Melihat Kemungkaran
كَذَلِكَ وَمُشَاهَدَةُ الْمُنْكَرِ إِذَا لَمْ يُنْكِرْ أَوْ يُعْذَرْ أَوْ يُفَارِقْ.
“Demikian Juga Melihat Kemungkaran JIka Dia Tidak Mengingkari(nya) Atau (Diberi) Alasan Atau Meninggalkan (Kemungkaran itu saat itu juga).”
Hal ini berdasarkan hadits, dari Abû Sa’îd al-Khudhri radhiyallaahu ‘anhu, dia berkata: “Saya mendengar Rasûlullâh ﷺ bersabda:
« مَنْ رَأَى مِنْكُم مُنْكراً فَلْيغيِّرْهُ بِيَدهِ ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطعْ فبِلِسَانِهِ ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبقَلبهِ وَذَلَكَ أَضْعَفُ الإِيمانِ »
“Barangsiapa diantara kamu melihat satu kemungkaran maka hendaklah merubahnya dengan tangannya, jika ia tidak sanggup maka dengan lisannya dan jika tidak sanggup (juga) maka dengan hatinya. Dan yang demikian itu adalah selemah-lemah iman.”([1])
Dari al-‘Urs ibn ‘Amirah al-Kindiy radhiyallaahu ‘anhu, dari Nabi ﷺ, beliau bersabda,
«إذَا عُمِلَتْ الْخَطِيئَةُ فِي الْأَرْضِ كَانَ مَنْ شَهِدَهَا وَكَرِهَهَا» ، وَفِي رِوَايَةٍ: «فَأَنْكَرَهَا كَمَنْ غَابَ عَنْهَا، وَمَنْ غَابَ عَنْهَا فَرَضِيَهَا كَانَ كَمَنْ شَهِدَهَا»
“Jika sebuah kesalahan (dosa, kemaksiatan) dilakukan di bumi, maka adalah orang yang menyaksikannya dan membencinya [dalam sebuah riwayat, ‘Maka dia mengingkarinya.’] maka dia seperti orang yang tidak hadir darinya, dan barangsiapa tidak hadir darinya, lalu dia meridhainya, maka dia seperti orang yang menyaksikannya.”([2])
Tidak Ada Iman Bagi Yang Tidak Mengingkari Kemungkaran
Demikian juga hadits Ibnu Mas’ûd radhiyallaahu ‘anhu, bahwa Rasûlullâh ﷺ bersabda:
«مَا مِنْ نَبِيٍّ بعَثَهُ اللهُ في أُمَّةٍ قَبْلِي إِلاَّ كان لَه مِن أُمَّتِهِ حواريُّون وأَصْحَابٌ يَأْخذون بِسُنَّتِهِ ويقْتدُون بأَمْرِه، ثُمَّ إِنَّها تَخْلُفُ مِنْ بعْدِهمْ خُلُوفٌ يقُولُون مَالاَ يفْعلُونَ، ويفْعَلُون مَالاَ يُؤْمَرون، فَمَنْ جاهدهُم بِيَدهِ فَهُو مُؤْمِنٌ، وَمَنْ جاهدهم بقَلْبِهِ فَهُو مُؤْمِنٌ، ومَنْ جَاهَدهُمْ بِلِسانِهِ فَهُو مُؤْمِنٌ، وليس وراءَ ذلِك مِن الإِيمانِ حبَّةُ خرْدلٍ »
“Tidak ada seorang Nabi yang diutus oleh Allâh dalam satu ummat sebelumku melainkan memiliki dari umatnya itu hawariyyun([3]) dan sahabat-sahabat yang mengambil sunnahnya dan meneladani perintahnya. Kemudian terjadi setelah mereka generasi-generasi yang mengatakan apa yang tidak mereka lakukan dan melakukan apa yang tidak diperintahkan. Maka barangsiapa memerangi mereka dengan hatinya dia itu mukmin. Dan barangsiapa memerangi mereka dengan lisannya dia itu mukmin. Dan setelah itu tidak ada iman meskipun seberat biji sawi.”([4])
(Makalah Kajian Syarah Sullamauttaufik oleh Ust. Muhammad Syahri di Rumah Bpk. H. Jarot Jawi Prigen)
__________________________________
Footnote:
([2]) Hasan, HR. Abu Dawud (4345, 4346), lihat Shahiih al-Jaami’ (689), Shahiih at-Targhiib wa at-Tarhiib (2323), lihat juga al-Jaami’ as-Shahiih li as-Sunan wa al-Masaanid (6/439)
([3]) Murid-murid Nabi yang paling khusus dan pilihan