Maksiat Mata: Melihat Kemungkaran (2) Tidak Meningkari Kemungkaran Mendatangkan Laknat Dan Kehancuran

Meninggalkan Amar Ma’ruf Nahi Mungkar Mendatangkan Laknat Allah ﷻ

 

Allâh berfirman:

 

لُعِنَ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ مِن بَنِيٓ إِسرَٰٓءِيلَ عَلَىٰ لِسَانِ دَاوُوۥدَ وَعِيسَى ٱبنِ مَريَمَ ذَٰلِكَ بِمَا عَصَواْ وَّكَانُواْ يَعتَدُونَ ٧٨ كَانُواْ لَا يَتَنَاهَونَ عَن مُّنكَرٍ فَعَلُوهُۚ لَبِئسَ مَا كَانُواْ يَفعَلُونَ ٧٩

 

“Telah dila’nati orang-orang kafir dari Bani Israil dengan lisan Dâwud dan ‘Isa putera Maryam. Yang demikian itu disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui batas. Mereka satu sama lain selalu tidak melarang tindakan mungkar yang mereka perbuat.”  (al-Maidah: 78-79)

 

Dari Ibnu Mas’ûd radhiyallaahu ‘anhu, dia berkata: “Rasûlullâh bersabda:

 

«إِنَّ أَوَّلَ مَا دخَلَ النَّقْصُ عَلَى بَنِي إِسْرائيلَ أَنَّه كَانَ الرَّجُلُ يَلْقَى الرَّجُلَ فَيَقُولُ : يَا هَذَا اتَّق اللهَ وَدعْ مَا تَصْنَعُ فَإِنَّهُ لا يَحِلُّ لك ، ثُم يَلْقَاهُ مِن الْغَدِ وَهُو عَلَى حالِهِ ، فلا يمْنَعُه ذلِك أَنْ يكُونَ أَكِيلَهُ وشَرِيبَهُ وَقعِيدَهُ ، فَلَمَّا فَعَلُوا ذَلِكَ ضَرَبَ اللهُ قُلُوبَ بَعْضِهِمْ بِبَعْضٍ »

“Sesungguhnya pertama kali masuknya kekurangan (kerusakan) pada Bani Israel adalah seorang bertemu seorang yang lain, dia berkata: “Wahai kamu, bertakwalah kepada Allâh dan tinggalkanlah apa yang sedang kamu perbuat karena  hal itu tidak halal bagimu. Kemudian keesokan harinya dia bertemu lagi dengan orang itu tetap pada keadaannya ternyata hal tersebut tidak menghalanginya untuk menjadikannya sebagi teman makan, teman minum dan teman duduknya, ketika mereka melakukan yang demikian maka Allâh menutup hati masing-masing.”

 

ثُمَّ قَالَ :  ﴿لُعِنَ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ مِن بَنِيٓ إِسۡرَٰءِيلَ عَلَىٰ لِسَانِ دَاوُۥدَ وَعِيسَى ٱبنِ مَريَمَ ذَٰلِكَ بِمَا عَصَواْ وَّكَانُواْ يَعتَدُونَ ٧٨ كَانُواْ لَا يَتَنَاهَونَ عَن مُّنكَرٍ فَعَلُوهُۚ لَبِئسَ مَا كَانُواْ يَفعَلُونَ ٧٩ تَرَىٰ كَثِيرًا مِّنهُم يَتَوَلَّونَ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْۚ لَبِئسَ مَا قَدَّمَت لَهُم أَنفُسُهُم ﴾ إِلَىٰ قَوْلِهِ : ﴿ فَٰسِقُونَ ٨١﴾

 

Kemudian beliau   bersabda: “Telah dila’nati orang-orang kafir dari Bani Israil dengan lisan Dâwud dan ‘Isa putera Maryam. Yang demikian itu disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui batas. Mereka satu sama lain selalu tidak melarang tindakan mungkar yang mereka perbuat. Sesungguhnya amat buruklah apa yang selalu mereka perbuat itu, kamu melihat kebanyakan dari mereka tolong menolong dengan orang-orang kafir (musyrik). Sesungguhnya amat buruklah apa yang mereka sediakan untuk diri mereka.”  Sampai pada firman Allâh: “adalah orang-orang fasik.” (al-Maidah: 78-81)

 

ثُمَّ قَالَ : « كَلاَّ ، وَاللهِ لَتَأْمُرُنَّ بالْمعْرُوفِ، وَلَتَنْهوُنَّ عَنِ الْمُنْكَرِ، ولَتَأْخُذُنَّ عَلَى يَدِ الظَّالِمِ، ولَتَأْطِرُنَّهُ عَلَى الْحَقِّ أَطْراً، ولَتقْصُرُنَّهُ عَلَى الْحَقِّ قَصْراً، أَوْ لَيَضْرِبَنَّ اللهُ بقُلُوبِ بَعْضِكُمْ عَلَى بَعْضٍ ، ثُمَّ لَيَلْعَنكُمْ كَمَا لَعَنَهُمْ »

Kemudian beliau bersabda: “Sekali-kali jangan (seperti mereka). Demi Allâh kamu benar-benar mau memerintah yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, menahan tangan orang yang zhalim, dan mengembalikannya kejalan yang benar dan membatasinya hanya pada yang benar, atau (kalau tidak) Allâh akan menutup hatimu, kemudian melaknat kamu sebagimana melaknat mereka.”([1])

 

Ini adalah lafadz Abû Dâwud, sedangkan lafadz Tirmidzî: “Rasûlullâh bersabda: “Tatkala Bani Israel terjerumus dalam berbagai maksiat, ulama mereka melarang mereka, tetapi mereka tetap tidak berhenti. Kemudian para ulama itu ikut duduk di majlis mereka, makan bersama mereka dan minum bersama mereka maka Allâh menutup masing-masing hati mereka dan melaknat mereka lewat lisan Dâwud dan Isa ‘alaihissalaam putra Maryam. Hal itu disebabkan oleh kedurhakaan mereka dan mereka selalu melampaui batas. Maka Rasûlullâh duduk, tadinya bersandar, dan berkata: “Tidak, demi Allâh yang jiwaku ada ditangan-Nya, kamu harus membelokkan mereka (kembali) kepada yang hak.”

 

Kata تَأْطِرُ artinya membelokkan, dan تَقْصُرُ artinya menahan dan menghentikan.

Meninggalkan Nahi Mungkar Mendatangkan Kehancuran

 

Dari Ummu `l-Mu`minîn Ummu al-Hakam Zainab binti Jahsy radhiyallaahu ‘anha, bahwasannya Nabi masuk menemuinya dalam keadaan ketakutan seraya beliau bersabda:

 

« لاَ إِلٰهَ إِلاَّ اللهُ ، ويْلٌ لِلْعربِ مِنْ شَرٍّ قَدِ اقْتربَ ، فُتحَ الْيَوْمَ مِن ردْمِ يَأْجُوجَ وَمأْجوجَ مِثْلُ هذِهِ » وَحَلَّقَ بأُصْبُعه الإِبْهَامِ والَّتِي تَلِيهَا . فَقُلْتُ: يَا رَسُوْلَ اللهِ أَنَهْلِكُ وفِينَا الصَّالحُونَ ؟ قال : « نَعَمْ إِذَا كَثُرَ الْخَبَثُ »

“Tidak ada sesembahan yang haq kecuali Allâh. Celaka orang Arab dari marabahaya yang terus mendekat. Pada hari ini telah terbuka bendungan Ya’juj dan Ma’juj sebesar (lubang) ini.” Beliau melengkungkan jari telunjuknya ke ibu jarinya. Maka saya bertanya: “Wahai Rasûlullâh apakah kita akan binasa padahal di tengah- tengah kita banyak orang-orang shaleh?” Beliau bersabda: “Ya, Jika banyak kejahatan([2]).”([3])

 

Dari Abû Bakar Ash-Shiddiq radhiyallaahu ‘anhu, dia berkata:

 

يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّكُمْ تَقْرَءُوْنَ هَذِهِ الآيةَ ﴿ يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ عَلَيكُم أَنفُسَكُم لَا يَضُرُّكُم مَّن ضَلَّ إِذَا ٱهتَدَيتُم ﴾ وَإِنِّيْ سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ ﷺ يَقُولُ : « إِنَّ النَّاسَ إِذَا رَأَوْا الظَّالِمَ فَلَمْ يَأْخُذُوا عَلَى يَدَيْهِ أَوْشَكَ أَنْ يَعُمَّهُمُ اللهُ بِعِقَابٍ مِنْهُ »

“Wahai manusia kamu membaca ayat ini: “Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu; tiadalah orang yang sesat itu akan memberi madharat kepadamu apabila kamu telah mendapat petunjuk.” (Al-Maidah: 105) Sesungguhnya saya mendengar Rasûlullâh bersabda: “Sesungguhnya manusia, apabila mereka melihat orang zhalim kemudian mereka tidak mencegahnya (dari kezhaliman)([4]) hampir saja Allâh menimpakan pada mereka semua siksaan dari-Nya.”([5])

 

(Makalah Kajian Syarah Sullamauttaufik oleh Ust. Muhammad Syahri di Rumah Bpk. H. Jarot Jawi Prigen)

__________________________________

Footnote:

([1]) HR. Abû Dâwud (4336) dan Tirmidzî (3048) dia berkata: “Hadîts Hasan”. Syaikh Al-Albaniy berkata, ‘Demikian katanya. Tentu ini sangat meragukan sebab perputarannya ada pada Abû Ubaidah Ibnu Abd Allâh Ibnu Mas’ûd, dia tidak mendengar dari ayahnya seperti yang berkali-kali diingatkan oleh Tirmidzî. Jadi sanadnya terputus (munqathi’), kemudian mereka berubah-ubah dalam sanadnya sampai ada empat versi. Semuanya saya sebut secara rinci dalam al-Ahadîts al-Dha’îfah wa al-Maudhu’ah wa Atsaruha al-Sayyi’ah ‘ala al-Ummah (1105)

([2]) Khabats adalah kefasikan dan kekejian, kandungan hadîts adalah: jika khabats merajalela maka bisa terjadi kehancuran umum sekalipun banyak orang shaleh. Hadîts juga menjelaskan sialnya maksiat dan anjuran untuk mengingkarinya.

([3]) HR. Al-Bukhârî (3346) Muslim (2880)

([4]) Mencegahnya dari berbuat zhalim dengan tangan atau lisan atau dengan hati. Siksaan  umum itu mengenai orang yang zhalim karena kezhalimannya dan mengenai yang lain karena mendiamkannya padahal mampu mencegahnya jika mau.

([5]) HR. Abû Dâwud (4338), Tirmidzî (2168) Ibnu Majah (4005), Ahmad (30), lihat al-Jaami’ as-Shahiih li as-Sunan wa al-Masaanid (19/221)

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *