oleh: al-Ustadz Ali Ahmad bin Umar
DUKA INI MENGINGATKAN
Tak ada yang salah rasanya pada kesedihan
Karena duka kehilangan
Begitu menekan
Hingga tetesan air mata tak tertahan
Walau banyak suara
Yang berkata
Bahwa air mata
Sesuatu yang amat berharga
Bagi seorang pria
Tapi duka dan kesedihan
Adalah rasa kemanusiaan
Yang mengalir atas duka kehilangan
Begitu hangat bila tak beriring ratapan
Menyentak diri merenung
Bahwa Kehidupan kematian
Pertemuan dan Perpusahan
Suka dan duka berjalan
Takkan lepas dari ketentuan
Qadha dan Qadar yang ditetapkan
Ketika usia mendaki
Maut pun menuruni
Kedua melintas
Di simpan ajal
Perjalanan ke negeri abadi
Segera dimulai
Dalam sepi
Dinegeri persinggahan
Pertanyaan dimulai
Adakah jawaban akan membahagiakan
Atau menyengsarakan
Kecerdasan sejati terbukti
Jika bekal untuk hari ini…
Telah lama dipersiapkan
Karena setelahnya
Perjalanan panjan pun bermula…
Saat kebangkitan tiba
Penuh kedahsyatan
Takan lagi menghiraukan
Tidak pula dihiraukan
50 ribu tahun di Mahsyar
Menanti perhisaban
Mentari mendahagakan
Adakah harapan
Kan dapat meneguk minuman
Di telaga Rasul tercinta
Ataukah….
Diri akan terusir
Akibat cinta tak berjalan diatas Ittiba’
Padahal cinta telah dibuktikan
Namun mengapa cinta tidak didapatkan…
Lalu bagaimanakah diri
Ketika semua kesholihan ditampakkan
Pahala oun diperlihatkan
Namun seketika
Semua sirna tak berbekas
Akibat amal tanpa keikhlasan
Matahari begitu dekat
Keringat dosa membanjiri
Mata nanar kengerian
Menatap azab yang dijanjikan
Sebelum melangkah menuju shirat
Empat pertanyaan diberikan
Umur…untuk apa dihabiskan
Ilmu….adakah diamalkan
Harta..darimana didapatkan
Kemanakah diinfaqkan
Jasmani untuk apa dipergunakan
Saat amal kurang dalam timbangan
Adakah syafaat didapatkan…?
Bagaimanakah diri
Saat dipenyembrangan
Melintas kait kait neraka
Akankah diselamatkan
Atau dikait menuju jahannam
Sungguh hanya Rahmat dan Ampunan
Dari Rabb Yang Maha Perkasa
Maha Adil dan Maha Sempurna
Yang dapat menyelamatkan
Hingga ke surga kita di masukkan
Maka bersiaplah untuk kematian dan setelahnya
Sebab persiapan itu bagian ketakwaan
Jangan menanti malam menutupi siang
Karena kita tak pernah tahu
Akankah hidup menjelang fajar
Hidup dan waktu laksana kendi
Mencurah air tetes demi tetes
Air habis kendipun pecah
Kesempatan berakhir sudah
Sungguh kalau setelah kematian
Kita dibiarkan dan tidak dibangkitkan
Maka kematian itu
Menjadi tempat peristirahatan
Namun setelah kematian
Kita dibangkitkan
Dan ditanya atas segala nikmat yang diberikan
Masikah diri terlena
Dalam dusta dan tipuan kefanaan
Ilahi….
Tiada tempaat gantungan do’a dan harapan
Melainkan kepada Engkau
Zat Yang Maha Sempurna
Limpahkanlah kepada kami
Rahmat dan Ampunan Mu
Istiqamahkan kami
Di atas Islam dan Sunnah
Anugrahkan kami HUSNUL KHATIMAH
Washalallahu’ala nabiyina Muhammadin wa’ala Aalihi wa shah bihi ajma’in.
Aamiin Aamiin Ya Rabbal ‘alamin
Ali Ahmad bin Umar
Jum’at,20 Dzulhijjah 1442H