Hadits Lemah Tentang Fadhilah al-Quran: Membaca Al-Qur’an Membersihkan Karat Hati

 

Oleh: al-Ustadz Muslim al-Atsariy hafizhahullahu

 

HADITS IBNU UMAR radhiyallaahu ‘anhuma

 

عَنِ ابْنِ عُمَرَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: « إِنَّ هَذِهِ الْقُلُوبَ تَصْدَأُ، كَمَا يَصْدَأُ الْحَدِيدُ إِذَا أَصَابَهُ الْمَاءُ» قِيلَ: يَا رَسُولَ اللهِ، وَمَا جِلَاؤُهَا؟ قَالَ: «كَثْرَةُ ذِكْرِ الْمَوْتِ وَتِلَاوَةُ الْقُرْآنِ»

 

Dari Abdullah bin Umar radhiyallaahu ‘anhuma, dia berkata: Rasulullah ﷺ bersabda: “Sesungguhnya hati ini dapat berkarat sebagaimana besi berkarat jika terkena air”.

 

Beliau ditanya, “Wahai Rasulullah, apa pembersihnya?” Beliau menjawab: “Banyak mengingat kematian dan membaca Al-Qur’an”.

 

KETERANGAN:

Hadits ini diriwayatkan oleh:

  1. Al-Baihaqi rhm di dalam Syu’abul Iman, no. 1859;
  2. Ibnu ‘Adiy di dalam Al-Kamil fii Dhu’afa’ir Rijal, no. 91, 1421;
  3. Abu Nu’aim di dalam Hilyatul Auliya’, 8/197;
  4. Al-Khothib Al-Baghdadiy di dalam Tarikh Baghdad, 12/369, no. 5719;
  5. Al-Qudhoi di dalam Musnad Asy-Syihab, no. 1178, 1179;
  6. Adz-Dzahabiy di dalam Mizanul I’tidal, 2/607, no. 5039.
  7. Dimasukkan oleh Syaikh Al-Albani di dalam Silsilah Adh-Dho’ifah, no. 6096.

 

Semua dari jalur Abdul Aziz bin Abi Rowwaad, dari Nafi’, dari Ibnu Umar.

 

DERAJAT HADITS:

 

Hadits ini sangat lemah. Dengan penjelasan sebagai berikut:

 

Abdul Aziz bin Abi Rowwaad memiliki empat murid yang meriwayatkan hadits ini.

 

Tiga murid meriwayatkan secara maushul marfu’ (bersambung sampai kepada Nabi ﷺ), namun semuanya lemah.

 

Satu murid meriwayatkan secara munqothi’ (terputus sanadnya), dan ini murid yang terpercaya.

 

Empat murid tersebut adalah sebagai berikut:

1- Abdurrohim bin Harun.

Diriwayatkan oleh Al-Baihaqi di dalam Syu’abul Iman, no. 1859; Ibnu ‘Adiy di dalam Al-Kamil fii Dhu’afa’ir Rijal, no.1421; Abu Nu’aim di dalam Hilyatul Auliya’, 8/197; Al-Khathib Al-Baghdadiy di dalam Tarikh Baghdad, 12/369, no. 5719; Al-Qudhoi di dalam Musnad Asy-Syihab, no. 1179 dan Ad-Dzahabiy di dalam Mizanul I’tidal, 2/607, no. 5039.

Abdurrohim bin Harun Abu Hisyam Al-Ghossaaniy Al-Wasithiy perowi yang sangat lemah, sebagaimana dijelaskan para ulama.

Imam Ad-Daruquthniy rahimahullaah berkata: “Dia orang yang haditsnya ditinggalkan, dia sering berdusta”.([1])

Imam Abu Hatim rahimahullaah berkata: “Dia majhul (tidak dikenal), aku tidak mengetahuinya”.([2])

Imam Ibnu ‘Adiy rahimahullaah memasukkannya di dalam golongan perowi lemah di dalam kitabnya, Al-Kamil fii Dhu’afa’ir Rijal, no. 1421.

 

2- Abdulloh bin Abdul Aziz.

Diriwayatkan oleh Al-Baihaqi di dalam Syu’abul Iman, no. 1859; Al-Qudhoi di dalam Musnad Asy-Syihab, no. 1178.

Abdulloh bin Abdul Aziz juga perowi yang sangat lemah.

Imam Abu Hatim rahimahullaah dan lainnya berkata: “Haditshaditsnya munkar!”

Imam Ibnul Junaid rahimahullaah berkata: “Dia tidak sama (dengan perowi terpercaya) sedikitpun, dia menyampaikan haditshadits yang dusta!”

Imam Ibnu ‘Adiy rahimahullaah berkata: “Dia meriwayatkan haditshadits dari ayahnya, dari Nafi’, dari Ibnu Umar, dengan haditshadits yang tidak ada seorangpun meriwayatkannya”.([3])

 

3- Ibrohim bin Abdus Salam

Diriwayatkan oleh Ibnu ‘Adiy di dalam Al-Kamil fii Dhu’afa’ir Rijal, no. 91.

Ibrohim bin Abdus Salam Al-Makhzumiy Al-Makkiy juga perowi yang sangat lemah.

Imam Ibnu ‘Adiy rahimahullaah memasukkannya di dalam golongan perowi lemah di dalam kitabnya, Al-Kamil fii Dhu’afa’ir Rijal, no. 91. Beliau berkata: “Dia tidak ma’ruf (dikenal), dia menyampaikan haditshadits munkar, menurutku dia mencuri hadits”.([4])

 

4- Hafsh bin Ghiyats.

Imam Adz-Dzahabiy rahimahullaah berkata: “Dan Hafsh bin Ghiyats meriwayatkan dari Abdul Aziz, dia berkata: Rasulullah ﷺ bersabda:…”.([5]) Sanad ini munqothi’ (terputus)

Dan Hafsh bin Ghiyats adalah perowi yang terpercaya.

Syaikh Al-Albani rahimahullaah berkata: “Beliau (Imam Adz-Dzahabiy) mengisyaratkan bahwa ini yang mahfuzh (terjaga; benar) dari Abdul Aziz, sebab Hafsh bin Ghiyats adalah perowi yang terpercaya, sedangkan orang-orang lain yang meriwayatkan secara bersambung adalah perowi dhoi’f atau tertuduh berdusta”.([6])

Dengan penjelasan ini nyata bahwa hadits ini sangat lemah. Oleh karena itu banyak ulama yang meriwayatkan hadits ini juga menjelaskan kelemahannya. Seperti Imam Ibnu ‘Adiy, Imam Adz-Dzahabiy dan Syaikh Al-Albani.

 

KESIMPULAN:

 

Hadits ini munkar (sangat lemah), sehingga tidak bisa dijadikan sebagai dalil keyakinan atau amalan.

 

Sesungguhnya di dalam ayat-ayat Al-Qur’an dan haditshadits yang shohih sudah cukup dalil yang menyebutkan keutamaan membaca dan menghafalkan Al-Qur’an, sehingga tidak membutuhkan hadits lemah. Wallohu a’lam

 

Kita jangan menisbatkan hadits ini kepada Nabi ﷺ, sebab khawatir terkena ancaman di dalam hadits shohih berikut ini:

 

عَنْ أَبِي بَكْرِ بْنِ سَالِمٍ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ جَدِّهِ، أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «إِنَّ الَّذِي يَكْذِبُ عَلَيَّ يُبْنَى لَهُ بَيْتٌ فِي النَّارِ»

 

Dari Abu Bakar bin Salim, dari ayahnya, dari kakeknya (Ibnu Umar), bahwa Rasulullah ﷺ bersabda: “Sesungguhnya orang yang berdusta atasku, akan dibangunkan baginya sebuah rumah di Neraka”.([7])

 

Berdusta atas nama Nabi ﷺ adalah berdusta di dalam syari’at, sehingga dampaknya mengenai seluruh umat, maka dosanya lebih besar dan hukumannya lebih berat. Wallohul Musta’an.([8])

_________________

Footnote:

([1]) Mizanul I’tidal, 2/607, no. 5039

([2]) Al-Jarh wat Ta’dil, 5/340, no. 1604

([3])     Dinukil dari Silsilah Adh-Dho’ifah, 13/220, keterangan hadits no. 6096

([4]) Al-Kamil fii Dhu’afa’ir Rijal, 1/419-420, no. 91

([5]) Mizanul I’tidal, 2/608

([6]) Silsilah Adh-Dho’ifah, 13/220, keterangan hadits no. 6096

([7]) HR. Ahmad, no. 4742, 5798, 6309. Syaikh Syu’aib Al-Arnauth berkata: Sanadnya shohih

([8]) Sragen, Selasa Bakda Ashar, 1-Muharrom-1442 H / 10-Agustus-2021

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *