Keutamaan Shalat Dan Penghapusan Terhadap Kesalahan Dan Keburukan (2)

 

Dari ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallaahu ‘anhu, dia berkata, ‘Rasulullah ﷺ bersabda,

 

«يُبْعَثُ مُنَادٍ عِنْدَ حَضْرَةِ كُلِّ صَلَاةٍ، فَيَقُولُ: يَا بَنِي آدَمَ، قُومُوا فَأَطْفِئُوا عَنْكُمْ مَا أَوْقَدْتُمْ عَلَى أَنْفُسِكُمْ، فَيَقُومُونَ فَيَتَطَهَّرُونَ وَتَسْقُطُ خَطَايَاهُمْ مِنْ أَعْيُنِهِمْ، وَيُصَلُّونَ، فَيُغْفَرُ لَهُمْ مَا بَيْنَهُمَا، ثُمَّ يُوقِدُونَ فِيمَا بَيْنَ ذَلِكَ، فَإِذَا كَانَ عِنْدَ صَلَاةِ الْأُولَى نَادَى: يَا بَنِي آدَمَ، قُومُوا فَأَطْفِئُوا مَا أَوْقَدْتُمْ عَلَى أَنْفُسِكُمْ، فَيَقُومُونَ فَيَتَطَهَّرُونَ وَيُصَلُّونَ الظُّهْرَ، فَيُغْفَرُ لَهُمْ مَا بَيْنَهُمَا، فَإِذَا حَضَرَتِ الْعَصْرُ فَمِثْلُ ذَلِكَ، فَإِذَا حَضَرَتِ الْمَغْرِبُ فَمِثْلُ ذَلِكَ، فَإِذَا حَضَرَتِ الْعَتَمَةُ فَمِثْلُ ذَلِكَ، فَيَنَامُونَ وَقَدْ غُفِرَ لَهُمْ، فَمُدْلِجٌ فِي خَيْرٍ، وَمُدْلِجٌ فِي شَرٍّ»

 

“Diutuslah penyeru pada kehadiran setiap shalat, maka dia berkata, ‘Wahai anak cucu Adam! Berdirilah dan padamkanlah dari kalian apa yang telah kalian nyalakan untuk diri kalian!’ Maka merekapun berdiri, hingga berjatuhanlah kesalahan-kesalahan mereka dari mata-mata mereka. Kemudian mereka shalat, maka diampunilah untuk mereka dosa yang ada di antara keduanya. Kemudian kalian menyalakan di antara kesalahan-kesalahan itu. Maka jika dia berada di shalat al-Uulaa (Zhuhur), dia menyeru, ‘Wahai anak cucu Adam! Berdirilah kemudian padamkanlah apa yang telah kalian nyalakan untuk diri kalian.” Kemudian mereka berdiri, lalu bersuci, dan shalat Zhuhur. Maka diampunilah untuk mereka apa yang ada di antara keduanya. Jika datang shalat Ashar, maka seperti itu pula. Jika datang shalat Maghrib, seperti itu pula. Jika datang shalat ‘Isya’, seperti itu pula keadaannya. Kemudian mereka tidur, sementara sungguh-sungguh telah diampunkan untuk mereka (dosa-dosa mereka). Ada orang yang semalaman berada dalam kebaikan dan ada yang semalaman berada dalam keburukan.” ([1])

 

Dari Thariq bin Syihab, bahwasannya dia pernah bermalam di sisi Salman al-Farisi radhiyallaahu ‘anhu untuk melihat kesungguhan ibadah beliau. Dia berkata, ‘Maka berdirilah Salman di akhir malam, seakan-akan dia tidak melihat orang yang menduga. Kemudian hal tersebut diberitahukan kepadanya. Salman berkata,

 

حَافِظُوا عَلَى هَذِهِ الصَّلَوَاتِ الْخَمْسِ، فَإِنَّهُنَّ كَفَّارَاتٌ لِهَذِهِ الْجِرَاحَاتِ مَا لَمْ تُصَبُ الْمَقْتَلَةُ

 

“Jagalah shalat lima waktu ini, karena shalat lima waktu merupakan penghapus luka-luka ini selagi tidak tertimpa (dosa besar) yang membinasakan.” ([2])

 

Dari ‘Amr bin Murrah al-Juhaniy radhiyallaahu ‘anhu, dia berkata, ‘Datanglah seorang laki-laki kepada Nabi ﷺ kemudian berkata,

 

يَا رَسُولَ اللهِ، أَرَأَيْتَ إِنْ شَهِدْتُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ، وَأَنَّكَ رَسُولُ اللهِ، وَصَلَّيْتُ الصَّلَوَاتِ الْخَمْسَ، وَأَدَّيْتُ الزَّكَاةَ، وَصُمْتُ رَمَضَانَ وَقُمْتُهُ، فَمِمَّنْ أَنَا؟ قال: «مِنَ الصِّدِّيْقِيْنَ وَالشُّهَدَاءِ»

 

‘Wahai Rasulullah! Apa pendapat Anda jika aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah dan sesungguhnya Anda adalah utusan Allah, aku shalat lima waktu, aku tunaikan zakat, aku berpuasa Ramadhan, dan aku menghidupkan (malamnya), maka termasuk golongan siapa aku?” Rasulullah ﷺ menjawab, “Termasuk golongan orang-orang yang jujur (shidq) dan yang mati syahid.” ([3])

 

Dari ‘Utsman dia berkata, ‘Aku pernah bersama dengan Salman radhiyallaahu ‘anhu dibawah sebuah pohon, lalu dia mengambil sebuah ranting kering dari pohon tersebut kemudian menggerak-gerakkannya hingga berguguranlah dedaunannya. Kemudian dia berkata, ‘Wahai Abu ‘Utsman! Tidakkah engkau bertanya kepadaku, kenapa aku melakukan hal ini?! Maka aku berkata, ‘Mengapa engkau melakukannya?” Dia menjawab,

 

هَكَذَا فَعَلَ بِي رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَنَا مَعَهُ تَحْتَ الشَّجَرَةِ، فَأَخَذَ مِنْهَا غُصْنًا يَابِسًا، فَهَزَّهُ حَتَّى تَحَاتَّ وَرَقُهُ فَقَالَ: «يَا سَلْمَانُ: أَلَا تَسْأَلُنِي لِمَ أَفْعَلُ هَذَا؟» قُلْتُ: وَلِمَ تَفْعَلُهُ؟ قَالَ: «إِنَّ الْمُسْلِمَ إِذَا تَوَضَّأَ فَأَحْسَنَ الْوُضُوءَ، ثُمَّ صَلَّى الصَّلَوَاتِ الْخَمْسَ، تَحَاتَّتْ خَطَايَاهُ، كَمَا يَتَحَاتُّ هَذَا الْوَرَقُ»، وَقَالَ: {وَأَقِمِ الصَّلَاةَ طَرَفَيِ النَّهَارِ وَزُلَفًا مِنَ اللَّيْلِ إِنَّ الْحَسَنَاتِ يُذْهِبْنَ السَّيِّئَاتِ ذَلِكَ ذِكْرَى لِلذَّاكِرِينَ} [هود: 114]

 

‘Beginilah yang diperbuat terhadapku oleh Rasulullah ﷺ, sementara aku bersama beliau di bawah sebuah pohon, kemudian beliau mengambilnya darinya ranting yang basah, lalu beliau menggerak-gerakkannya, hingga berguguranlah dedaunannya. Kemudian bersabda, ‘Wahai Salman! Tidakkah engkau bertanya kepadaku mengapa aku melakukan hal ini?” Maka aku berkata, ‘Mengapa Anda melakukannya?” Beliaupun bersabda, ‘Sesungguhnya jika seorang muslim berwudhu’ kemudian memperbaiki wudhu’nya, kemudian dia shalat lima waktu, maka berguguranlah kesalahan-kesalahannya sebagaimana bergugurannya dedaunan ini.” kemudian beliau membaca, ‘Dan dirikanlah shalat itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bagian permulaan([4]) daripada malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat.” (QS. Huud (11): 114)([5])

 

Dari ‘Utsman radhiyallaahu ‘anhu, dia berkata, ‘Rasulullah ﷺ bersabda,

 

«مَا مِنَ امْرِئٍ مُسْلِمٍ تَحْضُرُهُ صَلَاةٌ مَكْتُوبَةٌ، فَيُحْسِنُ وُضُوءَهَا وَخُشُوعَهَا وَرُكُوعَهَا، إِلَّا كَانَتْ كَفَّارَةً لِمَا قَبْلَهَا مِنَ الذُّنُوبِ، مَا لَمْ يُؤْتِ كَبِيرَةً وَذَلِكَ الدَّهْرَ كُلَّهُ»

 

“Tidak seorang muslimpun yang datang kepadanya shalat fardhu, kemudian dia memperbaiki wudhu`nya, khusyu’nya dan ruku’nya, kecuali shalat tersebut merupakan penghapus dosa-dosa sebelumnya yang telah berlalu, selagi tidak melakukan dosa besar. Hal itu berlangsung sepanjang tahun keseluruhannya.” ([6])

 

Dari Abu Ayub radhiyallaahu ‘anhu, bahwasannya Nabi ﷺ bersabda,

 

«إِنَّ كُلَّ صَلَاةٍ تَحُطُّ مَا بَيْنَ يَدَيْهَا مِنْ خَطِيئَةٍ»

 

“Sesungguhnya setiap shalat menghapus kesalahan yang ada di hadapannya.” ([7])

 

Dari Sa’ad bin Abi Waqqash radhiyallaahu ‘anhu, dia berkata, ‘Ada dua orang bersaudara (seakidah). Salah seorang di antara keduanya meninggal empat puluh hari sebelum temannya. Kemudian aku menyebutkan keutamaan orang yang pertama dari keduanya di sisi Rasulullah ﷺ. Maka Rasulullah ﷺ bersabda,

 

«أَلَمْ يَكُنِ الآخَرُ رجلا مُسْلِمًا؟» قَالُوا: بَلَى، وَكَانَ لاَ بَأْسَ بِهِ، فَقَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: «وَمَا يُدْرِيكُمْ مَا بَلَغَتْ بِهِ صَلاَتُهُ؟ إِنَّمَا مَثَلُ الصَّلاَةِ مَثَلِ نَهْرٍ جار غَمْرٍ عَذْبٍ بِبَابِ أَحَدِكُمْ، يَقْتَحِمُ فِيهِ كُلَّ يَوْمٍ خَمْسَ مَرَّاتٍ، فَمَا تَرَوْنَ ذَلِكَ يُبْقِي مِنْ دَرَنِهِ؟ فَإِنَّكُمْ لاَ تَدْرُونَ مَا بَلَغَتْ بِهِ صَلاَتُهُ؟»

 

‘Bukankah yang terakhir adalah seorang muslim?” Mereka menjawab, ‘Ya, dan dia itu biasa-biasa saja.” Beliau bersabda, ‘Dan tahukah kalian yang telah dicapai oleh shalatnya? Sesungguhnya perumpamaan shalat itu seperti sebuah sungai segar lagi banyak berlimpah([8]) (airnya) yang berada di (depan) pintu salah seorang di antara kalian. Dia menceburkan diri di dalamnya lima kali dalam sehari. Maka apakah kalian beranggapan hal itu akan menyisakan kotorannya? Sesungguhya kalian tidak mengetahui apa yang dicapai oleh shalatnya.” ([9])

(bersambung)

(Dialih bahasakan oleh Muhammad Syahri dari kitab as-Shalaat Wa Atsaruhaa Fi Ziyaadatil Iimaan Wa Tahdziibin Nafsi, Syaikh Husain al-‘Awayisyah)

_____________________

Footnote:

([1]) HR. At-Thabraniy dalam al-Kabiir

([2]) HR. At-Thabraniy dalam al-Kabiir secara mauquf dengan sanad maqbul (bisa diterima).

([3]) HR. Al-Bazzar, Ibnu Khuzaimah, dan Ibnu Hibban dalam Shahiih keduanya, lafazhnya milik Ibnu Hibban.

([4]) Yaitu waktu-waktu malam. Dikatakan dengan bagian dari malam, sedikit atau banyak. (Lihat An-Nihayah, Ibnul Atsir)

([5]) HR. Imam Ahmad, an-Nasa-iy, dan at-Thabraniy. Sebab turunnya ayat ini sebagaimana disebutkan dalam Shahiih al-Bukhari dan yang lainnya dari Ibnu Mas’ud radhiyallaahu ‘anhu. Bahwasannya ada seorang laki-laki mencium perempuan, kemudian dia mendatangi Rasulullah ﷺ, lalu menyebutkan hal tersebut kepada beliau. Maka turunlah ayat, ‘dan dirikanlah shalat itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bagian permulaan malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat.” Berkatalah laki-laki itu, ‘Apakah untuk aku ayat ini?” beliau bersabda, ‘Untuk siapa saja yang melakukannya dari umatku.”

([6]) HR. Imam Muslim

([7]) HR. Imam Ahmad dengan sanad hasan.

([8]) Kata [الغمر] itu berarti [الكثير] yaitu banyak berlimpah, membanjiri siapa saja yang memasukinya dan menutupinya (an-Nihayah)

([9]) HR. Imam Malik dan lafazhnya milik beliau; Imam Ahmad dengan sanad hasan; dan an-Nasa’iy.

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *