Keutamaan Shalat Dan Penghapusan Terhadap Kesalahan Dan Keburukan (1)

 

Shalat memiliki keutamaan dalam kaitannya dengan penghapusan dosa, kesalahan, dan keburukan. ([1])

 

Dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu, dia berkata, ‘Aku mendengar Rasulullah ﷺ bersabda,

 

«أَرَأَيْتُمْ لَوْ أَنَّ نَهْرًا بِبَابِ أَحَدِكُمْ يَغْتَسِلُ فِيْهِ كُلَّ يَوْمٍ خَمْسَ مَرَّاتٍ، هَلْ يَبْقَى مِنْ دَرَنِهِ شَيْءٌ؟» قَالُوا: لَا يَبْقَى مِنْ دَرَنِهِ شَيْءٌ، قَالَ: «فَكَذَلِكَ مَثَلُ الصَّلَوَاتِ الْخَمْسِ، يَمْحُو اللهُ بِهِنَّ الْخَطَايَا»

 

‘Apa pendapat kalian jika ada sungai di depan pintu rumah salah seorang di antara kalian? Dia mandi di sana lima kali dalam sehari? Apakah kotorannya akan tertinggal sedikitpun? Maka mereka menjawab, ‘Kotorannya tidak akan tertinggal sedikitpun.’ Beliau bersabda, “Maka begitulah([2]) perumpamaan shalat lima waktu. Dengannya Allah menghapus kesalahan-kesalahan.” ([3])

 

Dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu, Rasulullah ﷺ bersabda,

 

«الصَّلَوَتُ الْخَمْسُ، وَالْجُمْعَةُ إِلَى الْجُمْعَةِ، كَفَّارَةٌ لِمَا بَيْنَهُنَّ، مَا لَمْ تُغْشَ الْكَبَائِرُ»

 

“Shalat lima waktu dan jum’at ke jum’at merupakan penghapus (dosa) yang ada di antaranya, selama tidak tertutup oleh dosa-dosa besar.” ([4])

 

Dari Abu Sa’id al-Khudriy radhiyallaahu ‘anhu, dia pernah mendengar Nabi ﷺ bersabda,

 

«الصَّلَوَتُ الْخَمْسُ كَفَّارَاتٌ لِمَا بَيْنَهَا»

 

“Shalat lima waktu merupakan penghapus dosa yang ada di antaranya.”

 

Kemudian Rasulullah ﷺ bersabda,

 

«أَرَأَيْتَ لَوْ أَنَّ رَجُلا كَانَ يَعْتَمِلُ، وَكَانَ بَيْنَ مَنْزِلِهِ وَبَيْنَ مُعْتَمَلِهِ خَمْسَةُ أَنْهَارٍ، فَإِذَا أَتَى مُعْتَمَلَهُ عَمِلَ فِيهِ مَا شَاءَ اللهُ، فَأَصَابَهُ الْوَسَخُ أَوِ الْعَرَقُ، فَكُلَّمَا مَرَّ بِنَهَرٍ اغْتَسَلَ، مَا كَانَ ذَلِكَ يُبْقِي مِنْ دَرَنِهِ، فَكَذَلِكَ الصَّلاةُ كُلَّمَا عَمِلَ خَطِيئَةً، فَدَعَا وَاسْتَغْفَرَ غُفِرَ لَهُ مَا كَانَ قَبْلَهَا»

 

‘Bagaimana menurut pendapat kalian, seandainya ada orang yang bekerja, sementara antara rumah dan tempat kerjanya terdapat lima sungai? Apabila dia mendatangi tempat kerjanya, dia bekerja di dalamnya sesuai dengan kehendak Allah, hingga dia terkena kotoran atau berkeringat. Maka setiap kali dia melewati satu sungai, dia pun mandi. Apakah hal tersebut akan meninggalkan kotoran (pada badannya)? Demikian pula dengan shalat. Setiap kali ia mengerjakan kesalahan kemudian berdo’a dan beristighfar, diampunilah untuknya apa yang telah berlalu.” ([5])

 

Dari ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallaahu ‘anhu, Rasulullah ﷺ bersabda,

 

«تَحْتَرِقُونَ تَحْتَرِقُونَ، فَإِذَا صَلَّيْتُمُ الصُّبْحَ غَسَلَتْهَا، ثُمَّ تَحْتَرِقُونَ تَحْتَرِقُونَ، فَإِذَا صَلَّيْتُمُ الظُّهْرَ غَسَلَتْهَا، ثُمَّ تَحْتَرِقُونَ تَحْتَرِقُونَ، فَإِذَا صَلَّيْتُمُ الْعَصْرَ غَسَلَتْهَا، ثُمَّ تَحْتَرِقُونَ تَحْتَرِقُونَ، فَإِذَا صَلَّيْتُمُ الْمَغْرِبَ غَسَلَتْهَا، ثُمَّ تَحْتَرِقُونَ تَحْتَرِقُونَ، فَإِذَا صَلَّيْتُمُ الْعِشَاءَ غَسَلَتْهَا، ثُمَّ تَنَامُونَ، فَلَا يُكْتَبُ عَلَيْكُمْ حَتَّى تَسْتَيْقِظُوا»

 

“Kalian terbakar, kalian terbakar([6]). Maka jika kalian shalat subuh, shalat subuh itu membasuhnya. Kemudian kalian terbakar, kalian terbakar. Maka jika kalian shalat Zhuhur, shalat Zhuhur itu membasuhnya. Kemudian kalian terbakar, kalian terbakar. Maka jika kalian shalat Ashar, shalat Ashar itu membasuhnya. Kemudian kalian terbakar, kalian terbakar. Maka jika kalian shalat Maghrib, shalat Maghrib itu membasuhnya. Kemudian kalian terbakar, kalian terbakar. Maka jika kalian shalat Isya’, shalat Isya’ itu membasuhnya. Kemudian kalian tertidur, maka tidak ditulis (amal kalian) hingga kalian bangun.” ([7])

 

Dari Anas bin Malik radhiyallaahu ‘anhu, dia berkata, ‘Rasulullah ﷺ bersabda,

 

«إِنَّ لِلهِ تَبَارَكَ وَتَعَالَى مَلَكًا يُنَادِي عِنْدَ كُلِّ صَلَاةٍ: يَا بَنِي آدَمَ، قُومُوا إِلَى نِيرَانِكُمُ الَّتِي أَوْقَدْتُمُوهَا فَأَطْفِئُوهَا»

 

“Sesungguhnya Allah memiliki Malaikat yang menyeru pada setiap shalat, ‘Wahai anak cucu Adam! Berdirilah kalian menuju api kalian yang telah kalian nyalakan, kemudian padamkanlah.” ([8])

 

(bersambung)

(Dialih bahasakan oleh Muhammad Syahri dari kitab as-Shalaat Wa Atsaruhaa Fi Ziyaadatil Iimaan Wa Tahdziibin Nafsi, Syaikh Husain al-‘Awayisyah)

_____________________

Footnote:

([1]) Keseluruhan hadits di Bab ini diambil dari Kitab Shahiih at-Targhiib wa at-Tarhiib, Bab Motivasi Untuk Shalat Lima Waktu Dan Menjaganya, kecuali hadits yang terakhir.

([2]) Guru kami Syaikh al-Albaniy rahimahullaah berkata, ‘Demikianlah ditemukan dengan menyisipkan kaaf, dan yang benar [فذلك] itulah lafazh hadits. Dan di dalam al-Qur`an [ذلك مثلهم في التوراة]

([3]) HR. Al-Bukhari, Muslim, at-Tirmidzi, dan an-Nasa-iy

([4]) Yaitu selagi tidak melakukan (dosa besar). Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Muslim.

([5]) HR. Al-Bazzar, at-Thabraniy dalam al-Ausath, dan al-Kabiir dengan sanad yang diterima.

([6]) Terjerumus ke dalam kehancuran karena banyaknya dosa, lihat Shahiih at-Targhiib wa at-Tarhiib.

([7]) HR. At-Thabraniy dalam as-Shaghiir dan yang lainnya, sementara perawinya dijadikan hujjah dengannya dalam as-Shahiih.

([8]) HR. At-Thabraniy dalam al-Ausath dan as-Shaghiir.

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *