Hadits Hadits Tentang Ramadhan Dan Puasa (35)
Di Antara Pembatal Puasa: Kedatangan Haidh Bagi Wanita
(Oleh: al-Ustadz Muslim al-Atsari, hafizhahullah)
HADITS ABU SA’ID radhiyallaahu ‘anhu,
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: « أَلَيْسَ إِذَا حَاضَتْ لَمْ تُصَلِّ وَلَمْ تَصُمْ، فَذَلِكَ نُقْصَانُ دِينِهَا»
Dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallaahu ‘anhu dia berkata: Nabi ﷺ bersabda: “Bukankah kalau wanita itu mengalami haidh, dia tidak shalat dan juga tidak berpuasa? Itulah kekurangan agama wanita.”([1])
HADITS ‘AISYAH radhiyallaahu ‘anhuma,
عَنْ مُعَاذَةَ، قَالَتْ: سَأَلْتُ عَائِشَةَ فَقُلْتُ: مَا بَالُ الْحَائِضِ تَقْضِي الصَّوْمَ، وَلَا تَقْضِي الصَّلَاةَ؟ فَقَالَتْ: أَحَرُورِيَّةٌ أَنْتِ؟ قُلْتُ: لَسْتُ بِحَرُورِيَّةٍ، وَلَكِنِّي أَسْأَلُ.
قَالَتْ: “كَانَ يُصِيبُنَا ذَلِكَ، فَنُؤْمَرُ بِقَضَاءِ الصَّوْمِ، وَلَا نُؤْمَرُ بِقَضَاءِ الصَّلَاةِ”
Dari Mu’adzah, aku bertanya kepada Aisyah, aku berkata, “Mengapa wanita haidh mengqodho’ puasa namun mengqodho’ sholat?” Namun Aisyah bertanya, “Apakah kamu dari golongan Haruriyyah (Khowarij)?”. Aku menjawab: “Aku bukan Haruriyyah, tetapi aku bertanya?”.
Beliau berkata: “Dahulu kami mengalami haid (pada masa Rasulullah ﷺ), lalu kami diperintahkan mengqodho’ puasa, namun kami tidak diperintahkan mengqodho’ sholat.”([2])
HADITS ‘AISYAH radhiyallaahu ‘anhuma,
عَنْ الأَسْوَدِ، عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ: “كُنَّا نَحِيضُ عَلَى عَهْدِ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، ثُمَّ نَطْهُرُ، فَيَأْمُرُنَا بِقَضَاءِ الصِّيَامِ، وَلَا يَأْمُرُنَا بِقَضَاءِ الصَّلَاةِ.
Dari Al-Aswad, dari Aisyah, beliau berkata: “Dahulu kami mengalami haid (pada masa Rasulullah ﷺ) kemudian kami suci, lalu beliau memerintahkan kami mengqodho’ puasa, namun beliau tidak memerintahkan kami mengqodho’ sholat.”
Imam Tirmidzi berkata: “Hadits ini diamalkan oleh Ahli ilmu, kami tidak mengetahui perselisihan di antara mereka, bahwa wanita haidh mengqodho’ puasa, namun tidak mengqodho’ sholat.”([3])
FAWAID HADITS:
1- Bertanya kepada ahli ilmu di dalam masalah agama yang belum jelas.
2- Wanita yang sedang haidh tidak boleh mengerjakan sholat dan puasa. Namun boleh berdzikir, juga boleh membaca Al-Qur’an menurut pendapat yang kuat.
3- Wanita haidh yang tidak mengerjakan sholat, tidak wajib mengqodho’ sholat ketika sudah suci.
4- Wanita haidh yang tidak mengerjakan puasa, wajib mengqodho’ puasa ketika sudah suci.
5- Agama laki-laki lebih sempurna daripada wanita. Sebab wanita yang sedang haidh tidak boleh mengerjakan sholat dan puasa.
6- Beragama adalah dengan dalil, bukan dengan akal atau perasaan semata.
7- Pemahaman yang benar di dalam agama adalah pemahaman para sahabat, yang mengikuti Al-Qur’an dan As-Sunnah.
8- Pemahaman golongan Haruriyyah (Khowarij) termasuk menyimpang. Mereka dikenal ghuluw (melewati batas) di dalam beragama. Seperti: mengkafirkan pelaku dosa besar, mewajibkan qodho sholat bagi wanita hadih, dan lainnya.
Inilah sedikit penjelasan tentang hadits yang agung ini. Semoga Alloh subhaanahu wa ta’aalaa selalu memudahkan kita untuk melaksanakan ketaatan dan menjauhi kemaksiatan. Dan selalu membimbing kita di atas jalan kebenaran menuju ridho dan sorga-Nya yang penuh kebaikan.([4])
_____________________
Footnote:
([2]) HR. Muslim, no. 335/69; Ahmad, no. 25951. Dishohihkan oleh Syaikh Syu’aib Al-Arnauth di dalam Takhrijul Musnad
([3]) HR. Tirmidzi, no. 787. Dishohihkan oleh Syaikh Al-Albani
([4]) Sragen, Ahad bakda Ashar, 13-Romadhon-1442 H / 25-April-2021 M