Berkenan dengan hal ini, Allah subhaanahu wata’aalaa berfirman :
إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ
“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya” (Al Hijr : 9).
Allah subhaanahu wata’aalaa juga berfirman dalam surat An Nisa ayat 82 :
أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ وَلَوْ كَانَ مِنْ عِنْدِ غَيْرِ اللَّهِ لَوَجَدُوا فِيهِ اخْتِلَافًا كَثِيرًا
“Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran? Kalau kiranya Al Quran itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya”
Juga firman Allah subhaanahu wata’aalaa dalam surat Muhammad ayat 24 :
أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ أَمْ عَلَى قُلُوبٍ أَقْفَالُهَا
“Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran ataukah hati mereka terkunci?”.
Demikian juga dengan firman Allah subhaanahu wata’aalaa yang lain dalam surat Al Muzzammil ayat 4 :
أَوْ زِدْ عَلَيْهِ وَرَتِّلِ الْقُرْآنَ تَرْتِيلًا
“atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah Al Quran itu dengan perlahan-lahan”.
Nabi ﷺ bersabda sebagaimana diriwayatkan oleh Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu:
… وَمَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِي بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللهِ، يَتْلُونَ كِتَابَ اللهِ، وَيَتَدَارَسُونَهُ بَيْنَهُمْ، إِلَّا نَزَلَتْ عَلَيْهِمِ السَّكِينَةُ، وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ وَحَفَّتْهُمُ الْمَلَائِكَةُ، وَذَكَرَهُمُ اللهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ….
“…Dan tidaklah suatu kaum berkumpul di salah satu rumah dari rumah-rumah Allah, mereka membaca Kitabullah dan memperlajari sunnah Nabi mereka, melainkan akan diturunkan kepada mereka ketenangan, dan mereka akan diliputi rahmat Allah, para Malaikat akan mengelilingi mereka, dan Allah akan menyebut-nyebut mereka kepada para Malaikat yang berada di sisi-Nya…” (Muslim 2699)
Dalam sabdanya yang lain sebagaimana disebutkan oleh Ustman radhiyallaahu ‘anhu:
خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ القُرْآنَ وَعَلَّمَهُ
“Dan sebaik-sebaik orang diantara kalian adalah yang mempelajari Al Quran dan mengajarkannya” (Bukhori 5027)
Juga sabda Beliau ﷺ sebagaimana diriwayatkan oleh Aisyah radhiyallaahu ‘anha,
الْمَاهِرُ بِالْقُرْآنِ مَعَ السَّفَرَةِ الْكِرَامِ الْبَرَرَةِ، وَالَّذِي يَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَيَتَتَعْتَعُ فِيهِ، وَهُوَ عَلَيْهِ شَاقٌّ، لَهُ أَجْرَانِ
“Seorang yang fasih membaca Al Quran akan bersama para melaikat yang mulia lagi berbakti, dan seorang yang membaca Al Quran dengan terbata-bata serta ia kesulitan dalam membacanya maka ia memperoleh dua pahala” (Bukhori 4937, Muslim 798)
Diantara etika dalam membaca Al Quran yang harus diperhatikan adalah :
- Membimbing hati untuk ikhlas ketika mempelajari Al Quran atau membacanya
Diharuskannya hal ini mengingat membaca Al Quran adalah ibadah yang dilakukan dalam rangka mencari Wajah Allah. Setiap amal perbuatan yang dilakukan untuk mendekatkan diri kepada Allah dan tidak disertai dengan 2 syarat diterimanya amal (ikhlas dan mengikuti tuntunan syariat), maka amalan tersebut akan tertolak.
Imam Nawawi rahimahullah berkata : “maka yang pertama kali diperintahkan (kepada orang yang membaca Al Quran) adalah mengikhlaskan niatnya dalam membaca. Hendaklah ia menginginkan Wajah Allah dari bacaannya dan tidak menginginkan sesuatu yang lain”. (Al Adzkaar).
Dan yang dikatakan oleh Imam Nawawi disini benar terjadi, ada diantara orang yang membaca Al Quran tetapi mengharap perhatian orang lain, juga mengharap agar orang mau mengikuti majelisnya, menyanjung dan menghormatinya. Kita berharap semoga Allah subhaanahu wata’aalaa menyelamatkan kita dari hal ini! Cukuplah dengan mengetahui akibat dari membaca Al Quran dengan tujuan agar dikatakan sebagai orang yang hafal sebagai peringatan!
Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu disebutkan, Rasulullah ﷺ bersabda :
إِنَّ أَوَّلَ النَّاسِ يُقْضَى يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَيْهِ رَجُلٌ اسْتُشْهِدَ، فَأُتِيَ بِهِ فَعَرَّفَهُ نِعَمَهُ فَعَرَفَهَا، قَالَ: فَمَا عَمِلْتَ فِيهَا؟ قَالَ: قَاتَلْتُ فِيكَ حَتَّى اسْتُشْهِدْتُ، قَالَ: كَذَبْتَ، وَلَكِنَّكَ قَاتَلْتَ لِأَنْ يُقَالَ: جَرِيءٌ، فَقَدْ قِيلَ، ثُمَّ أُمِرَ بِهِ فَسُحِبَ عَلَى وَجْهِهِ حَتَّى أُلْقِيَ فِي النَّارِ، وَرَجُلٌ تَعَلَّمَ الْعِلْمَ، وَعَلَّمَهُ وَقَرَأَ الْقُرْآنَ، فَأُتِيَ بِهِ فَعَرَّفَهُ نِعَمَهُ فَعَرَفَهَا، قَالَ: فَمَا عَمِلْتَ فِيهَا؟ قَالَ: تَعَلَّمْتُ الْعِلْمَ، وَعَلَّمْتُهُ وَقَرَأْتُ فِيكَ الْقُرْآنَ، قَالَ: كَذَبْتَ، وَلَكِنَّكَ تَعَلَّمْتَ الْعِلْمَ لِيُقَالَ: عَالِمٌ، وَقَرَأْتَ الْقُرْآنَ لِيُقَالَ: هُوَ قَارِئٌ، فَقَدْ قِيلَ، ثُمَّ أُمِرَ بِهِ فَسُحِبَ عَلَى وَجْهِهِ حَتَّى أُلْقِيَ فِي النَّارِ
“Sesungguhnya orang yang pertama kali dijatuhkan putusannya pada hari kiamat adalah seseorang yang mati syahid. Lalu diapun didatangkan, kemudian disebutkan berbagai nikmat yang telah diberikan kepadanya dan dia pun mengakuitnya. Allah berfirman kepadanya : “Apa yang telah engkau kerjakan atas segala nikmat tersebut?” Dia menjawab : “Aku berperang karena Engkau hingga aku mati syahid” Allah berfirman : “Engkau telah berdusta, akan tetapi engkau berperang agar dikatakan sebagai orang yang gagah berani, dan hal itu telah dikatakan kepadamu”. Kemudian diapun diperintahkan agar diseret di atas wajahnya lalu dilemparkan ke dalam neraka. Dan seseorang yang belajar ilmu, mengajarkannya dan membaca Al Quran. Kemudian ia dihadirkan, lalu disebutkan berbagai nikmat yang telah diberikan kepadanya dan diapun mengakuinya. Allah berfirman : “Apa yang telah engkau kerjakan atas segala nikmat tersebut?” Dia menjawab : “Aku mempelajari ilmu dan mengajarkannya, dan aku membaca Al Quran karena Engkau” Allah berfirman : “Engkau telah berdusta, akan tetapi engkau mempelajari ilmu agar dikatakan sebagai seorang alim, dan engkau membaca Al Quran agar engkau dikatakan sebagai seorang qari’, dan hal itu telah dikatakan kepadamu”. Kemudian diapun diperintahkan agar diseret di atas wajahnya lalu dicampakkan ke dalam api neraka…” (Muslim 1905)
- Mengamalkan kandungan Al Quran
Hal tersebut dilakukan dengan jalan menghalalkan apa yang dihalalkan oleh Al Quran dan mengharamkan apa yang telah diharamkan olehnya. Berhenti (melakukan perbuatan) ketika dilarang olehnya dan mengerjakan apa yang diperintah olehnya. Mengamalkan setiap ayat-ayat yang muhkam dan beriman terhadap ayat-ayat yang mutasyaabih. Dan menegakkan setiap hukum dan hurufnya.
Terdapat larangan yang sangat keras perihal orang-orang yang telah diberi Al Quran namun tidak mengamalkan kandungannya. Dalam riwayat Samurah bin Jundab disebutkan tentang mimpi Nabi ﷺ:
قَالاَ: انْطَلِقْ، فَانْطَلَقْنَا حَتَّى أَتَيْنَا عَلَى رَجُلٍ مُضْطَجِعٍ عَلَى قَفَاهُ وَرَجُلٌ قَائِمٌ عَلَى رَأْسِهِ بِفِهْرٍ – أَوْ صَخْرَةٍ – فَيَشْدَخُ بِهِ رَأْسَهُ، فَإِذَا ضَرَبَهُ تَدَهْدَهَ الحَجَرُ، فَانْطَلَقَ إِلَيْهِ لِيَأْخُذَهُ، فَلاَ يَرْجِعُ إِلَى هَذَا حَتَّى يَلْتَئِمَ رَأْسُهُ وَعَادَ رَأْسُهُ كَمَا هُوَ، فَعَادَ إِلَيْهِ، فَضَرَبَهُ، قُلْتُ: مَنْ هَذَا؟ قَالاَ: انْطَلِقْ فَانْطَلَقْنَا [ ثم فسر له ذلك صلى الله عليه وسلم فقال:] وَالَّذِي رَأَيْتَهُ يُشْدَخُ رَأْسُهُ، فَرَجُلٌ عَلَّمَهُ اللَّهُ القُرْآنَ، فَنَامَ عَنْهُ بِاللَّيْلِ وَلَمْ يَعْمَلْ فِيهِ بِالنَّهَارِ، يُفْعَلُ بِهِ إِلَى يَوْمِ القِيَامَةِ
“… keduanya mengatakan : “pergilah!” Maka kamipun beranjak pergi hingga kami menjumpai seseorang yang berbaring terlentang diatas tengkuknya, dan seseorang yang berdiri diatas kepalanya dengan sebuah pemukul atau sebuah batu besar, lalu ia memecahkan kepala orang yang berbaring tersebut. Dan setelah ia memukulkan batu itu di kepalanya, batu tersebut terguling, kemudian ia mengambil batu tersebut, dan tidaklah ia kembali kepada orang ini melainkan kepalanya telah sembuh dan kembali seperti sedia kala. Lalu iapun kembali menimpakan batu tersebut ke kepala orang yang berbaring tadi. Aku bertanya : “Siapa ini”. mereka berdua berkata : “pergilah!” (kemudian hal tersebut dijelaskan kepada Beliau ﷺ), Dan orang yang engkau lihat kepalanya ditimpa dengan batu besar adalah seseorang yang Allah telah ajarkan kepadanya Al Quran namun di malam hari ia tidur, tidak membacanya, dan di siang hari tidak mengamalkannya. Siksaan seperti itu akan ditimpakan kepadanya hingga hari kiamat…” (Bukhori 1386)
- Anjuran untuk mengingat Al Quran dan menjaganya
Mengingat-ingat Al Quran adalah dengan membiasakan diri membaca Al Quran dan berupaya mengingatnya. Adapun menjaganya adalah berusaha dengan sungguh-sungguh dalam menjaganya dengan tetap konsisten mempelajari dan membacanya (Fathul Bari)
Orang yang menyibukkan diri dengan menghafal Al Quran dan telah menghafalnya, jika tidak menjaganya dengan mempelajarinya dan mengingat-ingat kembali, maka hafalannya akan mudah terlupakan. Al Quran sangatlah mudah lepas dari dada seseorang. Oleh karena itu, wajib bagi kita untuk memperhatikannya, sering mempelajarinya dan membacanya.
Nabi ﷺ pernah memberikan perumpamaan kepada kita perihal keadaan orang yang menghafal Al Quran dan memperhatikannya, dengan seseorang yang melalaikannya. Diriwayatkan dari Ibnu Umar radhiyallaahu ‘anhuma, bahwa Rasulullah ﷺ bersabda :
إِنَّمَا مَثَلُ صَاحِبِ القُرْآنِ، كَمَثَلِ صَاحِبِ الإِبِلِ المُعَقَّلَةِ، إِنْ عَاهَدَ عَلَيْهَا أَمْسَكَهَا، وَإِنْ أَطْلَقَهَا ذَهَبَتْ
“Sesungguhnya perumpamaan pemilik Al Quran bagaikan pemilik unta yang sedang terikat. Jika ia menjaganya dengan baik tentu ia akan memegangnya dengan erat, namun jika ia melepaskannya maka unta tersebut akan lari darinya” (Bukhori 5031, Muslim 789)
Dan dalam riwayat Abu Musa disebutkan bahwa Nabi ﷺ bersabda :
تَعَاهَدُوا القُرْآنَ، فَوَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَهُوَ أَشَدُّ تَفَصِّيًا مِنَ الإِبِلِ فِي عُقُلِهَا
“Jagalah Al Quran. Demi Rabb yang mana jiwaku ada di tangan-Nya, sesungguhnya Al Quran sangatlah mudah lepas dibanding seekor unta yang berada dalam ikatannya” (Bukhori 5033)
Al Hafidz Ibnu Hajar rahimahullah menerangkan perumpamaan yang disampaikan oleh Nabi ﷺ diatas, “Beliau ﷺ menyamakan antara mempelajari Al Quran dan terus menerus membacanya seperti ikatan pada seekor unta yang dikhawatirkan terlepas dan lari. Selama ia senantiasa menjaga Al Quran maka hafalannya juga akan senantiasa ada. Sebagaimana halnya seekor unta, setiap kali unta tersebut diikat erat dengan tali, maka unta tersebut akan tetap terjaga. Dan pengkhususan penyebutan unta dalam hadis diatas dikarenakan unta adalah hewan peliharaan manusia yang paling mudah lepas, dan akan sangat sulit menemukan hewan tersebut jika dia telah lepas”
Diterjemahkan dari Kitab al Adab oleh Aziz Setiawan
(Bersambung Insyaallah)