Sebagian orang-orang tua bersikap gampangan terhadap anak-anaknya di dalam masalah puasa. Ia tidak memerintah mereka untuk berpuasa, bahkan barangkali mereka mendapati seorang anak yang sedang berpuasa dengan penuh semangat dan kuat, lalu bapaknya atau ibunya memerintahnya untuk berbuka karena kasihan kepadanya menurut anggapan mereka, lantas mengambilkan makanan dan minuman untuknya.
Maka dimanakah kedudukan mereka terhadap para sahabat Nabi H?! Dimana mereka sangat memperhatikan anak-anak dengan puasa (mereka) dan menyemangati mereka untuk berpuasa.
Imam al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan hadits dari ar-Rubayyi’ binti Mu’awwidz J, dia berkata,
فَكُنَّا نَصُومُهُ بَعْدُ، وَنُصَوِّمُ صِبْيَانَنَا، وَنَجْعَلُ لَهُمُ اللُّعْبَةَ مِنَ العِهْنِ، فَإِذَا بَكَى أَحَدُهُمْ عَلَى الطَّعَامِ أَعْطَيْنَاهُ ذَاكَ حَتَّى يَكُونَ عِنْدَ الإِفْطَارِ
“Maka kamipun berpuasa (‘Asyura) setelah itu, dan kami membuat anak-anak kamipun berpuasa. Lalu kami buatkan untuk mereka mainan dari wol (bulu domba). Jika salah seorang diantara mereka menangis meminta makanan, maka kami berikan kepadanya mainan itu hingga sampai waktu berbuka.”([1])
Ibnu Hajar V berkata sebagaimana disebutkan di dalam Fath al-Baariy, ‘Dan di dalam hadits tersebut terdapat satu hujjah atas disyariatkannya pelatihan puasa terhadap anak-anak, dikarenakan orang yang berada pada usia seperti yang disebutkan di dalam hadits ini adalah belum mukallaf, maka tiadalah dibuatkan untuk mereka melainkan sebagai sarana tarbiyah (pendidikan).”([2]) Selesai.
Maka kita harus membiasakan anak-anak untuk berpuasa dan shalat di masa kecil mereka, demi melaksanakan firman Allah D,
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ قُوٓاْ أَنفُسَكُمۡ وَأَهلِيكُم نَارٗا وَقُودُهَا ٱلنَّاسُ وَٱلحِجَارَةُ عَلَيهَا مَلَٰٓئِكَةٌ غِلَاظٞ شِدَادٞ لَّا يَعصُونَ ٱللهَ مَآ أَمَرَهُم وَيَفعَلُونَ مَا يُؤمَرُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. at-Tahriim (66): 6)
Dan sabda Nabi H,
كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُوْلٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
“Setiap kalian adalah seorang pemimpin dan setiap kalian akan dimintai pertanggung jawaban terhadap kepemimpinannya.” (HR. al-Bukhari, Muslim dari hadits Ibnu ‘Umar L)
Sebagian ahli ilmu, sebagaimana disebutkan di dalam al-Mughniy, menyebutkan, ‘Bahwa anak-anak diperintah berpuasa pada usia tujuh tahun jika dia mampu, dan dia dipukul karena meninggalkannya pada usia sepuluh tahun sebagaimana shalat. Dan pahala puasa adalah untuk si anak, dan kedua orang tuanya mendapatkan pahala pendidikan, dan pahala menunjukkan kepada kebaikan.
Dan hendaknya, bersama dengan anak-anak, kita memulai dengan bertahap untuk menanamkan kecintaan terhadap ibadah ini di dalam hati-hati mereka, agar tidak terjadi penolakan dan ketidak sukaan bagi mereka kepada ibadah ini. Maka kita buat anak-anak kecil yang belum mampu berpuasa untuk berpuasa hingga zhuhur, sementara anak-anak lain yang sudah merasa berat tak tertahankan, kita buat mereka puasa hingga Ashar. Demikianlah seterusnya hingga sang anak bisa berpuasa sempurna dalam sehari.
(Diterjemahkan oleh Muhammad Syahri dari kitab Akhthaa-unaa Fii Ramadhaan – al-Akhthaa` al-Khaashshah Fii as-Shiyaam, Syaikh Nada Abu Ahmad)
___________________________________________________
Footnote:
([1]) HR. Al-Bukhari (1960), Muslim (1136)-pent
([2]) Ibnu Hajar, Fath al-Baariy (IV/201)-pent