Oleh: al-Ustadz Muslim al-Atsariy hafizhahullah
HADITS ‘ABDULLOH BIN ‘AMR radhiyallaahu ‘anhu
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرٍو عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «يُقَالُ لِصَاحِبِ الْقُرْآنِ: “اقْرَأْ وَارْتَقِ وَرَتِّلْ كَمَا كُنْتَ تُرَتِّلُ فِي الدُّنْيَا فَإِنَّ مَنْزِلَتَكَ عِنْدَ آخِرِ آيَةٍ تَقْرَأُ بِهَا»
Dari ‘Abdullah bin Umar radhiyallaahu ‘anhuma, dari Nabi ﷺ, beliau bersabda: “Akan dikatakan kepada Shohibul Qur’an, ‘Bacalah dan teruslah naik, bacalah dengan tartil sebagaimana dahulu engkau telah membaca dengan tartil di dunia, karena sesungguhnya kedudukanmu adalah pada akhir ayat yang engkau baca.”([1])
HADITS ABU SA’ID AL-KHUDRIY radhiyallaahu ‘anhu
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «يُقَالُ لِصَاحِبِ الْقُرْآنِ إِذَا دَخَلَ الْجَنَّةَ اقْرَأْ وَاصْعَدْ، فَيَقْرَأُ وَيَصْعَدُ بِكُلِّ آيَةٍ دَرَجَةً حَتَّى يَقْرَأَ آخِرَ شَيْءٍ مَعَهُ»
Dari Abu Sa’id Al-Khudriy radhiyallaahu ‘anhu, dari Rasulullah ﷺ, beliau bersabda: “Akan dikatakan kepada Shohibul Qur’an jika dia telah masuk Sorga, ‘Bacalah dan teruslah naik!’ Lalu dia membaca dan naik satu derajat dengan setiap ayat, sehingga dia membaca akhir sesuatu (ayat) yang ada padanya”.([2])
FAWAID HADITS:
Ada beberapa faedah yang bisa kita ambil dari hadits ini, antara lain:
1- Adab membaca Al-Qur’an dengan tartil (bagus dan tidak tergesa-gesa).
2- Ketinggian derajat Shohibul Qur’an di dalam Sorga.
3- Derajat Shohibul Qur’an di Sorga ditentukan dengan banyaknya hafalan.
4- Keutamaan membaca dan menghafalkan Al-Qur’an.
5- Sorga itu berderajat, sesuai dengan amal sholih hamba.
6- Hadits ini dijadikan dalil oleh sebagian ulama, bahwa derajat Sorga sebanyak ayat-ayat Al-Qur’an, Wallohu a’lam.
Inilah sedikit penjelasan tentang hadits yang agung ini. Semoga Alloh ﷻ selalu memudahkan kita untuk melaksanakan ketaatan dan menjauhi kemaksiatan. Dan selalu membimbing kita di atas jalan kebenaran menuju Sorga-Nya yang penuh kebaikan.([3])
__________________________
Footnote:
([1]) HR. Tirmidzi, no. 2914; Abu Dawud, no. 1464; Ahmad, no. 6799; Ibnu Hibban, no. 677. Dihasankan oleh Syaikh Al-Albani
([2]) HR. Ahmad, no. 11360; Ibnu Majah, no. 3780; Abu Ya’la, no. 1094. Dishohihkan oleh Syaikh Al-Albani; Syaikh Syu’aib Al-Arnauth berkata di dalam Takhrijul Musnad: “Shohih lighoirihi”
([3]) Sragen, Dhuha Senin, 2-Sya’ban-1442 H / 15-Maret-2021 M