-
Demikian pula, disana mereka mendapatkan kasur-kasur serta dipan-dipan yang empuk, hal itu seperti yang dijelaskan oleh Allah Ta’ala dalam firmanNya:
[arabic-font]﴿ عَلَىٰ سُرُرٖ مَّوۡضُونَةٖ . مُّتَّكِِٔينَ عَلَيۡهَا مُتَقَٰبِلِينَ ﴾[/arabic-font]
“Mereka berada di atas dipan yang bertahta emas dan permata. Seraya bertelekan di atasnya berhadap-hadapan”. (QS al-Waaqi’ah: 15-16).
Dalam kesempatan yang lain Allah juga berfirman:
[arabic-font]﴿ مُتَّكِِٔينَ عَلَىٰ فُرُشِۢ بَطَآئِنُهَا مِنۡ إِسۡتَبۡرَقٖۚ وَجَنَى ٱلۡجَنَّتَيۡنِ دَانٖ ﴾[/arabic-font]
“Mereka bertelekan di atas permadani yang bagian dalamnya dari sutera. Dan buah-buahan di kedua surga itu dapat (dipetik) dari dekat”. (QS ar-Rahman: 54).
Mereka berada di atas dipan yang bertahtakan emas dan permata, sebagaimana digambarkan dalam firmanNya:
“Dan kasur-kasur yang tebal lagi empuk”. (QS al-Waaqi’ah: 34).
Imam Ibnu Qoyim mengatakan:
Bertelekan permadani yang dalamnya dari sutera
Jangan disangka betapa putih kain suteranya
Empuk diatasnya bersenderan
Berdua bersama kekasih hatinya, nyaman
Sambil bersendau diatas dipan tanpa terlihat
Tetangga, berduaan dalam kesenangan
Luput dari pandangan setiap orang
Sedangkan keduanya memakai baju yang sama
-
Juga mendapati bantal-bantal yang tersusun. Sebagaimanan yang dijelaskan dalam firmanNya:
[arabic-font]﴿ لَّيۡسَ ٱلۡبِرَّ أَن تُوَلُّواْ وُجُوهَكُمۡ قِبَلَ ٱلۡمَشۡرِقِ وَٱلۡمَغۡرِبِ وَلَٰكِنَّ ٱلۡبِرَّ مَنۡ ءَامَنَ بِٱللَّهِ وَٱلۡيَوۡمِ ٱلۡأٓخِرِ ﴾[/arabic-font]
“Dan bantal-bantal sandaran yang tersusun”. (QS al-Ghasyiyah: 15).
Yang dimaksud dengan Namaariq di dalam ayat adalah bantal untuk bersandar yang tersusun rapi disamping kiri dan kanannya.
Allah Azza wa jalla berfirman:
[arabic-font]﴿ لَّيۡسَ ٱلۡبِرَّ أَن تُوَلُّواْ وُجُوهَكُمۡ قِبَلَ ٱلۡمَشۡرِقِ وَٱلۡمَغۡرِبِ وَلَٰكِنَّ ٱلۡبِرَّ مَنۡ ءَامَنَ بِٱللَّهِ وَٱلۡيَوۡمِ ٱلۡأٓخِرِ ﴾[/arabic-font]
“Dan permadani-permadani yang terhampar”. (QS al-Ghaasyiyah: 16).
Ibnul Qoyim menyatakan dalam bait qasidahnya:
Ini, walaupun permadani dan sutera
Serta karpetnya, telah di sifati namun itu tidak mencukupinya
-
Begitu pula, mereka menjumpai kemah (rumah) yang besar.
Lihatlah firman Allah Ta’ala berikut ini:
“(Bidadari-bidadari) yang jelita, putih bersih, dipingit dalam rumah”. (QS ar-Rahman: 72).
Sedangkan rumah yang ada didalam surga, maka ia terbuat dari mutiara kering yang panjangnya enam puluh mil, adapun satu mil di sana sama dengan enam ribu jengkal, dan itu diperuntukan bagi seorang mukmin. Di dalam rumah tersebut dia tinggal bersama para istri-istrinya, yang masing-masing dari mereka tidak melihat satu dengan yang lainnya.
Hal itu berdasarkan sebuah hadits yang telah sampai kepada kita, dan hadits ini shahih dikeluarkan melalui jalur sahabat Abu Musa al-As’ari, namanya adalah Abdullah bin Qais radhiyallahu ‘anhu. Dikatakan bahwasannya Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
[arabic-font](( إِنَّ لِلْمُؤْمِنِ فِى الْجَنَّةِ لَخَيْمَةً مِنْ لُؤْلُؤَةٍ وَاحِدَةٍ مُجَوَّفَةٍ طُولُهَا سِتُّونَ مِيلاً لِلْمُؤْمِنِ فِيهَا أَهْلُونَ يَطُوفُ عَلَيْهِمُ الْمُؤْمِنُ فَلاَ يَرَى بَعْضُهُمْ بَعْضًا ))[/arabic-font]
“Sesungguhnya seorang mukmin kelak disurga akan mendapatkan rumah yang terbuat dari mutiara kering, panjangnya enam puluh mil. Di dalamnya dia bisa menggilir istri-istrinya, namun mereka satu sama lain tidak bisa saling melihatnya”.1
[arabic-font](( طُولُهَا فِى السَّمَاءِ سِتُّونَ مِيلاً فِى كُلِّ زَاوِيَةٍ مِنْهَا أَهْلٌ لِلْمُؤْمِنِ لاَ يَرَاهُمُ الآخَرُونَ ))[/arabic-font]
Dalam riwayat yang lain, dikatakan: “Yang tingginya menjulang kelangit, enam puluh mil. Dan pada setiap pojok ada istrinya, yang masing-masing mereka tidak bisa melihat satu sama lain“.2
[arabic-font](( عَرْضُهَا سِتُّونَ مِيلاً فِى كُلِّ زَاوِيَةٍ مِنْهَا أَهْلٌ مَا يَرَوْنَ الآخَرِينَ يَطُوفُ عَلَيْهِمُ الْمُؤْمِنُ ))[/arabic-font]
Dalam salah satu riwayat, dikatakan: “Yang panjangnya rumah tersebut, enam puluh mil. Dan pada setiap pojok ada istrinya, yang masing-masing mereka tidak bisa melihat satu sama lain, dan dia bisa menggilir istri-istrinya tersebut“.3
Sedangkan Imam Ibnu Qoyim menyatakan dalam bait qasidahnya:
Bagi seorang hamba, kelak disurga ia mendapat istana
Yang terbuat dari mutiara, buatan Rahman
Enam pulih mil, menjulang tinggi diangkasa
Pada setiap pojok ada wanita-wanita cantik
Yang menggodanya, namun mereka tidak bisa melihat satu sama lainnya
Karena begitu luas istana yang dimilikinya.
Bersambung…
(Diterjemahkan dari kitab al-Iimaan bi al-Yaumi al-Aakhir, oleh Syaikh Muhammad Ahmad al-‘Amari)
1 . HR Muslim no: 7337. Dalam Bab: Fii Shifati Khiyami Ahlil Janah.
2 . HR Muslim no: 7339.
3. HR Muslim no: 7338.