Maksiat Perut : Meminum Khomer Dan Segala Yang Memabukkan
al-Habib ‘Abdullah bin Husain bin Thaahir Ba’alawiy berkata di dalam Sullamuttaufik:
وَشُرْبُ الْخَمْرِ وَحَدُّ الشَّارِبِ أَرْبَعُوْنَ جَلْدَةً لِلْحُرِّ وَنِصْفُهَا لِلرَّقِيْقِ وَلِلْإِمَامِ الزِّيَادَةُ تَعْزِيْرًا، وَمِنْهَا أَكْلُ كُلِّ مُسْكِرٍ وَكُلِّ نَجَسٍ وَمُسْتَقْذَرٍ
“Meminum khomer, dan hukum had peminum khomer adalah empat puluh kali cambukan bagi yang merdeka, dan separuhnya bagi yang budak, dan imam boleh untuk menambahkannya sebagai bentuk ta’zir, dan diantaranya adalah memakan segala perkara yang memabukkan, dan setiap najis dan yang kotor.”
Allah a berfirman,
۞ يَسْأَلُونَكَ عَنِ الْخَمْرِ وَالْمَيْسِرِ ۖ قُلْ فِيهِمَا إِثْمٌ كَبِيرٌ وَمَنَافِعُ لِلنَّاسِ وَإِثْمُهُمَا أَكْبَرُ مِن نَّفْعِهِمَا ۗ
“Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: “Pada keduanya terdapat dosa yang besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya”.” (QS. al-Baqarah: 219)
Allah a berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّمَا الْخَمْرُ وَالْمَيْسِرُ وَالْأَنصَابُ وَالْأَزْلَامُ رِجْسٌ مِّنْ عَمَلِ الشَّيْطَانِ فَاجْتَنِبُوهُ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ ٩٠
“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.” (QS. al-Maidah: 90)
Terdapat riwayat yangt sabit dari Ibnu ‘Abbas i, dia berkata,
لَمَّا نَزَلَ تَحْرِيْمُ الْخَمْرِ مَشَى الصَّحَابَةُ بَعْضُهُمْ إِلَى بَعْضٍ، وَقَالُوا : حُرِّمَتْ الْخَمْرُ، وَجُعِلَتْ عَدْلاً لِلشِّرْكِ
‘Tatkala turun pengharaman khamar, sebagian sahabat berjalan kepada sebagian sahabat yang lain dan berkata, ‘Khamer telah diharamkan dan dijadikan sederajat dengan syirik.’(1)
‘Abdullah bin ‘Umar i (bahkan) berpendapat bahwa meminum khamer (minuman keras) adalah dosa yang paling besar. Dan meminum khamer tidak diragukan adalah induk dari segala perbuatan keji, dan orang yang melakukannya telah dilaknat dalam banyak hadits.
Dan Nabi bersabda,
«مَنْ شَرِبَ الْخَمْرَ فَاجْلِدُوهُ، فَإِنْ عَادَ فَاجْلِدُوهُ، فَإِنْ عَادَ فِي الثَّالِثَةِ أَوِ الرَّابِعَةِ فَاقْتُلُوهُ»
‘Barangsiapa meminum khomer, maka cambuklah dia. Jika dia kembali, maka cambuklah dia lagi. Jika dia masih juga kembali meminumnya ketiga kali, maka cambuklah dia. Dan jika masih kembali meminumnya pada yang keempat kali, maka bunuhlah dia.’ (2)
Dari ‘Amr bin al-Harits, Amr bin Syu’aib menceritakan kepadaku, dari bapaknya, dari ‘Abdullah bin ‘Amr, dari Rasulullah beliau bersabda,
«مَنْ تَرَكَ الصَّلَاةَ سُكْرًا مَرَّةً وَاحِدَةً، فَكَأَنَّمَا كَانَتْ لَهُ الدُّنْيَا وَمَا عَلَيْهَا فَسُلِبَهَا، وَمَنْ تَرَكَ الصَّلَاةَ سُكْرًا أَرْبَعَ مَرَّاتٍ، كَانَ حَقًّا عَلَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ أَنْ يَسْقِيَهُ مِنْ طِينَةِ الْخَبَالِ» قِيلَ: وَمَا طِينَةُ الْخَبَالِ يَا رَسُولَ اللهِ؟ قَالَ: «عُصَارَةُ أَهْلِ جَهَنَّمَ»
‘Barangsiapa yang ninggalkan shalat sekali karena mabuk, maka seakan-akan dia sebelumnya memiliki dunia dan segala isinya lalu diambil paksa darinya. Dan barangsiapa meninggalkan shalat empat kali karena mabuk, maka adalah hak bagi Allah untuk memberinya minum thinah al-Khabal (lumpur busuk).’ Ditanyakan kepada beliau, ‘Apa itu Thinatul Khabal?’ Maka beliau menjawab, ‘Saripati (dari darah dan nanah) para penghuni neraka Jahannam.’(3)
Kemudian dari Jabir bin ‘Abdillah f,
أَنَّ رَجُلًا قَدِمَ مِنْ جَيْشَانَ، وَجَيْشَانُ مِنَ الْيَمَنِ، فَسَأَلَ النَّبِيَّ عَنْ شَرَابٍ يَشْرَبُونَهُ بِأَرْضِهِمْ مِنَ الذُّرَةِ، يُقَالُ لَهُ: الْمِزْرُ، فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «أَوَ مُسْكِرٌ هُوَ؟» قَالَ: نَعَمْ، قَالَ رَسُولُ اللهِ : «كُلُّ مُسْكِرٍ حَرَامٌ، إِنَّ عَلَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ عَهْدًا لِمَنْ يَشْرَبُ الْمُسْكِرَ أَنْ يَسْقِيَهُ مِنْ طِينَةِ الْخَبَالِ» قَالُوا: يَا رَسُولَ اللهِ، وَمَا طِينَةُ الْخَبَالِ؟ قَالَ: «عَرَقُ أَهْلِ النَّارِ» أَوْ «عُصَارَةُ أَهْلِ النَّارِ»
“Bahwasannya ada seorang laki-laki datang dari Jaisyan –dan jaisyan adalah daerah di Yaman- lalu bertanya kepada Nabi tentang suatu jenis minuman yang biasa mereka minum di negeri merkea yang terbuat dari jagung yang dikenal dengan nama al-Mizr, maka Nabi bersabda, ‘Apakah minuman tersebut memabukkan?’ Orang itu menjawab, ‘Ya.’ Rasulullah bersabda, ‘Setiap yang memabukkan itu adalah haram, sesungguhnya ada janji Allah bagi orang yang meminum minuman yang memabukkan, bahwa dia akan memberikannya minum dari lumpur yang busuk (thinatul khabal).’ Dikatakan ‘Wahai Rasulullah, apakah thinatul khobal itu?’ Maka beliau bersabda, ‘Keringat para penduduk neraka, atau sari pati (dari darah dan nanah) para penghuni neraka.”(4)
Rasulullah juga bersabda,
«مَنْ شَرِبَ الخَمْرَ فِي الدُّنْيَا، [ثُمَّ لَمْ يَتُبْ مِنْهَا]، حُرِمَهَا فِي الآخِرَةِ»
“Barangsiapa yang minum khamer di dunia, [kemudian dia tidak bertaubat darinya] maka diharamkan baginya (maksudnya, tidak akan dapat meminumnya) di akhirat.”(5)
Pecandu Khomer Seperti Penyembah Berhala
Dari beliau , beliau bersabda
«مُدْمِنُ الْخَمْرِ إِنْ مَاتَ، لَقِيَ اللهَ كَعَابِدِ وَثَنٍ»
“Pecandu minuman keras, jika dia mati (dan tidak bertaubat darinya), maka dia akan bertemu dengan Allah seperti penyembah berhala.”(6)
Pecandu Khomer Jika Mati Belum Bertaubat, Maka Tidak Masuk Sorga
Dari Ibnu ‘Amr I, Bahwa Rasulullah bersabda,
«لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنَّانٌ، وَلَا عَاقٌّ، وَلَا مُدْمِنُ خَمْرٍ»
“Tidak akan masuk sorga orang yang mengungkit-ungkit (kebaikan); orang yang durhaka kepada kedua orang tua, tidak juga orang yang kecanduan khomer.”(7)
Disebutkan di dalam sebuah riwayat,
«ثَلَاثَةٌ قَدْ حَرَّمَ اللهُ عَلَيْهِمُ الْجَنَّةَ: مُدْمِنُ الْخَمْرِ، وَالْعَاقُّ وَالدَّيُّوثُ الَّذِي يُقِرُّ فِي أَهْلِهِ الْخُبْثَ»
“Tiga (golongan orang) yang Allah telah haramkan atas mereka sorga; pecandu khomer, orang yang durhaka kepada kedua orang tuanya, dan dayyuts, yaitu orang yang membiarkan keburukan ada pada keluarganya.”(8)
Allah tidak akan menerima satu kebaikan dari pemabuk
Dari Jabir bin ‘Abdillah f, Rasulullah bersabda,
ثَلَاثَةٌ لَا يَقْبَلُ اللهُ لَهُمْ صَلَاةً، وَلَا يَصْعَدُ لَهُمْ حَسَنَةٌ. الْعَبْدُ الْآبِقُ حَتَّى يَرْجِعَ إِلَى مَوَالِيهِ فَيَضَعُ يَدَهُ فِي أَيْدِيهِمْ، وَالْمَرْأَةُ السَّاخِطُ عَلَيْهَا زَوْجُهَا حَتَّى يَرْضَى، وَالسَّكْرَانُ حَتَّى يَصْحُوَ
“Tiga golongan orang yang Allah tidak akan menerima bagi mereka satu shalatpun, dan tidak akan diangkat untuk mereka ke langit satu kebaikanpun; budak yang melarikan diri dari tuannya hingga dia kembali ke tuannya, lalu meletakkan tangannya di tangan-tangan mereka; dan wanita yang suaminya marah kepadanya hingga dia meridhainya; dan orang yang mabuk hingga sadar.”(9)
Dari Abu Sa’id al-Khudriy f, Rasulullah bersabda,
لَا يَقْبَلُ اللهُ لِشَارِبِ الْخَمْرِ صَلَاةً مَا دَامَ فِي جَسَدِهِ شَيْءٌ مِنْهَا
“Allah tidak akan menerima satu shalatpun bagi peminum khomer selagi di dalam jasadnya ada sesuatu darinya.”(10)
Di dalam sebuah riwayat,
مَنْ شَرِبَ الْخَمْرَ لَمْ يَقْبَلِ اللهُ مِنْهُ شَيْئًا وَمَنْ سَكَرَ مِنْهَا لَمْ تُقْبَلْ لَهُ صَلَاةٌ أَرْبَعِيْنَ صَبَاحاً فَإِنْ تَابَ ثُمَّ عَادَ كَانَ حَقًا عَلىَ اللهِ أَنْ يَسْقِيَهُ مِنْ مُهْلِ جَهَنَّمَ
“Barangsiapa meminum khomer maka Allah tidak akan menerima darinya sesuatupun, dan barangsiapa mabuk darinya, maka tidak akan diterima darinya satu shalatpun selama empat puluh hari, maka jika dia bertaubat, kemudian kembali (meminumnya) maka ada hak atas Allah untuk memberinya minum dari cairan Jahannam.”(11)
Rasulullah bersabda,
مَنْ شَرِبَ الْخَمْرَ وَلَمْ يَسْكُرْ أَعْرَضَ اللهُ عَنْهُ أَرْبَعِيْنَ لَيْلَةً وَمَنْ شَرِبَ الْخَمْرَ وَسَكَرَ لَمْ يَقْبَلِ اللهُ مِنْهُ صرفاً وَلَا عدلاً أَرْبَعِينَ لَيْلَة فَإِن مَاتَ فِيهَا مَاتَ كَعَابِدِ وَثَنٍ وَكَانَ حَقًا عَلىَ اللهِ أَنْ يُسْقِيَهُ مِنْ طِيْنَةِ الْخَبَالِ قِيْلَ يَا رَسُولَ اللهِ وَمَا طِيْنَةُ الْخَبَالِ قَالَ عُصَارَةُ أَهْلِ النَّارِ الْقَيْحُ وَالدَّمُ
“Barangsiapa meminum khomer lalu dia tidak mabuk, maka Allah berpaling darinya selama empat puluh hari, maka jika dia mati padanya, maka dia mati seperti penyembah berhala, dan ada hak atas Allah untuk memberinya minum dari thinatul khobal.’ Lalu dikatakan, ‘Wahai Rasulullah, apa itu thinatul khobal?’ Beliau bersabda, ‘Inti sari penghuni neraka; nanah dan darah.’ (12)
‘Abdullah bin Abi Aufa berkata,
مَنْ مَاتَ مُدْمِنًا لِلْخَمْرِ مَاتَ كَعَابِدِ اللاَّتَ وَالْعُزَّى قِيْلَ أَرَأَيْتَ مُدْمِنَ الْخَمْرِ هُوَ الَّذِي لَا يَسْتَفِيْقُ مِنْ شُرْبِهَا قَالَ لَا وَلَكِنْ هُوَ الَّذِي يَشْرَبُهَا إِذَا وَجَدَهَا وَلَو بَعْدَ سِنِيْنَ
‘Barangsiapa mati dalam keadaan kecancuan khomer, maka dia mati seperti penyembah Lata dan ‘Uzza.’ Dikatakan, ‘Apakah Anda berpandangan bahwa pecandu khomer itu adalah yang tidak pernah sadar dari meminumnya.’ Maka dia berkata, ‘Tidak, akan tetapi dia adalah yang meminumnya jika mendapatinya sekalipun setelah bertahun-tahun.’(13)
Terangkatnya Keimanan dari Peminum Khomer
Dari Abu Hurairah f, dari Nabi , beliau bersabda,
«لَا يَزْنِي الزَّانِي حِينَ يَزْنِي وَهُوَ مُؤْمِنٌ، وَلَا يَسْرِقُ حِينَ يَسْرِقُ وَهُوَ مُؤْمِنٌ، وَلَا يَشْرَبُ الْخَمْرَ حِينَ يَشْرَبُهَا وَهُوَ مُؤْمِنٌ، وَالتَّوْبَةُ مَعْرُوضَةٌ بَعْدُ»
“Tidaklah berzina seorang pezina saat dia berzina sementara dia dalam keadaan beriman; dan tidaklah mencuri seorang pencuri saat dia mencuri sementara dia dalam keadaan beriman; dan tidaklah meminum khomer saat dia meminumnya sementara dia dalam keadaan beriman, dan taubat itu diajukan setelahnya.’(14)
Dalam sebuah riwayat,
مَنْ زَنىَ أَوْ شَرِبَ الْخَمْرَ نَزَعَ اللهُ مِنْهُ الْإِيْمَانَ كَمَا يَخْلَعُ الْإِنْسَانُ الْقَمِيْصَ مِنْ رَأْسِهِ
“Barangsiapa berzina, atau meminum khomer, maka Allah akan mencabut darinya keimanan sebagaimana manusia menanggalkan bajunya dari kepalanya.”(15)
Dalam sebuah riwayat,
إِن رَائِحَة الْجنَّة لَتُوْجَدُ مِنْ مَسِيْرَةِ خَمْسِمِائَةِ عَامٍ وَلَا يَجِدُ رِيْحَهَا عَاقٌ وَلَا مَنَّانٌ وَلَا مُدْمِنُ خَمْرٍ وَلَا عَابِدُ وَثَنٍ
“Sesungguhnya bau sorga benar-benar didapat dari perjalanan lima ratus tahun, dan orang yang durhaka kepada kedua orang tuanya tidak akan dapat medapatinya, tidak juga orang yang mengungkit-ungkit kebaikan, tidak juga pecandu khomer, dan tidak juga penyembah berhala.”(16)
Dari Abu Musa al-Asy’ariy f, dia berkata, ‘Rasulullah bersabda,
«لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مُدْمِنُ خَمْرٍ، وَلَا مُؤْمِنٌ بِسِحْرٍ، وَلَا قَاطِعٌ، وَمَنْ مَاتَ وَهُوَ يَشْرَبُ الْخَمْرَ سَقَاهُ اللهُ مِن نَهْر الْغُوطَةِ، وَهُوَ مَاءٌ يَسِيلُ مِنْ فَرُوجِ الْمُومِسَاتِ يُؤْذِي رِيحُهُ مَنْ فِي النَّارِ»
“Tidak akan masuk sorga; pecandu khomer, tidak juga yang percaya dengan sihir, pemutus tali rahim, dan orang yang mati sementara dia meminum khomer, maka Allah akan memberinya minum dari sungai ghuthah, yaitu air yang mengalir dari kemaluannya para pezina, yang bau kemaluan mereka mengganggu orang-orang yang ada di dalam neraka.”(17)
Laknat Terhadap Khomer
Dari Ibnu ‘Umar i, Rasulullah bersabda,
«لَعَنَ اللهُ الْخَمْرَ، وَشَارِبَهَا، وَسَاقِيَهَا، وَبَائِعَهَا، وَمُبْتَاعَهَا، وَعَاصِرَهَا، وَمُعْتَصِرَهَا، وَحَامِلَهَا، وَالْمَحْمُولَةَ إِلَيْهِ»
“Allah melaknat khomer, peminumnya, penuang minum, penjual, pembeli, pemeras, yang minta diperaskan, pembawa, dan yang dibawakan untuknya.”(18)
Dari Ibnu ‘Abbas j, Rasulullah bersabda,
أَتَانِي جِبْرِيلُ، فَقَالَ: يَا مُحَمَّدُ، إِنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ لَعَنَ الْخَمْرَ، وَعَاصِرَهَا، وَمُعْتَصِرَهَا، وَشَارِبَهَا، وَحَامِلَهَا، وَالْمَحْمُولَةَ إِلَيْهِ، وَبَائِعَهَا، وَمُبْتَاعَهَا، وَسَاقِيَهَا، وَمُسْتَقِيَهَا
“Jibril mendatangiku seraya berkata, ‘Wahai Muhammad, sesungguhnya Allah telah melaknat khomer, pemerasnya, yang minta diperaskan, peminumnya, pembawanya, yang dibawakan untuknya, penjualnya, pembelinya, penuang minumnya, dan yang minta dituangkan.’(19)
Larangan Menjenguk Peminum Khomer Jika sakit, Dan Bersalam Untuk Mereka
Dari ‘Abdullah bin ‘Umar bin al-‘Ash I, dia berkata,
لَا تَعُوْدُوا شَرَّابَ الْخَمرِ إِذَا مَرِضُوا
“Janganlah kalian menjeguk peminum khomer jika mereka sakit.”(20)
Ibnu ‘Umar j berkata,
لا تُسَلِّمُوا عَلَى شَرَبَةِ الخَمْرِ
“Janganlah kalian mengucapkan salam kepada orang yang banyak minum khomer.”(21)
Tidak Halal Berobat Dengan Khomer
Dari Ummu Salamah J, dia berkata,
اشْتَكَتِ ابْنَةٌ لِي، فَنَبَذْتُ لَهَا فِي كُوزٍ، فَدَخَلَ النَّبِيُّ ، وَهُوَ يَغْلِي، فَقَالَ «مَا هَذَا؟» فَقَالَتْ: إِنَّ ابْنَتِي اشْتَكَتْ فَنَبَذْنَا لَهَا هَذَا، فَقَالَ : «إِنَّ اللهَ لَمْ يَجْعَلْ شِفَاءَكُمْ فِي حَرَامٍ»
‘Putriku sakit, maka akupun membuatkan nabidz (minuman keras dari anggur) untuknya pada sebuah panci. Maka Nabi masuk, sementara (isi) panci itu tengah mendidih. Maka Nabi bersabda, ‘Apa ini?’ Maka dia menjawab, ‘Sesungguhnya putriku sakit, maka kami membuat nabidz ini untuknya.’ Maka Nabi bersabda, ‘Sesungguhnya Allah tidak menjadikan kesembuhan kalian pada yang haram.”(22)
Mengkonsumsi Miras Dan Narkoba Adalah Tanda Hari Kiamat(23)
Dari Anas bin Malik I, dia berkata, Rasulullah bersabda,
«إِنَّ مِنْ أَشْرَاطِ السَّاعَةِ : أَنْ يُرْفَعَ الْعِلْمُ ، وَيَثْبُتَ الْجَهْلُ ، وَيُشْرَبَ الْخَمْرُ ، وَيَظْهَرَ الزِّنَا »
“Sesungguhnya termasuk tanda-tanda hari kiamat; diangkatnya ilmu, ditetapkannya kebodohan, diminumnya khomer, dan merajalelanya perzinahan.”(24)
Dari ‘Ubadah bin as-Shamit I, dia berkata, ‘Rasulullah bersabda,
« لَيَسْتَحِلَّنَّ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِي الْخَمْرَ بِاسْمٍ يُسَمُّونَهَا إِيَّاهُ »
“Akan ada satu kelompok dari umatku yang akan menghalalkan khomer dengan nama yang mereka berikan nama itu kepadanya.”(25)
Tidak Diterimanya Taubat Orang Yang Terus Menerus Mengkonsumsi Khomer
Dari ‘Abdullah bin ‘Umar i, Rasulullah bersabda,
«مَنْ شَرِبَ الْخَمْرَ لَمْ يَقْبَلِ اللهُ لَهُ صَلَاةً أَرْبَعِينَ صَبَاحًا ، فَإِنْ تَابَ تَابَ اللهُ عَلَيْهِ ، فَإِنْ عَادَ لَمْ يَقْبَلِ اللهُ لَهُ صَلَاةً أَرْبَعِينَ صَبَاحًا ، فَإِنْ تَابَ تَابَ اللهُ عَلَيْهِ ، فَإِنْ عَادَ لَمْ يَقْبَلِ اللهُ لَهُ صَلَاةً أَرْبَعِينَ صَبَاحًا ، فَإِنْ تَابَ تَابَ اللهُ عَلَيْهِ ، فَإِنْ عَادَ الرَّابِعَةَ لَمْ يَقْبَلِ اللهُ لَهُ صَلَاةً أَرْبَعِينَ صَبَاحًا ، فَإِنْ تَابَ لَمْ يَتُبِ اللهُ عَلَيْهِ ، وَسَقَاهُ مِنْ نَهْرِ الْخَبَالِ قِيلَ يَا أَبَا عَبْدِ الرَّحْمَنِ وَمَا نَهْرُ الْخَبَالِ قَالَ نَهْرٌ مِنْ صَدِيدِ أَهْلِ النَّارِ»
“Barangsiapa meminum khomer, maka Allah tidak akan menerima baginya satu shalatpun selama empat puluh hari. Maka jika dia bertaubat, Allah pun menerima taubatnya. Jika dia kembali (minum khomer) maka Allah tidak akan menerima satu shalatpun selama empat puluh hari. Jika dia bertaubat, maka Allah menerima taubatnya. Jika dia kembali (meminum khomer), maka Allah tidak akan menerima satu shalatpun selama empat puluh hari untuknya. Jika dia bertaubat, maka Allah menerima taubatnya. Jika dia kembali (meminum khomer) untuk keempat kalinya, maka Allah tidak akan menerima satu shalatpun untuknya selama empat puluh hari. Jika dia bertaubat, maka Allah tidak akan menerima taubatnya. Dan Allah akan memberinya minum dari sungai Khobal.’ Dikatakan, ‘Wahai ‘Abu ‘Abdirrahman, ‘Apa itu sungai Khobal?’ dia menjawab, ‘Sebuah sungai dari nanah penghuni neraka.’(26)
Tidak Boleh Duduk Di Jamuan Yang Ada Khomernya
Dari Ibnu ‘Abbas i, dari Nabi , beliau bersabda,
«مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلاَ يَشْرَبِ الْخَمْرَ ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلاَ يَجْلِسْ عَلىَ مَائِدَةٍ يُشْرَبُ عَلَيْهَا الْخَمْرُ»
“Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka jangan meminum khomer, dan barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka jangan duduk diatas jamuan yang pada khomer itu diminum.”(27)
Kabar Gembira Bagi Yang Meninggalkan Khomer Karena Allah
Dari Abu Hurairah I, Rasulullah bersabda,
«مَنْ سَرَّهُ أَنْ يَسْقِيَهُ اللهُ الْخَمْرَ فِيْ الْآخِرَةِ ، فَلْيَتْرُكْهَا فِيْ الدُّنْيَا ، وَمَنْ سَرَّهُ أَنْ يَكْسُوَهُ اللهُ الْحَرِيْرَ فِيْ الْآخِرَةِ فَلْيَتْرُكْهُ فِيْ الدُّنْيَا »
“Barangsiapa senang Allah memberinya minum khomer di akhirat, maka hendaknya dia meninggalkannya di dunia. Dan siapa senang Allah memberinya pakaian sutra di akhirat, maka hendaknya dia meninggalkannya di dunia.”(28)
Dari Anas , bahwa Rasulullah bersabda,
«مَنْ تَرَكَ الْخَمْرَ وَهُوَ يَقْدِرُ عَلَيْهِ لأَسْقِيَنَّهُ مِنْهُ فِي حَظِيرَةِ الْقُدُسِ ـ يعني الجنة ـ ، وَمَنْ تَرَكَ الْحَرِيرَ وَهُوَ يَقْدِرُ عَلَيْهِ، لأَكْسُوَنَّهُ إِيَّاهُ مِنْ حَظِيرَةِ الْقُدُسِ»
“Barangsiapa meninggalkan khomer sementara dia mampu atasnya, maka aku akan benar-benar memberinya minum darinya di sorga, dan barangsiapa meninggalkan sutra sementara dia mampu atasnya, maka benar-benar aku akan memberikan pakaian padanya di sorga.”(29)
Allah berfirman:
تِلْكَ حُدُودُ اللَّهِ ۚ وَمَن يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ يُدْخِلْهُ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِن تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا ۚ وَذَٰلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ ١٣
“(Hukum-hukum tersebut) itu adalah ketentuan-ketentuan dari Allah. Barangsiapa taat kepada Allah dan Rasul-Nya, niscaya Allah memasukkannya kedalam surga yang mengalir didalamnya sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan itulah kemenangan yang besar.” (QS. An-Nisa`: 13)
Allah berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا ٧٠ يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ ۗ وَمَن يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا ٧١
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar.” (QS. al-Ahzab: 71)
Imam Nawawi al-Bantani q berkata,
(وَحَدُّ الشَّارِبِ أَرْبَعُوْنَ جِلْدَةً) بِسَوْطٍ أَوْ نَحْوِهِ (لِلْحُرِّ) ذَكَرًا أَوْ أُنْثَى لِأَنَّهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَمَرَ بِالضَّرْبِ بِسَبَبِ شُرْبِ الْخَمْرِ بِالْجَرِيْدِ وَالنِّعَالِ أَرْبَعِيْنَ. رَوَاهُ مُسْلِمٌ. (وَنِصْفُهَا) وَهِيَ عِشْرُوْنَ جِلْدَةً (لِلرَّقِيْقِ) وَلَوْ مُبَعَّضًا هَذَا عِنْدَنَا خِلَافًا لِلْأَئِمَّةِ الثَّلَاثَةِ حَيْثُ قَالُوا أَنَّهُ ثَمَانُوْنَ لِلْحُرِّ وَأَرْبَعُوْنَ لِلرَّقِيْقِ.
‘[Dan hadnya peminum khomer adalah empat puluh kali cambukan] dengan cambuk atau semacamnya, [bagi orang merdeka] baik laki-laki maupun perempuan dikarenakan Nabi telah memerintahkan untuk memukuli karena sebab meminum khomer dengan pelepah korma, dan sandal sebanyak empat puluh kali.’(30) [Dan separuhnya] yaitu dua puluh kali pukulan [bagi budak] sekalipun (dilakukan dengan dipisah-pisah sebagian pemukulannya). Ini, menurut kami ini menyelisihi ketiga imam, dimana mereka mengatakan bahwa pukulan itu sebanyak delapan puluh kali untuk yang merdeka dan empat puluh kali untuk budak.(31)
(وَلِلْإِمَامِ الزِّيَادَةُ) أَيْ عَلَى الْأَرْبَعِيْنَ إِلَى ثَمَانِيْنَ لِمَا رَوَاهُ مُسْلِمٌ أَنَّ عُمَرَ جَعَلَ ذَلِكَ ثَمَانِيْنَ. وَقَالَ عَلِيٌّ لِعُمَرَ: هَذَا أَحَبُّ إِلَيَّ …. (تَعْزِيْرًا)
[Dan bagi imam boleh menambah] atas empat puluh kali hingga delapan puluh kali berdasarkan riwayat imam Muslim bahwa ‘Umar , menjadikan 80 kali. ‘Ali berkata kepada ‘Umar , ‘Ini lebih aku sukai.’(32) [Sebagai ta’zir]وَمِنْهَا أَكْلُ كُلِّ مُسْكِرٍ وَكُلِّ نَجَسٍ وَمُسْتَقْذَرٍ.
“Dan diantara maksiat perut adalah memakan segala yang memabukkan, dan segala yang najis, dan yang dianggap kotor.”
Setiap Yang Memabukkan Haram
Dari Ibnu ‘Umar i ia berkata, “Rasulullah bersabda:
كُلُّ مُسْكِرٍ خَمْرٌ وَكُلُّ خَمْرٍ حَرَامٌ.
‘Setiap yang memabukkan adalah khamr, dan setiap khamr haram hukumnya.’”(33)
Dari ‘Aisyah g, ia berkata, “Rasulullah pernah ditanya tentang bita’, yaitu arak yang dibuat dari madu, dan penduduk Yaman biasa meminumnya, lalu beliau bersabda,
كُلُّ شَرَابٍ أَسْكَرَ فَهُوَ حَرَامٌ.
‘Setiap minuman yang memabukkan, maka hukumnya haram.’”(34)
Dari Ibnu ‘Umar i ia berkata, “‘Umar I berdiri di atas mimbar lalu berkata, ‘Amma ba’du, telah turun pengharaman khamr yaitu (khamr yang) terbuat dari lima bahan; (1) anggur, (2) kurma, (3) madu, (4) gandum, serta (5) sya’iir. Dan khamr adalah apa yang bisa menutupi akal.’”(35)
Dari an-Nu’man bin Basyir f, ia berkata, “Rasulullah bersabda:
إِنَّ مِنَ الْحِنْطَةِ خَمْرًا، وَمِنَ الشَّعِيْرِ خَمْرًا، وَمِنَ الزَّبِيبِ خَمْرًا، وَمِنَ التَّمْرِ خَمْرًا، وَمِنَ الْعَسَلِ خَمْرًا.
‘Sesungguhnya dari gandum bisa dijadikan khamr, dari sya’ir bisa dijadikan khamr, dari anggur kering bisa dijadikan khamr, dari kurma bisa dijadikan khamr, dan dari madu bisa dijadikan khamr.’”(36)
Banyak Atau Sedikitnya Khamr Tidak Berbeda (Hukumnya)
Dari ‘Abdullah bin ‘Umar i, ia berkata, “Rasulullah bersabda:
كُلُّ مُسْكِرٍ حَرَامٌ وَمَا أَسْكَرَ كَثِيرُهُ فَقَلِيلُهُ حَرَامٌ.
‘Setiap yang memabukkan hukumnya haram, dan apa yang banyaknya memabukkan, maka sedikitnya pun tetap haram.’”(37)
Dari ‘Aisyah J, ia berkata, “Rasulullah bersabda:
كُلُّ مُسْكِرٍ حَرَامٌ مَا أَسْكَرَ الْفَرَقُ مِنْهُ فَمِلْءُ الْكَفِّ مِنْهُ حَرَامٌ.
‘Setiap yang memabukkan hukumnya haram, dan apa yang setara dengan satu faraq (ukuran yang setara tiga sha’) memabukkan, maka sepenuh telapak tangan darinya adalah haram.’”(38)
Memakan Yang Najis(39)
Ada Kaidah yang disampaikan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah q,
كُلُّ نَجِسٍ مُحَرَّمَ الْأَكْلِ وَلَيْسَ كُلُّ مُحَرَّمِ الْأَكْلِ نَجِسًا
“Setiap najis diharamkan untuk dimakan, namun tidak setiap yang haram dimakan itu najis.”(40)
Kaedah ini bermakna setiap yang najis haram dimakan. Sedangkan sesuatu yang haram, belum tentu najis, bisa jadi pula suci.
Penerapan Kaedah
1- Racun haram untuk dikonsumsi karena memberikan dhoror (bahaya) pada tubuh. Namun jikalau haram, tidak semata-mata dihukumi najisnya. Karena keharaman belum tentu mengkonsekuensikan najis.
2- Makanan yang dicuri diharamkan untuk dikonsumsi karena tidak ada izin si empunya atau pula tidak diizinkan oleh syari’at. Akan tetapi sesuatu yang haram ini tidak menunjukkan najisnya.
3- Khomr sudah disepakati haramnya, namun -menurut pendapat terkuat- khomr tidaklah najis. Karena hukum asal segala sesuatu itu suci sampai ada dalil yang najisnya. Imam Asy Syaukani berkata mengenai firman Allah,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِنَّمَا الْخَمْرُ وَالْمَيْسِرُ وَالْأَنْصَابُ وَالْأَزْلَامُ رِجْسٌ مِنْ عَمَلِ الشَّيْطَانِ
“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah adalah kotor termasuk perbuatan syaitan” (QS. Al Maidah: 90). Khomr di sini dikaitkan dengan anshob (berhala) dan azlam (anak panah). Ini sudah mengindikasikan bahwa yang dimaksud adalah kotor maknawi dan bukan najis syar’i.’(41)
Mengenai kaedah di atas dijelaskan pula oleh Imam Ash-Shan’ani ,
“Sesuatu yang najis tentu saja haram, namun tidak sebaliknya. Karena najis berarti tidak boleh disentuh dalam setiap keadaan. Hukum najisnya suatu benda berarti menunjukkan haramnya, namun tidak sebaliknya. Diharamkan memakai sutera dan emas (bagi pria), namun keduanya itu suci karena didukung oleh dalil dan ijma’ (konsensus para ulama). Jika engkau mengetahui hal ini, maka haramnya khomr dan daging keledai jinak sebagaimana disebutkan dalam dalil tidak menunjukkan akan najisnya. Jika ingin menyatakan najis, harus didukung dengan dalil lain. Jika tidak, maka kita tetap berpegang dengan hukum asal yaitu segala sesuatu itu suci. Siapa yang mengklaim keluar dari hukum asal, maka ia harus mendatangkan dalil. Sedangkan bangkai dihukumi najisnya karena dalil mengatakan haram sekaligus najisnya.”(42)
( Makalah Kajian Syarah Sulamuttaufiq bersama Ustadz Muhammad Syahri di Prigen Pasuruan)
_____________
Footnote:
1) HR. al-Hakim dalam al-Mustadrak (IV/160), at-Thabrani dalam al-Kabir (XII/37), al-Haitsami berkata dalam Majma’u az-Zawaid (V/52), ‘HR. at-Thabraniy, dan para perawinya perawi Shahih
2) Shahih, HR. at-Turmudzi (1444), Abu Dawud (4482), Ibnu Majah (2573), Ahmad (16930, 16940, 16995. Dan hadits ini memiliki riwayat yang banyak dari berbagai jalur, sehingga dengan terkumpulnya, maka dia menjadi shahih, tetapi ia mansukh menurut jumhur ahli ilmu. Lihat Hamisy Jami’ Ushul, III/587, dan 589
3) Shahih, HR. Ahmad, II/178, 189
4) HR. Muslim (2002)
5) HR. alBukhari (5775), Muslim (2003)
6) Shahih, HR. Ahmad (I/272), Dan disebutkan di dalam al-Majma’ az-Zawaid, V/74, ‘Diriwayatkan oleh Ahmad, al-Bazzar, dan at-Thabraniy, dan para rawi Ahmad adalah rawi-rawi as-Shahih, hanya saja Ibnu al-Munkadir mengatakan, ‘Aku diceritakan dari Ibnu ‘Abbas. Dan dalam isnad milik at-Thabraniy terdapat Yazid bin Abu Fakhitah, dan saya tidak mengetahinya, sedangkan para rawi lainnnya adalah orang-orang yang tsiqah (kredibel).
7) Shahih, HR. an-Nasa`iy (5672), Ahmad (6882), dishahihkan oleh al-Albaniy dalam Shahiih al-Jaami’ (7676)
8) Shahih, HR. Ahmad (6113), al-Haitsamiy berkata di dalam Majma’ az-Zawaid, ‘Diriwayatkan oleh Ahmad, dan di dalamnya ada perawi yang tak bernama, dan sisa perawinya tsiqat.’
9) Dha’if dengan sanad ini, HR. Ibnu Khuzaimah, as-Shahih (II/69), al-Baihaqiy, al-Kubra (I/389), Syu’ab (VI/11). Syaikh al-Albaniy berkata, ‘Sanadnya dha’if sebagaimana kujelaskan di dalam ad-Dha’iifah (1075)
10) HR. ‘Abd bin Humaid, Musnad (I/303 no. 983) as-Suyuthi berkata dalam Jaami’ al-Ahaadiits, ‘Dikeluarkan juga oleh al-Bukhari dalam at-Taariikh al-Kabiir (1/354).
11) HR. Ibnu Majah (3377), Shahihul Jami’ (6313)
12) Sayyid Ibrahim al-Huwaithi berkata, ‘Saya belum menemukan hadits dengan bentuk ini, akan tetapi aku melihat sebuah hadits semacam ini dari ‘Abdullah bin ‘Amr, dan diriwayatkan oleh Ahmad (II/176), al-Bazzar (VI/452), al-Haitsami berkata dalam al-Majma’ (V/69), ‘Diriwayatkan oleh Ahmad al-Bazzar, dan para perawi Ahmad adalah perawi Shahih, selain Nafi’ bin ‘Ashim, dan dia tsiqah.’ (al-Kabair, 87)
13) Al-Kabaa-ir, Adz-Dzahabiy, cet. Daar an-Nadwah al-Jadiidah, Beirut hal. 82
14) HR. al-Bukhari (2475), Muslim (57)
15) Dha’if, HR. al-Hakim, as-Silsilah ad-Dha’ifah (1274)
16) Dha’if, HR. at-Thabraniy (I/250), al-Haitsami berkata dalam al-Majma’ (VIII/148), ‘Diriwayatkan oleh at-Thabraniy di dalam as-Shaghir, di dalamnya terdapat ar-Rabi’ bin Badr, dan dia matruk’
17) Hasan, as-Shahihah (678), Shahiih at-Targhiib wa at-Tarhiib (2362)
18) Shahih, HR. Abu Dawud (3674), dishahihkan oleh al-Albaniy, lihat Misykaah al-Mashaabih (2777), Shahiih al-Jaami’ (5091)
19) Shahih lighairihi, HR. Ahmad (2897), Ibnu Hibban (VII/460), Abd Ibnu Humaid (686), at-Thabraniy (12976), dishahihkan oleh al-Hakim, dan disetujui oleh adz-Dzahabiy
20) al-Kaba’ir, Adz-Dzahabiy cet. Daar an-Nadwah al-Jadiidah, Beirut hal. 88
21) HR. al-Bukhari secara mu’allaq (al-Fath, XI/41)
22) HR. Ibnu Hibban dalam shahihnya (IV/233), Mawaridu azh-Zham’an (I/339), Abu Ya’la (XII/402), at-Thabraniy dalam al-Kabir (XXIII/326), al-Baihaqiy dalam al-Kubra (X/5), disebutkan oleh al-Bukhari secara mu’allaq mauquf atas Ibnu Mas’ud dengan bentuk jazm
23) Pasal ini dan yang setelahnya banyak mengambil faidah dari kitab Khuthuratul Mukhadhdhirat ‘Alal Afraad Wal Mujtama’at, Yahya Bin Musa az-Zahraniy.
24) Muttafaqun ‘alaihi, HR. al-Bukhari (80), Muslim (2671)
25) Shahih, HR. Ahmad (22709), Ibnu Majah (3384, 3385), Shahihul Jami’ (4945)
26) Shahih lighairihi, HR. at-Turmudzi (1862), dan dia berkata, ‘Hadits Hasan.’ Ibnu Hibban (5357), Ahmad (4917), lihat Shahih at-Targhib wa at-Tarhiib (2383, 2384), Shahiih al-Jaami’ (6312), as-Shahiihah (2039), al-Jaami’ as-Shahiih li as-Sunan wa al-Masaanid (5/191)
27) Shahih lighairihi, HR. at-Thabraniy dalam al-Kabiir (11462), al-Haitsamiy berkata di dalam al-Majma’ (1/279), diriwayatkan oleh at-Thabraniy dalam al-Kabiir, dan di dalamnya terdapat Yahya bin Sulaiman al-Madaniy, ia didha’ifkan oleh al-Bukhari dan Abu Hatim, dan ditsiqahkan oleh Ibnu Hibban.’ Dishahihkan oleh al-Albaniy dalam Shahiih at-Targhib wa at-Tarhib (172)
28) Hasan lighairihi, HR. at-Thabraniy, al-Ausath (8879), lihat Shahih at-Targhib wa at-Tarhib (II/604)
29) Shahih lighairihi, HR. al-Bazzar dalam Musnadnya (7381) dengan sanad hasan, lihat Shahih at-Targhib wa at-Tarhib (II/604), hazhirah adalah tempat yang kambing itu berlindung kepadanya dari panas, dingin, dan hujan. Yang dimaksud disini adalah sorga
30) Dari Anas bin Malik ,
«أَنَّ نَبِيَّ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ جَلَدَ فِي الْخَمْرِ بِالْجَرِيدِ، وَالنِّعَالِ» ثُمَّ جَلَدَ أَبُو بَكْرٍ أَرْبَعِينَ
“Bahwasannya Nabi Allah i telah mencambuk dalam (hukuman bagi orang yang meminum) khomer dengan pelepah korma dan sandal-sandal.” Kemudian Abu Bakar mencambuk 40 kali. (HR. Muslim (1706))
31) Faidah as-Syarqowi dalam Al-Mirqah, hal. 65
32) Al-Mirqah, hal. 65
33) Shahih, Shahiih Sunan Ibni Majah (2734), Shahiih Muslim (2003 (75)), Sunan Ibni Majah (3390)
34) Muttafaq ‘alaih: Shahiih al-Bukhari (5586) dan ini lafazhnya, Shahiih Muslim (2001), Sunan Abi Dawud (3665), Sunan at-Tirmidzi (1925), Sunan an-Nasa-i (VIII/298).
35) Muttafaq ‘alaih, Shahiih al-Bukhari (5581), Shahiih Muslim (3032), Sunan Abi Dawud (3665), Sunan at-Tirmidzi (1925), Sunan an-Nasa-i (VIII/298)
36) Shahih, Shahiih Sunan Ibni Majah (2724), Sunan Ibni Majah (3379), Sunan Abi Dawud (3659), Sunan at-Tirmidzi (1934).
37) Shahih, Shahiih Sunan Ibni Majah (2736), Sunan Ibni Majah (3392), dan diriwayatkan pula oleh an-Nasa-i dengan lafazh yang berbeda (VIII/300, 297).
38) Shahih, Shahiih al-Jaami’ish Shaghiir (4552)], Sunan at-Tirmidzi (1928), Sunan Abi Dawud (3670).
39) https://rumaysho.com/3377-yang-najis-haram-dimakan-yang-haram-belum-tentu-najis.html
40) Majmu’atul Fatawa, 21: 16
41) Lihat Ad Daroril Mudhiyyah Syarh Ad Duroril Bahiyyah, hal. 62-63
42) Lihat Subulus Salam, 1: 158