di Rumah Bpk. H. Jarot Jawi Prigen)
__________________________________
Footnote:
([1]) Shahih, Shahiih Sunan Ibni Majah (2734), Shahiih Muslim (2003 (75)), Sunan Ibni Majah (3390)
([2]) Muttafaq ‘alaih: Shahiih al-Bukhari (5586) dan ini lafazhnya, Shahiih Muslim (2001), Sunan Abi Dawud (3665), Sunan at-Tirmidzi (1925), Sunan an-Nasa-i (VIII/298).
([3]) Muttafaq ‘alaih, Shahiih al-Bukhari (5581), Shahiih Muslim (3032), Sunan Abi Dawud (3665), Sunan at-Tirmidzi (1925), Sunan an-Nasa-i (VIII/298)
([4]) Shahih, Shahiih Sunan Ibni Majah (2724), Sunan Ibni Majah (3379), Sunan Abi Dawud (3659), Sunan at-Tirmidzi (1934).
([5]) Shahih, Shahiih Sunan Ibni Majah (2736), Sunan Ibni Majah (3392), dan diriwayatkan pula oleh an-Nasa-i dengan lafazh yang berbeda (VIII/300, 297).
([6]) Shahih, Shahiih al-Jaami’ish Shaghiir (4552)], Sunan at-Tirmidzi (1928), Sunan Abi Dawud (3670).