Tiga Amalan Penghapus Dosa (1) Menunggu Shalat Setelah Shalat

Dari Ibnu ‘Umar L, dia berkata, ‘Rasulullah  bersabda,

[arabic-font]«ثَلاثٌ كَفَّارَاتٌ: انْتِظَارُ الصَّلاةِ بَعْدَ الصَّلاةِ، وَإِسْبَاغُ الْوُضُوءِ فِي السَّبَرَاتِ، وَنَقْلُ الأَقْدَامِ إِلَى الْجَمَاعَاتِ»[/arabic-font]

“Tiga penghapus-penghapus dosa; menunggu (waktu pelaksanaan) shalat (lain) setelah (mendirikan) shalat; menyempurnakan wudhu’ di waktu-waktu pagi yang dingin; serta menghantarkan kaki-kaki menuju shalat-shalat berjama’ah.”

(HR. at-Thabraniy dalam al-Mu’jam al-Kabiir)([1])

 

Yang dimaksud dengan kaffarat adalah penghapus dosa-dosa.

Di dalam Shahih Muslim dari Abu Hurairah I, bahwa Rasulullah bersabda,

[arabic-font]«أَلَا أَدُلُّكُمْ عَلَى مَا يَمْحُو اللهُ بِهِ الْخَطَايَا، وَيَرْفَعُ بِهِ الدَّرَجَاتِ»؟ قَالُوا: بَلَى يَا رَسُولَ اللهِ. قَالَ: «إِسْبَاغُ الْوُضُوءِ عَلَى الْمَكَارِهِ، وَكَثْرَةُ الْخُطَا إِلَى الْمَسَاجِدِ، وَانْتِظَارُ الصَّلَاةِ بَعْدَ الصَّلَاةِ؛ فَذَلِكُمْ الرِّبَاطُ»[/arabic-font]

“Maukah kalian kutunjukkan perkara yang dengannya Allah akan menghapus kesalahan-kesalahan (dosa), dan dengannya Allah akan mengangkat derajat-derajat?’ Mereka menjawab, ‘Ya, Ya Rasulullah.’ Beliau bersabda, ‘Menyempurnakan wudhu` pada waktu-waktu yang tidak disukai (karena dinginnya), banyak langkah menuju masjid, dan menunggu (pelaksanaan waktu) shalat setelah (melaksanakan) shalat; maka itulah ribath.”([2])

 

Kaffarah yang pertama, adalah menunggu shalat setelah shalat

Asal dari ribath adalah menahan diri diatas sesuatu, seakan-akan dia menahan dirinya diatas ketaatan ini. Dan yang dimaksud adalah bahwa ia adalah satu jenis dari jenis-jenis ribath, dan ia mudah bagi setiap orang. Berbeda dengan orang melakukan ribath di garis perbatasan dengan daerah musuh, maka melakukan ribath di tempat ini, tidak bisa ditandingi oleh sesuatupun. Namun termasuk diantara jenis-jenis ribath adalah menunggu shalat setelah shalat.

Dan barangsiapa berdiam diri dalam rangka menunggu shalat, maka sesungguhnya dia (mendapatkan pahala seperti) berada di dalam shalat.

Di dalam as-Shahihain dari Abu Hurairah I, bahwa Rasulullah bersabda,

[arabic-font]«لَا يَزَالُ أَحَدُكُمْ فِي صَلَاةٍ مَا دَامَتِ الصَّلَاةُ تَحْبِسُهُ، لَا يَمْنَعُهُ أَنْ يَنْقَلِبَ إِلَى أَهْلِهِ إِلَّا الصَّلَاةُ»[/arabic-font]

“Tiada hentinya salah seorang diantara kalia berada di dalam shalat selagi shalatlah yang menahannya, tiada yang menghalangi dia untuk berbalik menuju keluarganya melainkan shalat.”([1])

Dan di dalam riwayat milik al-Bukhari,

[arabic-font]«إِنَّ أَحَدَكُمْ فِي صَلاَةٍ مَا دَامَتِ الصَّلاَةُ تَحْبِسُهُ، وَالمَلاَئِكَةُ تَقُولُ: اللَّهُمَّ اغْفِرْ لَهُ وَارْحَمْهُ مَا لَمْ يَقُمْ مِنْ مُصَلاَّهُ أَوْ يُحْدِثْ»[/arabic-font]

“Sesungguhnya salah seorang diantara kalian berada di dalam shalat selagi shalatlah yang menahannya, sementara para malaikat berkata, ‘Ya Allah ampuni dia, rahmati dia.’ Selagi dia tidak berdiri dari tempat shalatnya, atau berhadats.”([2])

Nabi bersabda,

[arabic-font]«الْقَاعِدُ يَرْعَى الصَّلَاةَ كَالْقَانِتِ، وَيُكْتَبُ مِنْ الْمُصَلِّينَ مِنْ حِينِ يَخْرُجُ مِنْ بَيْتِهِ حَتَّى يَرْجِعَ إِلَيْهِ»[/arabic-font]

“Orang yang duduk (di masjid) menunggu (menginginkan) shalat seperti orang yang berdiri shalat, dan ditulis termasuk dari golongan orang-orang yang sedang shalat sejak saat dia keluar dari rumahnya hingga dia kembali kepadanya.” (HR. Ahmad)([3])

Dan sesungguhnya Allah benar-benar membanggakan orang-orang yang melakukan ribath di masjid-masjid kepada para malaikat-Nya.

‘Abdullah bin ‘Amr L berkata, ‘Kami pernah shalat maghrib bersama Rasulullah . Lalu pulanglah orang yang pulang, dan tersisalah orang yang tersisa. Lalu datanglah Rasulullah dengan bergegas, sementara nafas beliau memburu beliau, dan beliau menyingkap kedua lutut beliau seraya beliau bersabda,

[arabic-font]«أَبْشِرُوا، هَذَا رَبُّكُمْ قَدْ فَتَحَ بَابًا مِنْ أَبْوَابِ السَّمَاءِ يُبَاهِي بِكُمْ الْمَلَائِكَةَ، يَقُولُ: انْظُرُوا إِلَى عِبَادِي قَدْ قَضَوْا فَرِيضَةً وَهُمْ يَنْتَظِرُونَ أُخْرَى»[/arabic-font]

“Bergembiralah kalian, ini, Tuhan kalian telah membukakan sebuah pintu dari pintu-pintuu langit, Dia membanggakan kalian kepada para malaikat, Dia berfirman, ‘Lihatlah kepada hamba-hamba-Ku, mereka telah menyelesaikan satu kewajiban, kemudian mereka menunggu-nunggu kewajiban yang lain.” (HR. Ibnu Majah)([4])

Dan menunggu shalat setelah shalat akan ditulis oleh Allah di ‘illiyyiin.

Dari Abu Umamah I, bahwa Rasulullah bersabda,

[arabic-font]«صَلَاةٌ فِي إِثْرِ صَلَاةٍ لَا لَغْوَ بَيْنَهُمَا كِتَابٌ فِي عِلِّيِّينَ»[/arabic-font]

“Satu shalat yang mengiringi shalat lain yang tidak ada kesia-siaan diantara keduanya tertulis di ‘illiyyiin.” (HR. Abu Dawud)([5])

(Diambil dari kitab Tsulaatsiyaat Nabawiyah Jilid III, DR. Mihran Mahir ‘Utsman, dialih bahasakan oleh Abu Rofi’ Muhammad Syahri)

________________________________

Footnote:

([1]) HR. al-Bukhari (659), Muslim (649) -pent

([2]) HR. al-Bukhari (3229) -pent

([3]) HR. Ahmad (17440), dishahihkan oleh al-Arnauth V. (Lihat Musnad Ahmad, tahqiq al-Arnauth (XXVII/648)) -pent

([4]) HR. Ibnu Majah (801), Ahmad (6860), as-Shahiihah (661), Shahiih at-Targhiib wa at-Tarhiib (445), lihat al-Jaami’ as-Shahiih li as-Sunan wa al-Masaanid (VII/111) -pent

([5]) HR. Abu Dawud (558, 1288), Ahmad (22358), Shahiihul Jaami’ (6228), Shahiih at-Targhiib wa at-Tarhiib (320, 446), lihat al-Jaami’ as-Shahiih li as-Sunan wa al-Masaanid (VII/115) -pent

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *