Berkata al’Allaamah Abdullah bin Husain bin Thahir Ba’alawiy rohimahullah:
وَالْبُخْلُ بِمَا أَوْجَبَ اللهُ وَالشُّحُّ وَالْحِرْصُ
“Dan Bakhil terhadap perkara yang Allah wajibkan, pelit, dan tamak.”
Penjelasan:
Allah ﷻ berfirman:
وَلَا يَحْسَبَنَّ الَّذِينَ يَبْخَلُونَ بِمَا آتَاهُمُ اللهُ مِن فَضْلِهِ هُوَ خَيْرًا لَّهُم ۖ بَلْ هُوَ شَرٌّ لَّهُمْ ۖ سَيُطَوَّقُونَ مَا بَخِلُوا بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ۗ وَلِلَّهِ مِيرَاثُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۗ وَاللهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ ١٨٠
“Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari karunia-Nya menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. Harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat. Dan kepunyaan Allah-lah segala warisan (yang ada) di langit dan di bumi. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Ali ‘Imran: 180)
Dari Abû Hurairah ﷻ, bahwasannya dia mendengar Rasûlullâh ﷺ bersabda:
«مَثَلُ البَخِيلِ والمُنْفِقِ، كَمَثَلِ رَجُلَيْنِ عَلَيْهِمَا جُبَّتَانِ مِن حَديد مِنْ ثْدِيِّهِما إِلى تَرَاقِيهمَا، فَأَمَّا المُنْفِقُ، فَلا يُنْفِقُ إِلاَّ سَبَغَتْ، أَوْ وَفَرَتْ على جِلدِهِ حتى تُخْفِيَ بَنَانَهُ، وَتَعْفُوَ أَثَرَهُ، وَأَمَّا البَخِيلُ، فَلا يُرِيدُ أَنْ يُنْفِقَ شَيئاً إِلاَّ لَزِقَتْ كُلُّ حَلْقَةٍ مَكَانَهَا، فَهُو يُوَسِّعُهَا فَلا تَتَّسِعُ»
“Perumpamaan orang bakhil dan orang yang menafkahkan hartanya adalah bagaikan dua orang yang memakai baju besi, mulai dari susu (dada)nya hingga tulang yang ada dipangkal lehernya. Adapun orang yang infak maka setiap kali ia berinfak baju itu mengembang (melebar) menutupi kulitnya hingga menutupi jari jemarinya, dan menutupi jejak langkahnya. Sedangkan orang yang kikir, maka setiap kali ia tidak ingin membelanjakan hartanya, tiap-tiap lingkaran besi itu akan melekat pada tempatnya, dia berusaha mengembangkannya tetapi baju itu tidak bisa berkembang.”([1])
Dari Jâbir ﷻ, bahwa Rasûlullâh ﷺ bersabda:
«اتَّقُوا الظُّلْمَ، فَإِنَّ الظُّلْمَ ظُلمَاتٌ يوْمَ القِيامَة، واتَّقُوا الشُّحَّ، فَإِنَّ الشُّحَّ أَهْلَكَ مَنْ كانَ قَبْلَكُمْ، حَمَلَهُم على أَن سَفَكُوا دِمَاءَهم واستحَلُّوا مَحَارِمَهُم»
“Takutlah perbuatan zhalim itu karena kezhaliman adalah kegelapan-kegelapan pada hari kiamat. Dan takutlah dari sifat kikir dan tamak, karena kikir dan tamak telah menghancurkan orang-orang sebelum kamu, ia menyebabkan mereka saling membunuh dan saling menghalalkan apa yang diharamkan (oleh) Allâh atas mereka.”([2])
Dari Ka’ab Ibnu Malik ﷻ, dia berkata: “Rasûlullâh ﷺ bersabda:
«مَا ذِئْبَان جَائعَانِ أُرْسِلا في غَنَم بأَفْسَدَ لَهَا مِنْ حِرْصِ المَرْءِ على المالِ وَالشـَّرفِ لِدِينهِ»
“Tidaklah pengerusakan dua serigala lapar yang dilepas dalam rombongan kambing melebihi dari pengerusakan sifat tamak (rakus) kepada harta dan kedudukan terhadap agama seseorang.”([3])
Dari Abû Hurairah ﷻ sesungguhnya Rasûlullâh ﷺ bersabda:
« إِنَّكُمْ سَتَحْرِصُوْنَ عَلىَ الْإِمَارَةِ ، وَسَتَكُوْنُ نَدَامَةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ »
“Sesungguhnya kalian akan berambisi merebut jabatan dan nanti pada hari kiamat jabatan itu akan menjadi penyesalan.”([4])
Dari ‘Ali ﷻ, Rasulullah ﷺ bersabda,
«إنَّ اللهَ – تَعَالَى – يُبْغِضُ الْبَخِيلَ فِي حَيَاتِهِ السَّخِيَّ عِنْدَ مَوْتِهِ»
“Sesungguhnya Allah ﷻ membenci orang yang bakhil dalam kehidupannya, dan yang dermawan pada kematiannya.”([5])
Nabi ﷺ bersabda,
«إيَّاكُمْ وَالشُّحَّ فَإِنَّمَا هَلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ بِالشُّحِّ، أَمَرَهُمْ بِالْبُخْلِ فَبَخِلُوا وَأَمَرَهُمْ بِالْقَطِيعَةِ فَقَطَعُوا، وَأَمَرَهُمْ بِالْفُجُورِ فَفَجَرُوا»
“Berhati-hatilah kalian dari sifat kikir lagi tamak, dikarenakan orang yang sebelum kalian binasa dengan kikir dan tamak. Karena sifat itu akan memerintahkan mereka untuk bakhil, lalu mereka bakhil. Kemudian memerintah mereka untuk memutus tali rahim, lalu mereka memutusnya. Dan memerintah mereka untuk berbuat jahat, lalu mereka berbuat jahat.”([6])
Nabi ﷺ bersabda,
«خَصْلَتَانِ لَا يَجْتَمِعَانِ فِي مُؤْمِنٍ الْبُخْلُ وَسُوءُ الْخُلُقِ»
“Ada dua pekerti yang tidak akan pernah terkumpul pada diri seorang mukmin; bakhil dan akhlak jelek.”([7])
Dari Abu Hurairah ﷻ, Nabi ﷺ bersabda,
«شَرُّ مَا فِي الرَّجُلِ شُحٌّ هَالِعٌ وَجُبْنٌ خَالِعٌ»
“Seburuk-buruk perkara pada seseorang adalah kikir lagi tamak yang (membuat) susah (panik saat mengeluarkan harta), dan kepengecutan (yang) sangat (yang seakan-akan dia menanggalkan hatinya.”([8])
(Makalah Kajian Syarah Sullamuttaufik, Ust. Muhammad Syahri)
_______________________
([1]) HR. Al-Bukhârî (1443) Muslim (1021)
([3]) HR. Tirmidzî (2376) dia berkata: “Hadîts Hasan Shahîh”, Ahmad (15822), lihat Shahiih al-Jaami’ (5620), Shahiih at-Targhiib wa at-Tarhiib (1710), al-Jaami’ as-Shahiih li as-Sunan wa al-Masaanid (4/492)
([4]) HR. Al-Bukhârî (6729), an-Nasa`iy (5385), Ahmad (9790), Ibnu Hibban (4482), al-Jaami’ as-Shahiih li as-Sunan wa al-Masaanid (36/370)
([5]) Dha’if, HR. al-Khathib dalam al-Bukhala`, Dha’if al-Jami’ (1686)
([6]) Shahih, HR. Abu Dawud (1698), al-Hakim (I/11), dan beliau menshahihkannya, dan disetujui oleh adz-Dzahabiy rahimahullaah
([7]) Dha’if, HR. al-Bukhari dalam Adabul Mufrad (45/282), at-Turmudzi (1691), ad-Dha’ifah (1119)
([8]) Shahih, HR. Abu Dawud (2511), Ahmad (II/302, 320), al-Baihaqiy (IX/170), Ibnu Hibban (808), Abu Nu’aim dalam al-Hilyah (IX/80). As-Shahihah (560)