Maksiat Hati: Mengungkit-Ungkit Pemberian

al-‘Allaamah Abdullah bin Husein bin Thahir Ba’alawiy rohimahullah berkata:

 

وَالْمَنُّ بِالصَّدَقَةِ وَيُبْطِلُ ثَوَابَهَا

“Mengungkit-ungkit shadaqah, dan itu membatalkan pahalanya.”

 

Syarah:

 

Allah berfirman:

 

الَّذِينَ يُنفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ ثُمَّ لَا يُتْبِعُونَ مَا أَنفَقُوا مَنًّا وَلَا أَذًى ۙ لَّهُمْ أَجْرُهُمْ عِندَ رَبِّهِمْ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ ٢٦٢ ۞ قَوْلٌ مَّعْرُوفٌ وَمَغْفِرَةٌ خَيْرٌ مِّن صَدَقَةٍ يَتْبَعُهَا أَذًى ۗ وَاللهُ غَنِيٌّ حَلِيمٌ ٢٦٣ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُبْطِلُوا صَدَقَاتِكُم بِالْمَنِّ وَالْأَذَىٰ كَالَّذِي يُنفِقُ مَالَهُ رِئَاءَ النَّاسِ وَلَا يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ۖ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ صَفْوَانٍ عَلَيْهِ تُرَابٌ فَأَصَابَهُ وَابِلٌ فَتَرَكَهُ صَلْدًا ۖ لَّا يَقْدِرُونَ عَلَىٰ شَيْءٍ مِّمَّا كَسَبُوا ۗ وَاللهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ ٢٦٤

 

“Orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah, kemudian mereka tidak mengiringi apa yang dinafkahkannya itu dengan menyebut-nyebut pemberiannya dan dengan tidak menyakiti (perasaan si penerima), mereka memperoleh pahala di sisi Tuhan mereka. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik dari sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan si penerima). Allah Maha Kaya lagi Maha Penyantun. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.” (QS. al-Baqarah: 262-264)

 

Nabi bersabda,

 

«إيَّاكُمْ وَالْمَنَّ بِالْمَعْرُوفِ، فَإِنَّهُ يُبْطِلُ الشُّكْرَ، وَيَمْحَقُ الْأَجْرَ، ثُمَّ تَلَا ﷺ هَذِهِ الْآيَةَ: {يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تُبْطِلُوا صَدَقَاتِكُمْ بِالْمَنِّ وَالأَذَى} [البقرة: 264] »

 

“Berhati-hatilah kalian dari mengungkit-ungkit kebaikan, karena itu akan membatalkan syukur, dan memusnahkan pahala, kemudian beliau membaca ayat Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima).”([1])

 

Dari Abû Dzar , dari Nabi  , beliau bersabda:

 

«ثَلاثةٌ لا يُكلِّمُهُمْ اللهُ يوْمَ القيامةِ، ولا يَنْظُرُ إليْهِمْ، ولا يُزَكِّيهِمْ وَلهُمْ عذابٌ أليمٌ» قال : فَقرأها رسولُ اللهِ ﷺ ثَلاثَ مَرَّاتٍ. قال أبو ذرٍّ: خَابُوا وخَسِرُوا مَنْ هُمْ يَا رَسُوْلَ اللهِ، قَالَ المُسْبِلُ، وَالمَنَّانُ، وَالمُنْفِقُ سِلْعَتَهُ بِالحِلفِ الكَاذبِ»

 

“Tiga macam orang Allâh tidak akan mengajak bicara pada mereka nanti pada hari kiamat, juga tidak akan memandang, dan tidak mensucikan mereka, bahkan bagi mereka siksa yang amat pedih.” Abû Dzar berkata: “Kemudian Rasûlullâh membaca ayat tersebut tiga kali.” Lalu beliau (Abû Dzar) melanjutkan: “Celaka dan merugilah mereka, siapa mereka wahai Rasul?” Rasûlullâh bersabda: “Orang yang memanjangkan celananya hingga menutupi kedua mata kaki, orang yang suka mengingat pemberiannya, dan orang yang menjual dagangannya dengan sumpah bohong.”([2])

 

Di dalam sebuah riwayat yang lain,

 

«الْمَنَّانُ الَّذِي لَا يُعْطِي شَيْئًا إلَّا مَنَّهُ»

 

‘Orang-orang yang mengungkit-ungkit adalah orang yang tidak memberikan sesuatu melainkan dia mengungkitnya.”([3])

 

Nabi bersabda,

 

«أَرْبَعَةٌ لَا يَنْظُرُ اللهُ إلَيْهِمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ: عَاقٌّ وَمَنَّانٌ وَمُدْمِنُ خَمْرٍ وَمُكَذِّبٌ بِقَدَرٍ»

 

“Empat (golongan orang) yang Allah tidak melihat mereka pada hari kiamat; orang yang durhaka kepada orang tua, yang mengungkit-ungkit kebaikan, pecandu khomer, dan yang mendustakan takdir.”([4])

 

Nabi bersabda,

 

«لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنَّانٌ وَلَا عَاقٌّ وَلَا مُدْمِنُ خَمْرٍ»

 

“Tidak akan masuk sorga; orang yang mengungkit-ungkit kebaikan, yang durhaka kepada orang tua, dan pecandu khomer.”([5])

 

Nabi bersabda,

 

«ثَلَاثَةٌ لَا يَنْظُرُ اللهُ إلَيْهِمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ: الْعَاقُّ لِوَالِدَيْهِ وَالْمَرْأَةُ الْمُتَرَجِّلَةُ الْمُتَشَبِّهَةُ بِالرِّجَالِ وَالدَّيُّوثُ، وَثَلَاثَةٌ لَا يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ: الْعَاقُّ لِوَالِدَيْهِ وَالْمُدْمِنُ عَلَى الْخَمْرِ وَالْمَنَّانُ بِمَا أَعْطَى»

 

“Tiga (golongan orang) Allah tidak melihat kepada mereka pada hari kiamat; orang yang durhaka kepada kedua orang tuanya, wanita yang menyerupai laki-laki, laki-laki yang tidak punya cemburu. Dan tiga golongan orang yang mereka tidak akan masuk sorga; orang durhaka kepada kedua orang tuanya, pecandu khomer, dan orang yang mengungkit apa yang dia berikan.”([6])

 

Nabi bersabda,

 

«ثَلَاثَةٌ لَا يَقْبَلُ اللهُ مِنْهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ صَرْفًا وَلَا عَدْلًا: عَاقٌّ وَمَنَّانٌ وَمُكَذِّبٌ بِالْقَدَرِ»

 

“Tiga golongan orang yang allah tidak akan menerima dari mereka pada hari kiamat penukaran dan tebusan; orang yang durhaka kepada orang tua, orang yang mengungkit-ungkit pemberian, dan orang yang mendustakan taqdir.”([7])

 

(Makalah kajian Syarah Sullamuttaufik, Ust. Muhammad Syahri)

____________________

Footnote:

([1]) Disebutkan oleh al-Imam al-Qurthubi di dalam Tafsirnya (III/202)

([2]) HR Muslim (171), Ahmad (V/158), at-Turmudzi (1211), Abu Dawud (4087)

([3]) Shahih, HR. Abu ‘Uwanah dalam Musnadnya (I/40)

([4]) Hasan, HR. at-Thabraniy (VIII/287), Ibnu ‘Adiy, as-Shahihah (1785)

([5]) Shahih, HR. an-Nasa`iy (VIII/318), as-Shahihah (670)

([6]) Shahih, HR. Ahmad (II/134), an-Nasa`iy (V/80), al-Hakim (I/72), dan dia berkata, ‘Sanadnya shahih, dan tidak dikeluarkan oleh al-Bukhari Muslim.’ Dan disetujui oleh adz-Dzahabiy, as-Shahihah (674, 1397)

([7]) Hasan, HR. at-Thabraniy (7547), Ibnu ‘Ashim (I/323), Ibnu ‘Asakir (XI/423), as-Shahihah (1785)

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *