Keyakinan-keyakinan yang salah pada hari ketujuh persalinan

  1. Mendatangi bayi di malam yang ketujuh dari persalinan sembari membawa stempel dan meletakkannya pada sisi kepala si bayi. Demikian juga membawa kertas, tinta, pena, serta banyak lagi yang lain.

 

Dan di pagi harinya, semua barang yang terkumpul di kepala si bayi itu ditenggelamkan di dalam air. Mereka mengeklaim bahwa hal itu mendatangkan keberkahan bagi orang yang mengambilnya. Dan bermanfaat bagi yang terkena sakit kepala.

 

Mereka memberikan alasan bagi peletakan kertas, tinta, dan pena dengan anggapan bahwa para malaikat akan menulis apa yang terjadi pada si bayi sepanjang usianya dengan tinta dan pena tersebut.([1])

 

  1. Keyakinan bahwa orang yang masuk menemui wanita-wanita yang sedang nifas dalam keadaan mencukur jenggot, atau rambut kepalanya, atau dia adalah orang yang membawa terong, kerang merah (kupang), daging atau orang yang baru datang dari bepergian, akan menyumbat si wanita, dan menghalangi keluarnya air susu.

 

Ini semua adalah bagian dari kebodohan. Karena sesungguhnya hal ini tidaklah akan mempengaruhi keluarnya air susu, atau tidak keluarnya. Jika hal ini terjadi, maka hal itu akibat khayalan yang telah menguasai kelemahan wanita-wanita nifas tersebut. Hingga peredaran darah di dalam tubuhnya menjadi tidak stabil. Dan ketidak stabilan peredarah itulah yang mempengaruhi aliran air susu.

 

Bahkan, lihatlah bagaimana mereka membuka hambatan aliran air susu yang diklaim tersebut!

 

Mereka mendatangkan sejumlah perkakas tukang cukur, kemudian memandikan perkakas tersebut dengan air. Kemudian wanita yang air susunya terhambat itu mandi dengan air tersebut untuk mereka uraikan hambatannya, dan mengalirkan kembali air susunya.

 

Ini semua adalah bagian dari kesesatan yang nyata bagi orang-orang yang berakal sehat, beraqidah benar, dan yang berkeyakinan dengan seyakin-yakinnya pada firman Allah subhaanahuu wa ta’aalaa,

 

وَإِن يَمسَسكَ ٱللهُ بِضُرٍّ فَلَا كَاشِفَ لَهُۥٓ إِلَّا هُوَ وَإِن يَمسَسكَ بِخَيرٍ فَهُوَ عَلَىٰ كُلِّ شَيءٍ قَدِيرٌ ١٧

 

“Dan jika Allah menimpakan sesuatu kemudharatan kepadamu, Maka tidak ada yang menghilangkannya melainkan Dia sendiri. dan jika Dia mendatangkan kebaikan kepadamu, Maka Dia Maha Kuasa atas tiap-tiap sesuatu.” (QS. al-An’am (6): 17)

 

Catatan:

 

Kadang, syetanpun ikut andil dalam penghambatan air susu tersebut. Lalu dia meninggalkannya jika mereka melakukan ritual khurafat seperti ini. Yang demikian itu dia lakukan agar mereka meyakini pengaruh pisau cukur, dan peralatan tukang cukur.

 

Dalilnya adalah hadits yang dikeluarkan oleh Imam Ahmad dengan sanad hasan, dihasankan oleh as-Syaikh Ahmad Syakir rahimahullah,

 

Bahwasannya Zainab, istri ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallaahu ‘anhu, berkata, ‘Adalah ‘Abdullah, jika dia datang dari suatu hajat, lalu telah sampai di pintu rumah, diapun berdehem, dan meludah, karena khawatir memergoki kami berada dalam satu perkara yang tidak dia suka.

 

Zainab berkata, ‘Sesungguhnya dia pernah datang di suatu hari, lantas dia berdehem, sementara di sisiku ada seorang wanita tua yang memantrai aku dari bengkak merah. Maka akupun memasukkannya di bawah ranjang.’

 

Zainab berkata, ‘Maka diapun masuk, lalu duduk di sisiku, lantas dia melihat ada tali di leherku.’ Lantas dia berkata, ‘Tali apa ini?’

 

Zainab menjawab, ‘Tali, yang aku dimantrai padanya.’ Maka ‘Abdullah pun mengambilnya, kemudian memotongnya kemudian berkata, ‘Sesungguhnya keluarga ‘Abdullah benar-benar tidak butuh kepada kesyirikan. Aku telah mendengar Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

 

«إِنَّ الرُّقَى، وَالتَّمَائِمَ، وَالتِّوَلَةَ شِرْكٌ»

 

“Sesungguhnya mantra-mantra, jimat-jimat, dan guna-guna adalah syirik.”

 

Zainab berkata, ‘Ku katakan kepadanya, ‘Mengapa Engkau mengatakan hal ini? Sungguh dulu mataku terganggu, lalu aku pergi menuju si Fulan Yahudi, lalu dia memantrainya. Maka, jika dia memantrainya, matakupun tenang.’ Maka ‘Abdullah berkata, ‘Sesungguhnya hal itu dari syetan, ia mengusap-usap mata dengan tangannya. Jika Yahudi itu memantrainya, maka syetanpun berhenti mengusap mata. Sebenarnya cukuplah bagimu mengucapkan perkataan sebagaimana yang disabdakan oleh Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam,

 

«أَذْهِبِ الْبَاسَ رَبَّ النَّاسِ اشْفِ أَنْتَ الشَّافِي، لَا شِفَاءَ إِلَّا شِفَاؤُكَ، شِفَاءً لَا يُغَادِرُ سَقَمًا»

 

“Hilangkanlah penyakit wahati Tuhannya manusia. Sembuhkanlah, Engkaulah Dzat Yang Menyembuhkan. Tidak ada kesembuhan kecuali dengan kesembuhan dari-Mu, kesembuhan yang tidak akan meninggalkan sakit (kembali).”([2])

 

(Diambil dari buku 117 Dosa Wanita Dalam Masalah Aqidah Dan Keyakinan Sesat, terjemahan kitab Silsilatu Akhthaainnisaa`; Akhtaaul Mar-ah al-Muta’alliqah bil ‘Aqiidah Wal I’tiqaadaat al-Faasidah, karya Syaikh Nada Abu Ahmad)

______________________

Footnote:

([1]) Al-Madkhal karya Ibnu al-Hajj, III/390

([2]) HR. Ahmad (3615), al-Hakim (7505), Ibnu Hibban (6090), at-Thabraniy dalam al-Ausath (1442), as-Shahiihah (2972)-pent

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *