2. Bertanaththu’ (memfasih-fasihkan) bacaan al-Qur`an dan was-was dalam masalah makhaarijul huruf.
Ada di antara para qari’, orang yang keluar dari pemberian hak-hak huruf berupa sifat-sifat dan hukum-hukum huruf tersebut menuju kepada tajwid yang berlebih-lebihan (memaksa-maksakan diri) lagi menyulitkan, dan tidak membaca al-Qur`an dengan mudah dan benar.
Disebutkan di dalam sebuah hadits:
«مَنْ أَحَبَّ أَنْ يَقْرَأَ الْقُرْآنَ رَطْبًا…»
“Barangsiapa suka membaca al-Qur`an dengan lembut (lunak)…” al-Hadits. ([1])
Yaitu dengan kelunakan, tidak dengan kesulitan dalam suara pembacanya.
Ibnul Qayyim rahimahullah berkata di dalam Ighaatsatu al-Lahfaan (1/160-162): “Dan termasuk di antaranya -yaitu tipu daya syetan- adalah was-was tentang makhaarijul huruuf, dan bertanaththu’ (memfasih-fasihkannya). Kemudian beliau berkata, ‘Dan barangsiapa memperhatikan petunjuk Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam dan pengakuan beliau kepada pemilik setiap bahasa atas bacaan quran mereka, maka akan menjadi jelas baginya bahwa bertanaththu’ (menfasih-fasihkan bacaan dengan berlebihan) dan bertasyadduq (memfasih-fasihkan bacaan dengan meliuk-liukkan mulut) dan was-was dalam pengeluaran huruf adalah bukan termasuk bagian dari sunnah beliau.” Selesai([2])
(Diterjemahkan oleh Muhammad Syahri dari kitab Akhthaa-unaa Fii Ramadhaan; al-Akhthaa` Allatii Yaqo’u Fiiha al-Aimmah ‘Inda Shalaati al-Qiyaam wa at-Taraawiih, Syaikh Nada Abu Ahmad)
_____________________________________________________________
Footnote:
([1]) HR. Ibnu Majah (138), dan Ahmad (35) dengan redaksi:
وَعَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ مَسْعُودٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: إنَّ أَبَا بَكْرٍ وَعُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا بَشَّرَانِي أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «مَنْ أَحَبَّ أَنْ يَقْرَأَ الْقُرْآنَ غَضًّا كَمَا أُنْزِلَ، فَلْيَقْرَأهُ عَلَى قِرَاءَةِ ابْنِ أُمِّ عَبْدٍ»
Dari ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallaahu ‘anhu, dia berkata, ‘Sesungguhnya Abu Bakar dan ‘Umar radhiyallaahu ‘anhuma, keduanya telah memberikan berita gembira kepada kami bahwa Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa senang untuk membaca al-Qur`an dengan kelembutan sebagaimana ia diturunkan, maka hendaknya dia membacanya berdasarkan bacaan Ibnu Ummi ‘Abdi.” Lihat as-Shahiihah (2301), al-Jaami’ as-Shahiih li as-Sunan wa al-Masaanid (16/137)-pent
([2]) Bida’u al-Qurra`, Syaikh Bakr Abu Zaid rahimahullah, hal. 8,9