Maksiat Mata: Melihat Kemungkaran (3) Bahaya Meninggalkan Amar Ma’ruf Nahi Munkar

Meninggalkan Amar Ma’ruf Nahi Mungkar Menjadikan Doa Tidak Dikabulkan

 

Dari Huzdaifah radhiyallaahu ‘anhu, dari Nabi , beliau bersabda:

 

« والَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَتَأْمُرُنَّ بالْمعرُوفِ ، ولَتَنْهَوُنَّ عَنِ المُنْكَرِ ، أَوْ لَيُوشِكَنَّ اللهُ أَنْ يَبْعثَ عَلَيْكمْ عِقَاباً مِنْهُ ، ثُمَّ تَدْعُونَهُ فَلاَ يُسْتَجابُ لَكُمْ »

 

“Demi Allâh yang jiwaku ada ditangan-Nya, kamu benar-benar mau memerintah yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar atau Allâh alan mengirim siksaan atasmu, kemudian kamu memohon kepada-Nya sehingga tidak dikabulkan untukmu.”([1])

Tidak Boleh Mendiamkan Kemungkaran

 

Dari Abû Sa’îd al-Khudhri radhiyallaahu ‘anhu, dari Nabi , beliau bersabda:

 

« إِيَّاكُمْ وَالْجُلُوسَ فِيْ الطُّرُقَاتِ » فَقَالُوا : يَا رِسُوْلَ اللهِ مَالَنَا مِنْ مَجالِسنَا بُدٌّ، نَتحدَّثُ فِيهَا، فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ ﷺ : فَإِذَا أَبَيْتُمْ إِلاَّ الْمَجْلِس فَأَعْطُوا الطَّرِيْقَ حَقَّهُ» قَالُوا: وَمَا حَقُّ الطَّرِيقِ يَا رَسُوْلَ اللهِ ؟ قال : « غَضُّ الْبَصَر، وَكَفُّ الأَذَى، وَرَدُّ السَّلَامِ ، وَالْأَمْرُ بِالْمَعْرُوْفِ ، وَالنَّهْيُ عَنِ الْمُنْكَرِ »

 

“Jauhilah duduk dipinggir-pinggir jalan.” Mereka berkata: “Wahai Rasûlullâh kami pasti memerlukan majlis-majlis untuk mengobrol disana.” Maka Rasûlullâh bersabda: “Jika kamu tidak mau kecuali tempat untuk duduk-duduk maka berikanlah hak jalan.” Mereka berkata: “Apa saja hak jalan itu wahai Rasûlullâh?” beliau bersabda: “Memejamkan pandangan, menahan gangguan (tidak mengganggu orang), menjawab salam, memerintah yang ma’ruf dan melarang yang mungkar.”([2])

 

Dari Ibnu ‘Abbâs radhiyallaahu ‘anhuma, bahwasannya Rasûlullâh melihat cincin emas ditangan seorang laki-laki maka beliau langsung mencabutnya dan melemparkannya, dan berkata:

 

« يَعْمَدُ أَحَدُكُمْ إِلَى جَمْرَةٍ مِنْ نَارٍ فَيَجْعَلُهَا فِيْ يَدِهِ ، » فَقِيْلَ لِلرَّجُلِ بَعْدَ مَا ذَهَبَ رَسُولُ اللهِ ﷺ : خُذْ خَاتمَكَ ، انتَفِعْ بِهِ . قَالَ : لاَ واللهِ لا آخُذُهُ أَبَداً وقَدْ طَرَحَهُ رَسُوْلُ اللهِ ﷺ

 

“Sengaja seorang dari kamu mendatangi bara api lalu diletakkannya di tangannya.”Setelah Rasûlullâh pergi dikatakan pada orang itu: “Ambillah cincinmu dan manfaatkanlah,” dia menjawab: “Tidak, Demi Allâh saya tidak akan mengambilnya selamanya, ia telah dicampakkan oleh Rasûlullâh ([3])

Amar Ma’ruf Nahi Mungkar Juga Terhadap Umara`

 

Dari Ummu `l-Mu`minîn Ummu Salamah Hindun Binti Abû Umayyah Huzdaifah radhiyallaahu ‘anha, dari Nabi , beliau bersabda:

 

« إِنَّهُ يُسْتَعْملُ عَليْكُمْ أُمَراءُ فَتَعْرِفُونَ وتنُكِرُونَ فَمَنْ كَرِهَ فقَدْ بَرِىءَ وَمَنْ أَنْكَرَ فَقَدْ سَلِمَ ، وَلَكِنْ مَنْ رَضِيَ وَتَابَعَ » قالوا : يا رَسُولَ اللهِ أَلاَ نُقَاتِلُهُمْ ؟ قَالَ : «لاَ، مَا أَقَامُوا فِيكُمْ الصَّلاَةَ »

 

“Sesungguhnya akan dinobatkan untuk memimpin kamu para amir (penguasa) yang kamu mengetahui dan mengingkari([4]). Maka siapa yang membenci (dalam hatinya) ia telah bebas, dan siapa yang mengingkari berarti selamat, tetapi (yang tidak selamat) orang yang rela dan mengikuti. Mereka bertanya: “Ya Rasûlullâh apakah kita tidak memerangi mereka (saja)?” Beliau menjawab: “Tidak., selama mereka menegakkan shalat ditengah-tengah kamu.”([5])

 

Maksudnya: barangsiapa membenci dengan hatinya dan tidak mampu mengingkari dengan tangan dan juga tidak dengan lisannya maka ia bebas dari dosa dan telah menunaikan tugasnya dan barang siapa mengingkari sesuai dengan kemampuannya maka ia telah selamat dari maksiat. Dan barangsiapa rela terhadap perbuatan mereka dan mengikuti mereka maka dia adalah pendurhaka.”

 

Dari Abû Sa’îd al-Khudhri radhiyallaahu ‘anhu, dari Nabi , beliau bersabda:

 

«أَفْضَلُ الْجِهَادِ كَلِمَةُ عَدْلٍ عِنْدَ سُلْطَانٍ جَائِرٍ »

 

“Jihad yang paling utama adalah ucapan keadilan dihadapan penguasa zhalim.”([6])

 

Dari Abû ‘Abdillâh Thariq Ibnu Syihab al-Bajali al-Ahmasi radhiyallaahu ‘anhu, bahwasannya ada seorang bertanya kepada Nabi ketika beliau telah meletakkan kakinya di kaki pelana untanya:

 

أَيُّ الْجِهادِ أَفْضَلُ؟ قَالَ : «كَلِمَةُ حقٍّ عِنْدَ سُلْطَانٍ جائِر »

 

“Jihad manakah yang paling utama?” Beliau menjawab:  “Ucapan yang haq dihadapan penguasa yang zhalim.”([7])

 

Gharz adalah tempat pijakan kaki yang ada pada unta, terbuat dari kulit atau kayu. Ada yang menyatakan tidak harus dari kayu dan kulit.

 

(…Bersambung…)

(Makalah Kajian Syarah Sullamauttaufik oleh Ust. Muhammad Syahri di Rumah Bpk. H. Jarot Jawi Prigen)

__________________________________

Footnote:

([1]) HR. Tirmidzî (2169), Ahmad (23349), Shahiih al-Jaami’ (7070), Shahiih at-Targhiib wa at-Tarhiib (2313), lihat juga al-Jaami’ as-Shahiih li as-Sunan wa al-Masaanid (5/250)

([2]) HR. Al-Bukhârî (2465) Muslim (2121)

([3]) HR. Muslim (2090)

([4]) Kamu mengetahui sebagian perbuatan mereka karena bersesuaian dengan syariat dan kamu mengingkari sebagiannya karena menyalahi syari’at

([5]) HR. Muslim (1854)

([6]) HR Abû Dâwud (4344), At-Tirmidzî (2174), dia berkata: “Hadîts Hasan”, lihat as-Shahiihah (491)

([7]) HR. An-Nasâ`i (4209), dengan sanad shahîh, lihat Shahiih al-Jaami’ (1100)

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *