Hadits-Hadits Fadhoil al-Qur`an (35) Kisah Lengkap Keindahan Bacaan Abu Musa
Oleh: al-Ustadz Muslim al-Atsariy hafizhahullah
HADITS BUROIDAH radhiyallaahu ‘anhu
عَنِ ابْنِ بُرَيْدَةَ، عَنْ أَبِيهِ قَالَ: خَرَجَ بُرَيْدَةُ عِشَاءً فَلَقِيَهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَأَخَذَ بِيَدِهِ فَأَدْخَلَهُ الْمَسْجِدَ فَإِذَا صَوْتُ رَجُلٍ يَقْرَأُ، فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «تُرَاهُ مُرَائِيًا؟» فَأَسْكَتَ بُرَيْدَةُ فَإِذَا رَجُلٌ يَدْعُو. فَقَالَ: اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ بِأَنِّي أَشْهَدُ أَنَّكَ أَنْتَ اللهُ الَّذِي لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ، الْأَحَدُ الصَّمَدُ الَّذِي لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ، فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، أَوْ قَالَ وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لَقَدْ سَأَلَ اللهَ بِاسْمِهِ الْأَعْظَمِ الَّذِي إِذَا سُئِلَ بِهِ أَعْطَى، وَإِذَا دُعِيَ بِهِ أَجَابَ» قَالَ: فَلَمَّا كَانَ مِنَ الْقَابِلَةِ خَرَجَ بُرَيْدَةُ عِشَاءً، فَلَقِيَهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَأَخَذَ بِيَدِهِ فَأَدْخَلَهُ الْمَسْجِدَ، فَإِذَا صَوْتُ الرَّجُلِ يَقْرَأُ، فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «أَتَقُولُهُ مُرَائِيًا؟» فَقَالَ بُرَيْدَةُ: «أَتَقُولُهُ مُرَائِيًا يَا رَسُولَ اللهِ؟ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «لَا. بَلْ مُؤْمِنٌ مُنِيبٌ، لَا. بَلْ مُؤْمِنٌ مُنِيبٌ» فَإِذَا الْأَشْعَرِيُّ يَقْرَأُ بِصَوْتٍ لَهُ فِي جَانِبِ الْمَسْجِدِ فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «إِنَّ الْأَشْعَرِيَّ، أَوْ إِنَّ عَبْدَ اللهِ بْنَ قَيْسٍ، أُعْطِيَ مِزْمَارًا مِنْ مَزَامِيرِ دَاوُدَ» فَقُلْتُ: أَلَا أُخْبِرُهُ يَا رَسُولَ اللهِ؟ قَالَ: «بَلَى فَأَخْبِرْهُ» فَأَخْبَرْتُهُ، فَقَالَ: أَنْتَ لِي صَدِيقٌ أَخْبَرْتَنِي عَنْ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِحَدِيث.
Dari Ibnu Buraidah, dari ayahnya, Ibnu Buraidah berkata: Pada suatu malam Buraidah keluar, kemudian Nabi ﷺ berpapasan dengannya, beliau meraih tangannya kemudian membawanya masuk ke masjid, ternyata ada suara seseorang membaca Al-Quran.
Nabi ﷺ bersabda: “Apakah kamu melihatnya melakukan karena riya`?”. Buraidah diam.
Kemudian orang itu berdoa: “Ya Allah! Sesungguhnya aku meminta kepada-Mu, karena aku bersaksi bahwa Engkau adalah Allah yang tidak ada ilah (yang haq) lain selain-Mu, Engkau Maha Esa, tempat bergantung, tidak melahirkan, tidak dilahirkan, dan tidak ada satu sekutu bagi-Nya”.
Nabi ﷺ bersabda: “Demi Alloh yang jiwa Muhammad berada ditanganNya, dia meminta kepada Allah dengan namaNya yang paling agung, yang bila diminta dengannya pasti Dia akan memberi, bila diseru dengannya pasti akan mengabulkan.”
Pada suatu malam yang lain Buraidah keluar, kemudian Nabi ﷺ berpapasan dengannya, beliau meraih tangannya kemudian membawanya masuk ke masjid, ternyata ada suara seseorang membaca Al-Quran.
Nabi ﷺ bersabda: “Apakah kamu mengatakan dia berbuat riya`?”.
Buraidah berkata: “Apakah engkau mengatakan, dia berbuat riya` wahai Rasulullah?”
Rasulullah ﷺ bersabda: “Tidak, tapi dia adalah seorang mukmin yang bertaubat, dia adalah seorang mukmin yang bertaubat.”
Ternyata dia adalah (Abu Musa) Al-Asy’ari yang tengah membaca Al-Quran di sudut masjid.
Lalu Rasulullah ﷺ bersabda: “Sesungguhnya Al-Asy’ari -atau ‘Abdullah bin Qais- telah diberi suara indah dari suara indah Nabi Dawud.”
Aku berkata: “Bolehkah aku memberitahukan padanya, wahai Rasulullah?”.
Beliau menajwab: “Ya, beritahukan padanya.” Lalu aku memberitahunya.
Abu Musa Al-Asy’ari berkata: “Engkau adalah temanku, engkau telah memberitahu-ku suatu hadits dari Rasulullah ﷺ”.([1])
FAWAID HADITS:
Ada beberapa faedah yang bisa kita ambil dari hadits ini, antara lain:
1- Terkadang Nabi dan sahabat keluar rumah di malam hari menuju masjid.
2- Terkadang sebagian sahabat sholat malam sendirian di masjid, membaca Al-Quran dengan keras dan berdoa dengan keras. Yaitu didengar oleh orang lain, namun tidak dengan berteriak dan tidak mengganggu orang lain.
3- Tidak boleh menuduh orang yang berdoa dengan keras atau membaca Al-Qur’an dengan keras sebagai orang riya’.
4- Keutamaan berdoa dan meminta Allah dengan nama-Nya yang paling agung, yang bila diminta dengannya pasti Dia akan memberi, bila diseru dengannya pasti akan mengabulkan.
5- Keutamaan sahabat Abu Musa Al-Asy’ariy, karena Rasulullah ﷺ bersaksi bahwa beliau adalah seorang mukmin yang bertaubat dan memiliki suara indah seperti suara indah Nabi Dawud.
6- Kesesatan golongan Khowarij yang mengkafirkan sahabat Abu Musa Al-Asy’ariy.
7- Anjuran membaguskan suara ketika membaca kitab suci Al-Qur’an.
8- Anjuran memberikan kabar gembira kepada saudara atau sahabat.
9- Membalas kebaikan orang yang telah berbuat baik, sebagaimana sikap Abu Musa kepada Buroidah.
Inilah sedikit penjelasan tentang hadits yang agung ini. Semoga Alloh ﷻ selalu memudahkan kita untuk melaksanakan ketaatan dan menjauhi kemaksiatan. Dan selalu membimbing kita di atas jalan kebenaran menuju Sorga-Nya yang penuh kebaikan.([2])
_________________
Footnote:
([1]) HR. Ahmad, no. 22952; Ibnu Hibban, no. 892. Dishohihkan oleh Syaikh Al-Albani dan Syaikh Syu’aib Al-Arnauth
([2]) Sragen, Jum’at Bakda isya, 7-Dzulhijjah-1442 H / 16-Juli-2021