Keutamaan Shalat Dan Penghapusan Terhadap Kesalahan Dan Keburukan (3)

 

Dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu, dia berkata, ‘Ada dua orang laki-laki, yang satu dari Baliy dan satunya dari Qudha’ah. Mereka masuk Islam di hadapan Rasulullah ﷺ. Lalu salah seorang di antara keduanya mati syahid, sedang yang lain tertinggal selama satu tahun. Maka berkatalah Thalhah bin Ubaidillah,

 

فَرَأَيْتُ الْمُؤَخَّرَ مِنْهُمَا، أُدْخِلَ الْجَنَّةَ قَبْلَ الشَّهِيدِ، فَتَعَجَّبْتُ لِذَلِكَ، فَأَصْبَحْتُ، فَذَكَرْتُ ذَلِكَ لِلنَّبِيِّ ﷺ، أَوْ ذُكِرَ ذَلِكَ لِرَسُولِ اللهِ ﷺ، فَقَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: «أَلَيْسَ قَدْ صَامَ بَعْدَهُ رَمَضَانَ، وَصَلَّى سِتَّةَ آلَافِ رَكْعَةٍ، وَكَذَا وَكَذَا رَكْعَةً صَلَاةَ سَنَةٍ؟»

 

“Aku bermimpi yang tertinggal dari keduanya dimasukkan ke dalam Sorga sebelum yang mati syahid.” Aku keheranan dengan hal tersebut, maka pagi harinya aku menyebutkan hal tersebut kepada Nabi ﷺ atau disebutkan kepada Rasulullah ﷺ. Bersabdalah Rasulullah ﷺ, “Bukankah dia telah puasa Ramadhan setelahnya? Dia telah shalat enam ribu rakaat, dan sekian, dan sekian rakaat shalat (dalam setahun)?”

 

Dalam tambahan yang shahih milik Ibnu Hibban,

 

«بَيْنَهُمَا أَبْعَدُ مِمَّا بَيْنَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ»

 

“Jarak antara keduanya lebih jauh dari jarak antara langit dan bumi.”

 

Dari Ibnu ‘Umar radhiyallaahu ‘anhu, dia berkata, ‘Rasulullah ﷺ bersabda,

 

«إِنَّ الْعَبْدَ إِذَا قَامَ يُصَلِّي، أُتِيَ بِذُنُوبِهِ كُلِّهَا، فَوُضِعَتْ عَلَى رَأْسِهِ، أَوْ عَاتِقِهِ، فَكُلَّمَا رَكَعَ أَوْ سَجَدَ، تَسَاقَطَتْ عَنْهُ»

“Sesungguhnya jika seorang hamba berdiri kemudian shalat, maka didatangkan seluruh dosa-dosanya. Kemudian dosa-dosa tersebut diletakkan di atas kepala atau kedua pundaknya. Setiap kali dia ruku’ atau sujud, maka berjatuhanlah darinya (dosa-dosanya).” ([1])

 

Dari Tsauban radhiyallaahu ‘anhu, dia berkata, ‘Rasulullah ﷺ besabda,

 

«اسْتَقِيمُوا وَلَنْ تُحْصُوا، وَاعْلَمُوا أَنَّ خَيْرَ أَعْمَالِكُمُ الصَّلَاةُ، وَلَنْ يُحَافِظَ عَلَى الْوُضُوءِ إِلَّا مُؤْمِنٌ»

 

Istiqamahlah, niscaya kalian tidak akan bisa menghitung. Dan ketahuilah, sesungguhnya amal-amal kalian yang terbaik adalah shalat, dan tidak akan menjaga wudhu’ kecuali orang-orang yang mukmin.” ([2])

 

Dari Abu Malik al-Asy’ariy radhiyallaahu ‘anhu, dia berkata bahwa Rasulullah ﷺ bersabda,

 

«الطُّهُورُ شَطْرُ الْإِيمَانِ، وَالْحَمْدُ لِلهِ تَمْلَأُ الْمِيزَانَ، وَسُبْحَانَ اللهِ وَالْحَمْدُ لِلهِ تَمْلَآَنِ (أَوْ تَمْلَأُ) مَا بَيْنَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ، وَالصَّلَاةُ نُورٌ، وَالصَّدَقَةُ بُرْهَانٌ وَالصَّبْرُ ضِيَاءٌ، وَالْقُرْآنُ حُجَّةٌ لَكَ أَوْ عَلَيْكَ »

 

“Bersuci adalah separuh iman, dan ucapan Alhamdulillah, memenuhi timbangan, dan subhaanallaah walhamdulillaah, keduanya memenuhi apa yang ada di antara langit dan bumi. Shalat adalah cahaya, shadaqah adalah bukti, sabar adalah pelita, sedangkan al-Qur`an adalah hujjah (yang mendatangkan kebaikan) untukmu atau (hujjah yang mendatangkan keburukan) atasmu.” ([3])

 

Dari Abu Dzar radhiyallaahu ‘anhu, bahwasannya Nabi ﷺ keluar pada musim dingin sementara duah-daun berterbangan, kemudian beliau mengambil sebatang ranting dari sebuah pohon. Perawi berkata, ‘Rasulullah ﷺ menjadikan dedaunan itu berterbangan kemudian bersabda,

 

«يَا أَبَا ذَرٍّ» قُلْتُ: لَبَّيْكَ يَا رَسُولَ اللهِ. قَالَ: «إِنَّ الْعَبْدَ الْمُسْلِمَ لَيُصَلِّي الصَّلَاةَ يُرِيدُ بِهَا وَجْهَ اللهِ، فَتَهَافَتْ عَنْهُ ذُنُوبُهُ كَمَا يَتَهَافَتُ هَذَا الْوَرَقُ عَنْ هَذِهِ الشَّجَرَةِ»

 

“Wahai Abu Dzar!” Aku berkata, ‘Aku sambut panggilanmu, wahai Rasulullah.” Beliaupun bersabda, ‘Sesungguhnya seorang hamba muslim akan benar-benar shalat yang dengannya dia berharap ridha Allah, maka berterbanganlah darinya dosa-dosanya sebagaimana berterbangannya([4]) dedaunan dari pohon ini.” ([5])

 

Dari Rabi’ah bin Ka’b dia berkata, ‘Aku pernah menginap bersama Rasulullah ﷺ maka aku mendatanginya dengan membawa air untuk wudhu’ dan hajat beliau. Kemudian beliau bersabda kepadaku,

 

«سَلْنِي» فَقُلْتُ: أَسْأَلُكَ مُرَافَقَتَكَ فِي الْجَنَّةِ. قَالَ: «أَوْ غَيْرَ ذَلِكَ» قُلْتُ: هُوَ ذَاكَ. قَالَ: «فَأَعِنِّي عَلَى نَفْسِكَ بِكَثْرَةِ السُّجُودِ»

 

‘Mintalah kepadaku.” Aku berkata, ‘Aku meminta kepada Anda agar aku bisa menemani Anda di Sorga.’ Beliau bersabda, ‘Atau yang lain?’([6]) Aku menjawab, ‘Ya, itu saja.” Beliau bersabda, ‘Maka bantulah aku atas dirimu dengan memperbanyak sujud.” ([7])

 

Dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu, dia berkata, ‘Rasulullah ﷺ bersabda,

 

«الصَّلَاةُ خَيْرُ مَوْضُوْعٍ فَمَنْ اسْتَطَاعَ أَنْ يَسْتَكْثِرَ فَلْيَسْتَكْثِرْ»

 

“Shalat adalah tempat yang terbaik. Barangsiapa yang mampu untuk memperbanyak, maka hendaknyalah dia memperbanyaknya.” ([8])

 

Dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu, Rasulullah ﷺ melewati sebuah kuburan kemudian bersabda,

 

«مَنْ صَاحِبُ هَذَا الْقَبْرِ؟» فَقَالُوا: فُلَانٌ، فَقَالَ: «رَكْعَتَانِ أَحَبُّ إِلَى هَذَا مِنْ بَقِيَّةِ دُنْيَاكُمْ»

 

“Siapa pemilik kuburan ini?” Maka para sahabat menjawab, ‘Fulan.’ Beliaupun bersabda, ‘Dua rakaat lebih dicintai oleh pemilik kuburan ini daripada sisa dunia kalian.” ([9])

 

Pelajaran dari hadits-hadits di atas:

  1. Sesungguhnya Allah ﷻ menghapus kesalahan-kesalahan dengan shalat lima waktu.
  2. Bahwasannya shalat lima waktu merupakah penebus dosa yang ada di antara shalat-shalat tersebut, jika dosa-dosa besar dijauhi.
  3. Sesungguhnya dosa-dosa itu membakar seseorang dan membinasakannya, maka semua itu itu harus dipadamkan dengan shalat limat waktu.
  4. Sesungguhnya seorang muslim kadang-kadang dengan shalat, zakat, dan puasa, bisa menyamai kedudukan orang-orang shiddiq dan syahid.
  5. Keutamaan shalat([10]) atas amal-amal lainnya.
  6. Sesungguhnya Allah ﷻ telah memberikan anugerah kepada seorang sahabat (yang tidak mati syahid) untuk masuk Sorga terlebih dahulu sebelum saudaranya yang mati syahid, karena dia lebih banyak shalat daripada saudaranya.
  7. Bahwasannya shalat itu adalah cahaya yang menerangi jalan untuk menemani Rasulullah ﷺ di Sorga.
  8. Bahwasannya memperbanyak sujud dan shalat merupakan jalan untuk menemani Rasulullah ﷺ di Sorga.
  9. Bahwasannya shalat dua Rakaat lebih dicintai oleh orang yang telah meninggal daripada dunia dan seisinya.
  10. Bahwasannya mencurahkan hati untuk Allah dalam shalat menjadikan seorang muslim seperti keadaan saat dia dilahirkan oleh ibunya.

 

(Dialih bahasakan oleh Muhammad Syahri dari kitab as-Shalaat Wa Atsaruhaa Fi Ziyaadatil Iimaan Wa Tahdziibin Nafsi, Syaikh Husain al-‘Awayisyah)

_____________________

Footnote:

 

([1]) HR. At-Thabraniy di dalam al-Kabiir, al-Baihaqiy di dalam as-Sunan, dan hadits dari Shahiih al-Jaami’ (1671)

([2]) HR. Al-Hakim dan dia berkata, ‘Shahih berdasarkan syarat al-Bukhari dan Muslim.” Tidak ada cacad kecuali wahm-nya Abu Bilal. Diriwayatkan oleh Ibnu Hibban dalam Shahiih­-nya dari selain jalan Abu Bilal untuk yang semisalnya. Lihat Shahiih at-Targhiib wa at-Tarhiib (375)

([3]) HR. Muslim dan lainnya.

([4]) Guru kami Syaikh al-Albaniy rahimahullaah berkata, ‘Aslinya [تهَافَت] adalah berterbangan, dan pembenaran dari al-Musnad.

([5]) HR. Ahmad dengan sanad hasan.

([6]) Guru kami berkata, ‘Dengan wawu yang disukun [أَوْ غير] atau difathah [أَوَ غير] Maksudnya, mintalah yang lain yaitu selain menemani beliau di sorga.

([7]) HR. Muslim dan lainnya. Dan hadits ini adalah dengan lafazh Muslim.

([8]) HR. At-Thabraniy dalam al-Ausath. Guru kami berkata, ‘Hadits ini memiliki saksi yang menguatkannya.’ Dikeluarkan oleh at-Thayalisi, Ahmad, dan al-Hakim dari dua jalan dari Abu Dzar. Dikeluarkan oleh Ahmad dari hadits Abu Umamah. Maka hadits ini hasan, insyaallah ta’ala.

([9]) HR. At-Thabraniy dalam al-Ausath dengan sanad hasan.

([10]) Dengan syarat aqidah orang yang shalat tersebut benar dan selamat dari perusak-perusaknya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *