فََصْْلٌٌ: وَمِنْ مَعَاصِى اللِّسَانِ الْغِيْبَةُ وَهُوَ ذِكْرُكَ أَخَاكَ الْمُسْلِمَ بِمَا يَكْرَهُهُ وَإِنْ كَانَ فِيْهِ.
‘Pasal: Dan diantara bentuk maksiat lisan adalah ghibah; yaitu penyebutanmu terhadap saudara muslimmu dengan apa yang dia tidak suka sekalipun perkara itu ada padanya.’
Semua Anggota Tubuh Dipertanggung Jawabkan
Allâh ﷻ berfirman:
وَلَا تَقفُ مَا لَيسَ لَكَ بِهِۦ عِلمٌ إِنَّ ٱلسَّمعَ وَٱلبَصَرَ وَٱلفُؤَادَ كُلُّ أُوْلَٰٓئِكَ كَانَ عَنهُ مَسؤُولًا ٣٦
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggunganjawabnya.” (Al-Isra’:36)
Allâh ﷻ berfirman:
مَّا يَلفِظُ مِن قَولٍ إِلَّا لَدَيهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ ١٨
“Tiada suatu ucapanpun yang diucapkan melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.” (QS. Qoof:18)
Imam Nawawi rahimahullah berkata di dalam Riyadhusshalihiin:
اعْلَمْ أنَّهُ يَنْبَغِي لِكُلِّ مُكَلَّفٍ أَنْ يَحْفَظَ لِسَانَهُ عَنْ جَميعِ الكَلامِ إِلاَّ كَلاَمًا ظَهَرَتْ فِيهِ المَصْلَحَةُ، ومَتَى اسْتَوَى الكَلاَمُ وَتَرْكُهُ فِي المَصْلَحَةِ، فالسُّنَّةُ الإمْسَاكُ عَنْهُ، لأَنَّهُ قَدْ يَنْجَرُّ الكَلاَمُ المُبَاحُ إِلَى حَرَامٍ أَوْ مَكْرُوهٍ، وذَلِكَ كَثِيرٌ في العَادَةِ، والسَّلاَمَةُ لا يَعْدِلُهَا شَيْءٌ.
‘Ketahuilah bahwasanya sesungguhnya setiap orang mukallaf (akil baligh) diperintahkan untuk selalu menjaga lisannya dari setiap ucapan, kecuali ucapan yang ada manfaatnya, dan manakala manfaat berbicara dan mudharatnya itu sama, maka sunnahnya adalah diam, karena bisa jadi ucapan yang asalnya boleh-boleh saja berubah menjadi haram atau makruh, dan ini biasanya banyak sekali terjadi, sedangkan selamat dari yang haram atau makruh adalah sesuatu yang tidak ternilai harganya.’([1])
Berbicara Yang Baik Adalah Ciri Orang Mukmin
Dari Abû Hurairah radhiyallaahu ‘anhu, dari Nabi ﷺ beliau bersabda:
« مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْراً ، أَوْ لِيَصْمُتْ »
“Barang siapa yang beriman kepada Allâh dan hari akhir, maka hendaknya ia berkata baik atau diam.”([2])
Hadîts ini jelas sekali menunjukkan, hendaknya seseorang itu tidak berbicara kecuali dengan ucapan yang baik, artinya yang ada manfaatnya, dan jika dia ragu apakah ucapannya itu ada manfaatnya atau tidak, maka lebih baik diam.
(… bersambung…)
(Makalah Kajian Syarah Sullamauttaufik oleh Ust. Muhammad Syahri di Rumah Bpk. H. Jarot Jawi Prigen)
__________________________________
Footnote:
([1]) Riyaadhushshaalihiin, Bab Tahriimul Ghiibah Wal Amru Bi Hifzhillisaan.
([2]) HR. Al-Bukhârî (6475) Muslim (47)