Anda akan bisa melihat seorang karyawan tidur di dalam pekerjaannya; seorang murid juga tidur di dalam pelajarannya, dan tidak mengulang-ulang pelajarannya. Toko-toko tutup di siang hari, dan kehidupanpun terhenti. Lalu jika Anda bertanya tentang sebabnya, maka mereka akan berkata, ‘Kami berpuasa.’ Maka apakah puasa itu merupakan motif untuk bermalas-malasan dan melalaikan pekerjaan?!
Bukankah Anda mengetahui wahai saudaraku yang tercinta… bahwa perang Badar besar, penaklukan kota Makkah, perang Hiththiin, ‘Ainul Jaaluut, dan penaklukan kota Andalus, dan peperangan-peperangan yang lain, semuanya terjadi di dalam bulan Ramadhan? Sesungguhnya ia adalah bulan kemenangan. Ini menunjukkan bahwa bulan ini adalah bulan kesungguhan, beramal, beraktifitas, dan mengintensifkan ketaatan-ketaatan. Dan demikianlah keberadaan para salaf yang mulia.
Sementara penelitian ilmiah modern telah menetapkan faidah-faidah besar bagi ibada puasa. Dan seorang manusia di dalam bulan Ramadhan akan berpindah dari satu ketaatan kepada ketaatan yang lain; dari puasa di siang hari kepada sedekah, kepada pembacaan al-Qur`an, qiyamullail, menyambung tali rahim, menghadiri majelis-majelis ilmu… dan demikian seterusnya…
Akan tetapi pemahaman-pemahaman telah terbolak-balik, maka jadilah puasa merupakan motif untuk bermalas-malasan dan tidur. Inilah yang akan Anda lihat di dalam masjid-masjid di siang hari bulan Ramadhan, berupa banyaknya orang-orang yang tidur, meningginya suara dengkuran ke kolong langit. Ini berbalik dengan kebiasaan kehidupan salaf di dalam masjid-masjid. Sungguh al-Qur`an di dalamnya seperti dengungan lebah… hanya kepada Allah lah tempat mengadu.
(Diterjemahkan oleh Muhammad Syahri dari kitab Akhthaa-unaa Fii Ramadhaan – al-Akhthaa` al-Khaashshah Fii as-Shiyaam, Syaikh Nada Abu Ahmad)