Berkata al-Állaamah Abdullah bin Husein bin Thahir Baálawiy rahimahullah:
Berdusta Atas Nama Allah Dan Rasul-Nya
وَالْكِذْبُ عَلىَ اللَّهِ وَعَلىَ رَسُوْلِهِ
“Dan Berdusta Atas Nama Allah dan Rasul-Nya.”
Allah ﷻ berfirman:
وَلَا تَقُولُواْ لِمَا تَصِفُ أَلسِنَتُكُمُ ٱلكَذِبَ هَٰذَا حَلَٰلٌ وَهَٰذَا حَرَامٌ لِّتَفتَرُواْ عَلَى ٱللهِ ٱلكَذِبََ إِنَّ ٱلَّذِينَ يَفتَرُونَ عَلَى ٱللهِ ٱلكَذِبَ لَا يُفلِحُونَ ١١٦
“Dan janganlah kamu mengatakan terhadap apa yang disebut-sebut oleh lidahmu secara dusta “ini halal dan ini haram”, untuk mengada-adakan kebohongan terhadap Allah. Sesungguhnya orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah tiadalah beruntung.” (QS. an-Nahl: 116)
Allah ﷻ berfirman:
وَيَومَ ٱلقِيَٰمَةِ تَرَى ٱلَّذِينَ كَذَبُواْ عَلَى ٱللهِ وُجُوهُهُم مُّسوَدَّةٌۚ أَلَيسَ فِي جَهَنَّمَ مَثوٗى لِّلمُتَكَبِّرِينَ ٦٠
“Dan pada hari kiamat kamu akan melihat orang-orang yang berbuat dusta terhadap Allah, mukanya menjadi hitam. Bukankah dalam neraka Jahannam itu ada tempat bagi orang-orang yang menyombongkan diri?” (QS. Az-Zumar: 60)
Al-Hasan al-Bashri rahimahullah berkata
هُمْ الَّذِينَ يَقُولُونَ إنْ شِئْنَا فَعَلْنَا، وَإِنْ شِئْنَا لَمْ نَفْعَلْ
“Mereka adalah orang-orang yang mengatakan, ‘Jika kami mau, maka kami lakukan, dan jika kami mau, maka kami tidak lakukan.”
Allah ﷻ berfirman:
قَالَ لَهُم مُّوسَىٰ وَيلَكُم لَا تَفتَرُواْ عَلَى ٱللهِ كَذِبًا فَيُسحِتَكُم بِعَذَابٍ وَقَد خَابَ مَنِ ٱفتَرَىٰ ٦١
“Musa berkata kepada mereka, “Celakalah kalian, janganlah kalian mengada-adakan kedustaan atas nama Allah, karena Dia akan membinasakan kalian dengan siksa”. Dan sesungguhnya telah merugi orang yang mengada-adakan kedustaan.” (QS. Thaha: 61)
Seperti juga orang yang berdusta atas nama Rasulullah ﷺ, misal dalam masalah memberikan janji maupun ancaman, atau untuk mendukung kebid’ahan atau kesesatan, atau yang selainnya.
Dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu dia berkata, Nabi ﷺ bersabda,
مَنْ كَذَبَ عَلَيَّ مُتَعَمِّدًا فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ
“Barangsiapa berdusta atas (nama)ku dengan sengaja, maka bersiaplah menempati tempat duduknya dari neraka.”([1])
Al-Mughirah rahimahullah berkata, Saya mendengar Rasulullah ﷺ bersabda:
إِنَّ كَذِبًا عَلَيَّ لَيْسَ كَكَذِبٍ عَلَى أَحَدٍ فَمَنْ كَذَبَ عَلَيَّ مُتَعَمِّدًا فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنْ النَّارِ
“Sesungguhnya berdusta atas namaku tidaklah sama dengan berdusta atas nama orang lain. Karena barangsiapa yang berdusta atas namaku dengan sengaja maka hendaklah dia mempersiapkan tempat duduknya dari neraka.”([2])
Dari Salamah bin Akwa radhiyallaahu ‘anhu, ia berkata. Aku telah mendengar Nabi ﷺ bersabda :
مَنْ يَقُلْ عَلَيَّ مَا لَمْ أَقُلْ فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ
“Barangsiapa yang mengatakan atas (nama)ku apa-apa (perkataan) yang tidak pernah aku ucapkan, maka hendaklah ia mengambil tempat duduknya di neraka”.([3])
Bentuk-bentuk berdusta atas nama Allah dan Rasul-Nya secara sengaja ada banyak bentuk, di antaranya:
- Berkomentar atau menjawab dalam masalah agama tanpa ilmu yang benar, baik komentarnya (kebetulan) benar apalagi jika salah, yang kemudian dia berkata dusta atas nama Allah, hingga kemudian dia sesat menyesatkan, serta binasa dan membinasakan.
Allah ﷻ berfirman menyebutkan 4 jenis dosa yang menjadi penyebab timbulnya semua dosa,
قُل إِنَّمَا حَرَّمَ رَبِّيَ ٱلفَوَٰحِشَ مَا ظَهَرَ مِنهَا وَمَا بَطَنَ وَٱلإِثمَ وَٱلبَغيَ بِغَيرِ ٱلحَقِّ وَأَن تُشرِكُواْ بِاللهِ مَا لَم يُنَزِّل بِهِۦ سُلطَٰنًا وَأَن تَقُولُواْ عَلَى ٱللهِ مَا لَا تَعلَمُونَ٣٣
“Katakanlah: “Rabbku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang nampak ataupun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar, (mengharamkan) mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan hujjah untuk itu, dan (mengharamkan) mengada-adakan terhadap Allah apa yang tidak kalian ketahui.” (QS. Al-A’raf: 33)
Termasuk di dalamnya mengatakan mubah terhadap sesuatu yang dilarang dan sebaliknya. Atau mengatakan sunnah sesuatu yang wajib dan sebaliknya. Atau mengatakan haram sesuatu yang halal dan sebaliknya.
- Mengklaim bahwa dirinya didatangi oleh malaikat Jibril. Ini jelas kedustaan atas nama Allah radhiyallaahu ‘anhu, karena Jibril ‘alaihissalaam itu hanya turun mendatangi manusia atas perintah Allah ﷻ.
- Mengklaim bahwa dia melihat Nabi ﷺ dalam mimpinya padahal dia sendiri tidak mengetahui bagaimana ciri-ciri fisik Rasulullah ﷺ.
- Mengklaim bahwa dia menerima suatu ajaran baru dari Allah atau Rasul-Nya dalam mimpi.
- Meyakini atau berbuat perkara baru dalam agama, baik berupa keyakinan, ucapan, maupun amalan. Baik dia yang menjadi pencetus perkara baru tersebut maupun dia hanya sekedar ikut-ikutan.
- Menceritakan atau membenarkan hadits yang lemah sekali atau yang palsu, dengan meyakini bahwa Nabi ﷺ pernah mengucapkannya.
- Menceritakan atau menisbatkan suatu hadits dari Nabi ﷺ padahal dia belum mengetahui keadaan sebenarnya dari hadits tersebut, apakah shahih atau lemah.
- Beramal dengan hadits yang lemah apalagi yang palsu, baik dalam fadhail al-a’mal apalagi dalam masalah hukum-hukum.
- Menyebarkan pemikiran yang menyimpang lantas mengatas namakan Islam, semisal mengatakan bom bunuh diri sebagai jihad dan semacamnya.
Wallahu a’lam.
(Makalah Kajian Syarah Sullamauttaufik oleh Ust. Muhammad Syahri di Rumah Bpk. H. Jarot Jawi Prigen)
__________________________________
Footnote:
([1]) HR. al-Bukhari (107), Muslim (3)
([2]) HR. Al-Bukhari (1209), Muslim (4)
([3]) Hadits shahih riwayat Imam Bukhari (1/35) dll, hadits ini diriwayatkan juga oleh Imam Ahmad (4/47) dengan lafadz yang sama dengan hadits No. 1,4,5,6 & 8