Keutamaan Berdiam Diri Di Masjid Dan Duduk Di Dalamnya

Dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu, bahwasannya aku mendengar Rasulullah ﷺ bersabda,

 

«سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللهُ فِي ظِلِّهِ يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ: الْإِمَامُ الْعَادِلُ، وَشَابٌّ نَشَأَ بِعِبَادَةِ اللهِ، وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ فِي الْمَسَاجِدِ، وَرَجُلَانِ تَحَابَّا فِي اللهِ اجْتَمَعَا عَلَى ذَلِكَ وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ، وَرَجُلٌ دَعَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ وَجَمَالٍ، فَقَالَ: إِنِّي أَخَافُ اللهَ، وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ فَأَخْفَاهَا حَتَّى لَا تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِينُهُ، وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللهَ خَالِيًا، فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ»

 

“Tujuh golongan orang yang akan dinaungi oleh Allah dalam naungan-Nya([1]) pada hari dimana tidak ada lagi naungan kecuali naungan-Nya; mereka itu adalah pemimpin yang adil; pemuda yang tumbuh dalam ibadah kepada Allah ﷻ; seorang laki-laki yang hatinya tertambat dengan masjid([2]); dua orang yang saling mencintai karena Allah, yang keduanya berkumpul dan berpisah atas dasar cinta karena Allah; seorang laki-laki yang diajak (mesum) oleh seorang wanita yang memiliki kedudukan dan kecantikan lalu dia berkata, ‘Sesungguhnya saya takut kepada Allah”; seseorang yang bersedekah dan menyembunyikan sedekahnya, sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diinfaqkan oleh tangan kanannya; dan seorang laki-laki yang mengingat Allah dalam kesendirian hingga kedua matanya mengucurkan air mata.” ([3])

 

Dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu, dari Nabi ﷺ, beliau bersabda,

 

«مَا تَوَطَّنَ رَجُلٌ مُسْلِمٌ الْمَسَاجِدَ لِلصَّلَاةِ وَالذِّكْرِ، إِلَّا تَبَشْبَشَ اللهُ تَعَالَى إِلَيْهِ، كَمَا يَتَبَشْبَشُ أَهْلُ الْغَائِبِ بِغَائِبِهِمْ إِذَا قَدِمَ عَلَيْهِمْ»

 

“Tidaklah seorang laki-laki menjadikan masjid sebagai tempat tinggal untuk shalat dan berdzikir, melainkan Allah ﷻ akan bersikap ramah kepadanya, sebagai mana keramahan anggota keluarga orang yang pergi lama saat dia kembali kepada mereka.” ([4])

 

Dari Abu ad-Darda` radhiyallaahu ‘anhu, bahwasannya ia mendengar Rasululllah ﷺ bersabda,

 

«الْمَسْجِدُ بَيْتُ كُلِّ تَقِيٍّ، وَتكفل الله بِمَنْ كَانَ الْمَسَاجِدُ بَيْتَهُ بِالرَّوْحِ وَالرَّحْمَةِ، وَالْجَوَازِ عَلَى الصِّرَاطِ إِلَى رِضْوَانِ اللهِ إِلَى الْجَنَّةِ»

 

“Masjid itu adalah rumah bagi setiap orang yang bertakwa, dan Allah akan menjamin kehidupan orang yang menjadikan masjid sebagai rumahnya dengan kelapangan, rahmat dan izin untuk bisa lewat di atas shirat menuju keridhaan dan Sorga-Nya.” ([5])

 

Dari Abdullah bin ‘Amr radhiyallaahu ‘anhu, dari Rasulullah ﷺ, beliau bersabda,

 

«سِتُّ مَجَالِسَ، المُؤْمِنُ ضَامِنٌ عَلَى اللهِ تَعَالَى مَا كَانَ فِي شَيْءٍ مِنْهَا: فِي مَسْجِدِ جَمَاعَةٍ، وَعِنْدَ مَرِيضٍ، أَوْ فِي جِنَازَةٍ، أَوْ فِي بَيْتِهِ، أَوْ عِنْدَ إِمَامٍ مُقْسِطٍ يُعَزِّرُهُ وَيُوَقِّرُهُ» أَوْ فِيْ مَشْهَدِ جِهَادٍ»

 

“Enam majlis di mana seorang mukmin akan menjadi tanggungan Allah selagi dia berada dalam salah satunya; di dalam masjid (untuk melakukan shalat) berjama’ah, disisi orang yang sedang sakit, atau saat menghadiri jenazah, atau di rumahnya atau di sisi seorang pemimpin adil yang ditolong dan dihormatinya, atau di medan jihad.” ([6])

 

Dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu, dia berkata,

 

«إِنَّ لِلْمَسَاجِدِ أَوْتَادًا، هُمْ أَوْتَادُهَا، لهم جُلَسَاءٌ مِنَ الْمَلَائِكَةِ، فَإِنْ غَابُوا سَأَلُوا عَنْهُمْ، وَإِنْ كَانُوا مَرْضَى عَادُوهُمْ، وَإِنْ كَانُوا فِي حَاجَةٍ أَعَانُوهُمْ»

 

‘Sesungguhnya setiap masjid memiliki pasak-pasak. Merekalah([7]) pasak-pasaknya. Mereka memiliki teman duduk-duduk dari golongan Malaikat. Jika mereka tidak hadir para Malaikat akan saling bertanya tentang mereka. Dan jika mereka sakit, maka para Malaikat menjenguknya. Lalu jika mereka dalam sebuah keperluan, maka para Malaikat membantunya.” ([8])

 

(Dialih bahasakan oleh Muhammad Syahri dari kitab as-Shalaat Wa Atsaruhaa Fi Ziyaadatil Iimaan Wa Tahdziibin Nafsi, Syaikh Husain al-‘Awayisyah)

_____________________

Footnote:

([1]) Maksudnya dibawah naungan Arsy-Nya, sebagaimana dalam sebuah hadits,

«مَنْ أَنْظَرَ مُعْسِرًا، أَوْ وَضَعَ عَنْهُ، أَظَلَّهُ اللهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ تَحْتَ ظِلِّ عَرْشِهِ، يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ»

“Barangsiapa menangguhkan hutang orang yang kesusahan, atau membebaskannya dari hutangnya, maka Allah akan memayunginya nanti pada hari kiamat di bawah naungan ‘Arsy-Nya, disaat tidak ada naungan melainkan naungan dari-Nya.” HR. At-Tirmidzi, dan dia berkata, ‘Hadits hasan shahih.’ Lihat Shahiih at-Targhiib wa at-Tarhiib, hal. 129, cet. Al-Maktab al-Islamiy, juga hadits no. 90.

([2]) Ungkapan halus tentang kecintaan dan keriduannya kepada masjid apabila ia berada diluar masjid.-pent

([3]) HR. Al-Bukhari, Muslim dan selain keduanya.

([4]) HR. Ibnu Abi Syaibah, Ibnu Majah, Ibnu Khuzaimah, dan selain mereka. Hadits dari Shahiih at-Targhiib wa at-Tarhiib, no. 315.

([5]) HR. At-Thabraniy dalam al-Kabiir dan al-Ausath, dan diriwayatkan oleh al-Bazzaar. Dia berkata, ‘Sanadnya hasan.’ Lihat Shahiih at-Targhiib wa at-Tarhiib, no. 326.

([6]) Dihasankan oleh guru kami Syaikh al-Albaniy rahimahullaah dalam Shahiih at-Targhiib wa at-Tarhiib, no. 326.

([7]) Yaitu orang-orang yang ahli datang ke masjid untuk shalat, menunggu shalat dan berdzikir di dalamnya.-pent

([8]) Shahiih mauquf atas Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu sebagaimana dalam Shahiih at-Targhiib wa at-Tarhiib, no. 327.

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *