بَابُ الخَوْفِ مِنَ الشِّرْكِ، وَقَوْلُ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ: ﴿إِنَّ ٱللهَ لَا يَغفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِۦ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَٰلِكَ لِمَن يَشَآءُۚ وَمَن يُشرِك بِاللهِ فَقَدِ ٱفتَرَىٰٓ إِثمًا عَظِيمًا (٤٨) ﴾
Bab takut dari kesyirikan. Dan Firman Allah azza wa jalla: “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.” (QS. an-Nisa` (4): 48,116)
وَقَوْلُ الْخَلِيْلِ عَلَيْهِ السَّلَامُ: ﴿وَٱجۡنُبۡنِي وَبَنِيَّ أَن نَّعۡبُدَ ٱلۡأَصۡنَامَ﴾
Dan perkataan al-Kholil ‘alaihissalaam, “Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berkata: “Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini (Mekah), negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku daripada menyembah berhala-berhala.” (QS. Ibrahim (14): 35)
Korelasi hubungan antara bab dengan Kitaabuttauhid
Bahwasannya penulis rahimahullah tatkala dia telah menyebut tauhid, keutamaannya dan perealisasiannya, maka relevan dia menyebut rasa takut dari lawan tauhid; yaitu syirik, agar seorang mukmin waspada kepadanya dan takut kesyirikan itu akan menimpa dirinya.
Kosakata:
[الخَوْفِ] antisipasi dari perkara yang tidak disukai; lawan dari keamanan
[الشِّرْكِ] memalingkan sesuatu dari ibadah kepada selain Allah.
[لَا يَغفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِۦ] Yaitu bahwa Allah tidak akan memaafkan seorang hamba yang bertemu dengan-Nya sementara dia menyebah selain-Nya.
[وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَٰلِكَ] Yaitu Dia akan mengampuni dosa-dosa selain syirik.
[لِمَن يَشَآءُۚ] Yaitu bagi orang yang Dia menghendaki ampunan baginya dari kalangan hamba-hamba-Nya sesuai dengan karunia dan hikmah-Nya.
[الْخَلِيْلِ] Yaitu orang yang telah mencapai setinggi-tingginya derajat cinta; dan yang dimaksud dengannya adalah Ibrahim ‘alaihissalaam yang Allah telah menjadikannya sebagai khalil (kekasih).
[وَٱجۡنُبۡنِي وَبَنِيَّ] Jadikanlah aku dan mereka pada satu sisi lalu berikanlah batasan yang jauh dari yang demikian (menyembah berhala)
[ٱلۡأَصۡنَامَ] Bentuk jama’ dari shonam; yaitu yang telah dipahat dalam bentuk rupa manusia, atau hewan.
Makna global bagi ayat yang pertama
Bahwasannya Allah subhaanahu wata’aalaa tengah memberitakan sebuah berita yang ditegaskan; bahwa Dia tidak akan mengampuni seorang hamba yang bertemu dengan-Nya sementara dia mensekutukan-Nya, untuk kemudian memperingatkannya dari kesyirikan, dan bahwa Dia akan mengampuni dosa-dosa selain syirik bagi orang yang Dia kehendaki untuk Dia ampuni sebagai bentuk anugerah dan kebaikan untuknya agar kita tidak putus asa dari rahmat Allah.
Makna Global Ayat Yang Kedua
Bahwasannya Ibrahim al-Kholil ‘alaihissalaam tengah berdo’a kepada Rabb-nya azza wa jalla untuk menjadikan beliau dan anak keturunannya di sisi yang jauh dari peribadatan kepada berhala, dan agar Allah menjauhkan jarak antara beliau dengan peribadatan kepada berhala, dikarenakan fitnah sebab berhala adalah besar, dan tidak aman terjerumus ke dalamnya.
Korelasi hubungan kedua ayat bagi bab
Bahwasannya ayat yang pertama menunjukkan bahwa kesyirikan adalah sebesar-besarnya dosa, dikarenakan orang yang mati di atasnya tidak akan diampuni. Maka ini mewajibkan ketakutan yang sangat terhadap dosa ini, yang sedemikian rupa urusannya.
Sementara ayat yang kedua menunjukkan bahwa Ibrahim ‘alaihissalaam takut kesyirikan akan mengenai diri beliau, lantas beliau berdo’a kepada Allah agar menyelamatkan beliau darinya. Maka bagaimana lagi dengan selain beliau.
Maka kedua ayat menunjukkan akan wajibnya takut terhadap kesyirikan.
Faidah yang bisa diambil dari kedua ayat:
- Bahwasannya kesyirikan adalah sebesar-besarnya dosa; dikarenakan Allah subhaanahu wata’aalaa telah memberitakan bahwa Dia tidak akan mengampuni dosa tersebut bagi orang yang belum bertaubat darinya.
- Bahwa dosa apapun selain syirik, jika dia belum bertaubat darinya, maka ia masuk di bawah masyii-ah (kehendak) Allah; jika Allah mau, maka Allah akan mengampuninya tanpa pertaubatan; dan jika Dia mau, maka Dia akan menyiksanya. Maka di dalam hal ini terdapat dalil akan bahayanya kesyirikan.
- Rasa takut terhadap kesyirikan; maka sesungguhnya Ibrahim ‘alaihissalaam sementara beliau adalah pemimpinnya orang yang beragama lurus, yang telah menghancurkan berhala-berhala dengan tangannya- takut kesyirikan akan mengenai dirinya, maka bagaimana pula seharusnya orang yang dibawah beliau?
- Disyariatkannya berdo’a untuk menolak bala`, bahwa manusia tidak pernah merasa tidak butuh terhadap Rabb-nya.
- Disyariatkannya manusia berdo’a untuk dirinya sendiri dan keturunannya.
- Bantahan terhadap orang-orang bodoh yang mereka berkara, ‘Kesyirikan tidak akan pernah terjadi pada umat ini’, lalu mereka merasa aman darinya, kemudian diapun terjerumus ke dalamnya.
Sumber: at-Ta’liiq al-Mukhtashar al-Mufiid, Syaikh Shalih bin Fauzan bin ‘Abdillah al-Fauzan