HADITS ZAINAB ISTRI ABDULLOH BIN MAS’UD
عَنْ زَيْنَبَ، امْرَأَةِ عَبْدِ اللهِ، قَالَتْ: قَالَ لَنَا رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «إِذَا شَهِدَتْ إِحْدَاكُنَّ الْمَسْجِدَ فَلَا تَمَسَّ طِيبًا»
Dari Zainab, istri Abdullah (bin Mas’ud), dia berkata: Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada kami (para wanita): “Jika salah seorang dari kalian pergi ke masjid, janganlah memakai wewangian”.
(HR. Muslim, no. 142/443, dan ini lafazhnya; Ibnu Khuzaimah, no. 1680; Nasai, no. 5131, 5262)
HADITS ABU HUROIROH
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «أَيُّمَا امْرَأَةٍ أَصَابَتْ بَخُورًا فَلَا تَشْهَدْ مَعَنَا الْعِشَاءَ الْآخِرَةَ»
Dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu, dia berkata: Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Siapapun wanita yang memakai asap wewangian, dia tidak boleh menghadiri sholat isya’ bersama kami”.
(HR. Muslim, 143/444; Nasai, 5128, 5263; Abu Dawud, no. 4175; Ahmad, no. 8035)
HADITS ABU HUROIROH:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «لَا تَمْنَعُوا إِمَاءَ اللهِ مَسَاجِدَ اللهِ، وَلَكِنْ لِيَخْرُجْنَ وَهُنَّ تَفِلَاتٌ»
Dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu, dia berkata; Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Kamu jangan menghalangi hamba-hamba wanita Alloh (pergi ke) masjid-masjid Alloh. Tetapi mereka hendaklah keluar rumah dengan tidak memakai wewangian”.
(HR. Abu Dawud, no. 565; Ahmad, no. 9645, 10144, 10835; Ibnu Hibban, no. 2214. Syaikh Al-Albani berkata, “Hasan Shohih”.)
Wanita Ke Masjid Memakai Wewangian, Harus Pulang Dan Mandi
HADITS ABU HUROIROH
Jalur 1:
عَنْ رَجُلٍ ثِقَةٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «إِذَا خَرَجَتِ الْمَرْأَةُ إِلَى الْمَسْجِدِ، فَلْتَغْتَسِلْ مِنَ الطِّيبِ، كَمَا تَغْتَسِلُ مِنَ الْجَنَابَةِ »
Diriwayatkan dari seorang pria yang dapat dipercaya, dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu, dia berkata: Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Jika seorang wanita pergi ke masjid, hendaklah dia mandi membersihkan dari wewangian, seperti dia mandi dari sebab janabat”.
(HR. Nasai, no. 5127. Sanadnya lemah, pria yang dapat dipercaya itu tidak diketahui. Namun hadits ini memiliki jalur-jalur lain yang menguatkannya. Syaikh Al-Albani menshohihkannya di dalam Silsilah Ash-Shohihah, no. 1031)
Jalur 2:
عَنْ مَوْلَى أَبِي رُهْمٍ، اسْمُهُ عُبَيْدٌ أَنَّ أَبَا هُرَيْرَةَ لَقِيَ امْرَأَةً مُتَطَيِّبَةً تُرِيدُ الْمَسْجِدَ، فَقَالَ: يَا أَمَةَ الْجَبَّارِ، أَيْنَ تُرِيدِينَ؟ قَالَتْ: الْمَسْجِدَ، قَالَ: وَلَهُ تَطَيَّبْتِ؟ قَالَتْ: نَعَمْ. قَالَ: فَإِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – يَقُولُ: «أَيُّمَا امْرَأَةٍ تَطَيَّبَتْ، ثُمَّ خَرَجَتْ إِلَى الْمَسْجِدِ، لَمْ تُقْبَلْ لَهَا صَلَاةٌ حَتَّى تَغْتَسِلَ»
Diriwayatkan dari maula Abu Ruhm, yang bernama ‘Ubaid, bahwa Abu Hurairah bertemu dengan seorang wanita yang memakai wewangian, dia sedang pergi ke masjid. Abu Hurairah bertanya: “Wahai wanita hamba Al-Jabbar (Alloh Yang Maha Perkasa), engkau hendak ke mana?”
Dia menjawab: “Ke masjid”.
Abu Hurairah bertanya lagi: “Engkau memakai wewangian untuk ke masjid?”.
Dia menjawab: “Ya.”
Abu Hurairah berkata: Sesungguhnya saya telah mendengar Rasulullah –shallallaahu ‘alaihi wa sallam– bersabda: “Siapapun wanita yang memakai wewangian, lalu keluar ke masjid, sholatnya tidak akan diterima untuknya sampai dia mandi (membersihkan diri dari wewangiannya)”.
(HR. Ibnu Majah, no. 4002. Sanadnya lemah, namun hadits ini memiliki jalur-jalur lain yang menguatkannya. Syaikh Al-Albani menshohihkannya di dalam Silsilah Ash-Shohihah, no. 1031)
Jalur 3:
حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ الْحَارِثِ بْنِ أَبِي عُبَيْدٍ مِنْ أَشْيَاخِ كُوثَى مَوْلَى أَبِي رُهْمٍ الْغِفَارِيِّ، عَنْ جَدِّهِ قَالَ: خَرَجْتُ مَعَ أَبِي هُرَيْرَةَ مِنَ الْمَسْجِدِ ضُحًى، فَلَقِيَتْنَا امْرَأَةٌ بِهَا مِنَ الْعِطْرِ شَيْءٌ لَمْ أَجِدْ بِأَنْفِي مِثْلَهُ قَطُّ، فَقَالَ لَهَا أَبُو هُرَيْرَةَ: عَلَيْكِ السَّلَامُ، فَقَالَتْ: وَعَلَيْكَ، قَالَ: فَأَيْنَ تُرِيدِينَ؟ قَالَتْ: الْمَسْجِدَ، قَالَ: وَلِأِيِّ شَيْءٍ تَطَيَّبْتِ بِهَذَا الطِّيبِ؟ قَالَتْ: لِلْمَسْجِدِ، قَالَ: آللهِ؟ قَالَتْ: اللهِ، قَالَ: آللهِ؟ قَالَتْ: اللهِ، قَالَ: فَإِنَّ حِبِّي أَبَا الْقَاسِمِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَخْبَرَنِي أَنَّهُ «لَا تُقْبَلُ لِامْرَأَةٍ صَلَاةٌ تَطَيَّبَتْ بِطِيبٍ لِغَيْرِ زَوْجِهَا حَتَّى تَغْتَسِلَ مِنْهُ غُسْلَهَا مِنَ الْجَنَابَةِ »، فَاذْهَبِي فَاغْتَسِلِي مِنْهُ، ثُمَّ ارْجِعِي فَصَلِّي.
Telah bercerita kepada kami ‘Abdurrohman bin al-Harits bin Abi ‘Ubaid, syaikh dari kota Kutsa, maula Abu Ruhm al-Ghifari, meriwayatkan dari kakeknya, dia berkata: “Aku keluar dari masjid bersama Abu Hurairah pada waktu dhuha,kemudian seorang wanita menemui kami dengan sesuatu parfum yang tidak pernah aku temukan dengan hidungku, maka Abu Hurairah berkata kepadanya: “Semoga keselamatan dilimpahkan kepadamu”,
Dan dia menjawab: “Dan kepadamu juga”.
Abu Hurairah bertanya: “Engkau akan pergi kemana?”
Dia menjawab: “Ke masjid”.
Abu Hurairah bertanya: “Demi Alloh?”,
Dia menjawab: “Demi Alloh”.
Abu Hurairah bertanya: “Demi Alloh?”,
Dia menjawab: “Demi Alloh”.
Abu Hurairah berkata: “Sesungguhnya kekasihku, Abu al-Qasim –shallallaahu ‘alaihi wa sallam– telah memberitahukan kepadaku: “Tidak akan diterima sholat seorang wanita yang memakai wewangian untuk selain suaminya, sampai dia mandi (membersihkan diri dari wewangiannya) sebagaimana mandinya dari sebab janabat”. Oleh karena itu pergilah pulang, kemudian mandilah darinya (membersihkan diri dari wewangian itu), kemudian kembalilah ke masjid, lalu sholatlah!”.
(HR. Al-Baihaqi di dalam As-Sunan al-Kubra, no. 5376. Syaikh Al-Albani menshohihkannya di dalam Silsilah Ash-Shohihah, no. 1031)
FAWAID HADITS:
Syaikh Muhammad bin Ali bin Adam bin Musa al-Itsyuubiy al-Wallawiy berkata:
“Faedah-faedahnya:
- (Di antaranya): bab yang dibuat oleh penyusun (imam Nasai) rohimahulloh Ta’ala, yaitu penjelasan syari’at mandi bagi seorang wanita yang keluar dari rumahnya memakai wewangian.
- (Di antaranya): haram bagi seorang wanita untuk pergi keluar rumah dengan memakai wewangian, walaupun ke tempat ibadah, seperti masjid, karena hal itu akan menyebabkan ketertarikan laki-laki dengannya.
- (Di antaranya): Jika seorang wanita telah melakukannya, dia harus kembali, dan termasuk kesempurnaan taubatnya: mandi dengan menyeluruh, yaitu mandi janabat.
Dan Allah subhaanahu wata’aalaa lebih mengetahui kebenaran, hanya kepada-Nya tempat kembali. Aku tidak menginginkan kecuali perbaikan semampuku, dan tidak ada yang memberikan taufiq kepadaku kecuali Alloh, kepada-Nya aku bertawakkal dan kepada-nya aku bertaubat”.
(Dzakhiratul ‘Uqba fii Syarh al-Mujtaba, 38/177)
Inilah sedikit penjelasan tentang hadits yang agung ini. Semoga Alloh selalu memudahkan kita untuk melaksanakan ketaatan dan menjauhi kemaksiatan. Dan selalu membimbing kita di atas jalan kebenaran menuju sorga-Nya yang penuh kebaikan.
Ditulis oleh Muslim Atsari,
Sragen, Bakda Ashar Rabu, 9-Jumadal Ula-1445 H / 22-November-2023 M