Ikhlashkan Amal

AllahD berfirman:

وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ ۚ وَذَٰلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ ٥

Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.” (QS. al-Bayyinah: 5)

Dari ‘Umar bin al-Khaththab I, Rasulullah bersabda:

«إنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى، فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ فَهِجْرَتُهُ إلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ، وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيبُهَا أَوْ امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ إلَى مَا هَاجَرَ إلَيْهِ»

“Sesungguhnya amalan-amalan itu tergantung niat-niatnya. Sesungguhnya bagi setiap orang adalah apa yang ia niatkan. Maka barangsipa (niat) hijrahnya kepada Allâh dan rasul-Nya, maka hijrahnya (benar-benar) kepada Allâh dan rasul-Nya. Dan barangsipa hijrahnya untuk dunia yang dia ingin meraihnya, atau untuk wanita yang dia ingin menikahinya(1) maka (nilai) hijrahnya (sebatas) kepada apa yang dia berhijrah karenanya.”(2)

Rasulullah H bersabda,

«يَغْزُو جَيْشٌ الْكَعْبَةَ فَإِذَا كَانُوا ببيْداءَ مِنَ الأَرْضِ يُخْسَفُ بأَوَّلِهِم وَآخِرِهِمْ ». قَالَتْ : قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ ، كَيْفَ يُخْسَفُ بَأَوَّلِهِم وَآخِرِهِمْ وَفِيهِمْ أَسْوَاقُهُمْ وَمَنْ لَيْسَ مِنهُمْ ،؟ قَالَ : «يُخْسَفُ بِأَوَّلِهِم وَآخِرِهِمْ ، ثُمَّ يُبْعَثُون عَلَى نِيَّاتِهِمْ »

“Ada satu pasukan menyerbu Ka’bah, tatkala mereka berada ditanah yang lapang(3) mereka dibenamkan (kedalam perut bumi) dari awal pasukan hingga yang paling akhir dari mereka.” Dia (‘Aisyah) berkata: “Saya bertanya: “Ya Rasûlullâh bagaimana dibenamkan dari awal mereka hingga paling akhir dari mereka, padahal didalamnya ada orang-orang pasar(4) mereka dan ada yang bukan dari mereka?” Beliau menjawab: “Dibenamkan dari awal hingga akhir mereka kemudian mereka dibangkitkan berdasarkan niat-niat mereka.”(5)

Dari Abû Musa ‘Abdullâh Ibnu Qais al-Asy’ari I, dia berkata:

سُئِلَ رسول الله  عَنِ الرَّجُلِ يُقاتِلُ شَجَاعَةً ، ويُقاتِلُ حَمِيَّةً ويقاتِلُ رِياءً ، أَيُّ ذلِك في سَبِيلِ اللَّهِ؟ فَقَالَ رسول الله  : « مَنْ قاتَلَ لِتَكُون كلِمةُ اللَّهِ هِي الْعُلْيَا فهُوَ في سَبِيلِ اللَّهِ »

Rasûlullâh ditanya tentang seorang laki-laki yang berperang karena (dorongan) syaja’ah (keberanian), berperang karena hamiyyah(6) dan berperang karena riya.” Manakah yang berada dijalan Allâh?” Rasûlullâh bersabda: “Barangsiapa berperang supaya kalimah (agama) Allâh menjadi yang tertinggi maka dialah yang fi sabilillah.”(7) (HR. Al-Bukhârî – Muslim)

Dari Ibnu ‘Umar I, Rasulullah bersabda,

«إذَا أَنْزَلَ اللَّهُ بِقَوْمٍ عَذَابًا أَصَابَ الْعَذَابُ مَنْ كَانَ فِيهِمْ ثُمَّ يُبْعَثُونَ عَلَى نِيَّاتِهِمْ»

“Jika Allah menurunkan suatu adzab terhadap suatu kaum, maka adzab itu akan menimpa orang yang ada di tengah mereka, kemudian mereka akan dibangkitkan sesuai dengan niat-niat mereka.” (HR. al-Bukhari (7108), Muslim (2879), Ahmad (II/110, 136))

Dari Abu Umamah I, Rasulullah bersabda,

«إنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ لَا يَقْبَلُ مِنْ الْعَمَلِ إلَّا مَا كَانَ خَالِصًا وَابْتُغِيَ بِهِ وَجْهُهُ»

“Sesungguhnya Allah D tidak akan menerima amal kecuali apa yang ikhlash, dan dengannya dicari wajah-Nya.” (Hasan Shahih, HR. an-Nasa`iy (VI/25)

Dari Mu’awiyah bin Abi Sufyan I, Rasulullah bersabda,

«الْأَعْمَالُ كَالْوِعَاءِ إذَا طَابَ أَسْفَلُهُ طَابَ أَعْلَاهُ»

“Amal-amal itu seperti bak, jika baik bagian bawahnya, maka baik juga bagian atasnya.” (Shahih, HR. Ibnu Majah (4199), Ahmad (IV/99))

Dari Mu’awwiyah I, Rasulullah bersabda,

«إنَّ مَا بَقِيَ مِنْ الدُّنْيَا بَلَاءٌ وَفِتْنَةٌ إنَّمَا مَثَلُ أَعْمَالِ أَحَدِكُمْ كَمَثَلِ الْوِعَاءِ إذَا طَابَ أَعْلَاهُ طَابَ أَسْفَلُهُ، وَإِذَا خَبُثَ أَعْلَاهُ خَبُثَ أَسْفَلُهُ»

“Sesungguhnya apa yang tersisa dari dunia adalah bala` dan fitnah; sesungguhnya perumpamaan amal-amal kalian hanyalah seperti wadah, jika baik bagian atasnya maka baik pula bagian bawahnya, dan jika jelek bagian atasnya, maka jelek pula bagian bawahnya.” (Shahih, HR. Ahmad (IV/94), Ibnul Mubarak, az-Zuhud (596), as-Shahihah (1734), Ibnu Majah (4199), Abu Ya’la (IV/1776))

Dari Abu Umamah I, Rasulullah bersabda,

«إنَّ اللَّهَ تَعَالَى لَا يَقْبَلُ مِنْ الْعَمَلِ إلَّا مَا كَانَ خَالِصًا وَابْتُغِيَ بِهِ وَجْهُهُ»

“Sesungguhnya Allah tidak akan menerima dari suatu amal, melainkan amal tersebut (dikerjakan) dengan ikhlash, dan dengannyalah wajah Allah dicari.” (Hasan Shahih, HR. an-Nasa`iy (VI/25))

Dari Abu Hurairah I, Rasulullah bersabda,

«إنَّ اللَّهَ لَا يَنْظُرُ إلَى صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ وَلَكِنْ إنَّمَا يَنْظُرُ إلَى قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ»

“Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada rupa kalian, dan harta kalian, akan tetapi dia hanya melihat kepada hati dan amal-amal kalian.” (HR. Muslim (34), Ibnu Majah (4143), Ahmad (II/285))

Dari Shuhaib ar-Rumiy I, Rasulullah bersabda,

«تَمَامُ الْبِرِّ أَنْ تَعْمَلَ فِي السِّرِّ عَمَلَ الْعَلَانِيَةِ، صَلَاةُ الرَّجُلِ تَطَوُّعًا حَيْثُ لَا يَرَاهُ النَّاسُ تَعْدِلُ صَلَاتَهُ عَلَى أَعْيُنِ النَّاسِ خَمْسًا وَعِشْرِينَ»

“Kesempurnaan kebaikan adalah engkau beramal di dalam kerahasiaan, amal terang-terangan; shalat seseorang dengan tathawwu’ (sunnah, nafilah) dimana manusia tidak melihatnya, menyamai 25 shalatnya di mata-mata manusia.” (Shahih, HR. Abu Ya’la, Shahihul Jami’ as-Shaghir wa Ziyaadatuhu (3821)

(Makalah Kajian Syarah Sulamuttaufiq bersama Ustadz Muhammad Syahri di Jawi Prigen Pasuruan)

______________________________________________________

Footnote:

1() Maksudnya adalah mengawininya.

2() HR. al-Bukhari (1), Muslim (155)

3() Hamparan tanah yang luas tanpa tumbuhan dan pepohonan

4() Orang-orang pasar adalah orang-orang awam (orang-orang sipil) dalam hadîts disebutkan:

مَنْ كَثَّرَ سَوَادَ قَوْمٍ فِي الْمَعْصِيَةِ مُخْتَارًا فَإِنَّ الْعُقُوْبَةَ تَلْحَقَهُ

Barangsiapa memperbanyak kerumunan orang dalam maksiat, menurut keinginannya sendiri maka hukuman pasti akan mengenainya.” Dalam hadîts ini terdapat peringatan untuk tidak menemani ahli maksiat dan orang-orang zhalim dan bahwasannya amal-amal itu diukur berdasarkan niat pelakunya.

5() Muttafaqun ‘alaihi, al-Bukhari (2118)

6() Hamiyyah yaitu karena emosional, cemburu, fanatisme keluarga, suku bangsa dan tanah air.

7() Artinya agama Islam. Dalam hadîts ini terdapat petunjuk bahwa amal itu dinilai berdasarkan niat yang sholeh dan bahwa keutamaan yang disiapkan untu para mujahidin hanya akan didapat oleh orang yang motivasinya untuk meninggikan (menegakkan) kalimah (firman) Allâh .

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *