Lezatnya Mencari Dan Menghafal Ilmu Lebih Nikmat Dan Lezat Dari Pada Menjadi Menteri

Silsilah Mutiara Perkataan Salafusshalih (20)

 

Lezatnya Mencari Dan Menghafal Ilmu Lebih Nikmat Dan Lezat Dari Pada Menjadi Menteri

 

Telah di sebutkan dalam sebuah kitab karangan Imam adz-Dzahabi “Tadzkirotul Hufaadz” jilid yang ke 3/915 sebuah kisah yang sangat menakjubkan tentang keberadaan ulama salaf dengan ilmu, kisah tersebut di sebutkan beliau ketika sedang menjelaskan biografinya ulama Hufadz bahkan salah seorang pembesarnya dan juga seorang Imam yang kokoh Abu Qosim Sulaiman bin Ayub ath-Thabrani asy-Syami rahimahullah, berikut kisahnya:

 

Kisah ini di riwayatkan dari Ibnul Amiid, di mana beliau berkata, “Saya tidak pernah mengira di dunia ini ada yang lebih nikmat dan lezat melainkan enaknya menjadi seorang menteri seperti keberadaanku sekarang ini, sampai pada suatu ketika saya melihat sebuah diskusi ilmiah antara ath-Thabrani dan al-Ja’ani di hadapanku.

 

Adalah ath-Thabrani sering mematahkan perkataan lawan debatnya dengan hafalanya yang sangat luas dan banyak, sedangkan Abu Bakar (al-Ja’ani) mampu mematahkan perkataan lawan debatnya dengan kecerdasanya, kejadian itu sampai terdengar suara masing-masing yang kadang saling meninggi.

 

Sampai pada giliranya al-Ja’ani mengatakan kepada beliau, “Saya memiliki sebuah hadits yang tidak ada di kolong langit ini yang mempunyainya melainkan saya”.

 

Beliau menjawab: “Sebutkanlah”.

 

Lantas dirinya mulai menyebutkan sanadnya: “Telah menceritakan kepada kami Abu Khalifah, dia berkata telah menceritakan kepada kami Sulaiman bin Ayub”, kemudian beliau menyebutkan haditsnya secara sempurna.

 

Maka berkatalah ath-Thabrani: “Saya adalah Sulaiman bin Ayub itu, dan dari saya lah Abu Khalifah itu mendengar hadits tersebut, dia mendengar dengan ijazah yang tinggi dari saya”.

 

Maka al-Ja’ani menjadi merah mukanya karena merasa malu.

 

Maka Ibnul Amiid mengatakan setelah menyebutkan kisah di atas: “Saya berandai-andai sekiranya tidak menjadi menteri seperti sekarang tapi menjadi ath-Thabrani yang merasa bahagia seperti kebahagianya”.

 

(Disadur dari kitab Aqwaal wa Hikam Min Afwaahi as-Salaf As-Shaalih, Darul Wathan)

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *