(28) Arahan Nabi ﷺ Tentang Zakat Fithr

 

عَنْ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ : ( فَرَضَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ زَكَاةَ الْفِطْرِ صَاعًا مِنْ تَمْرٍ أَوْ صَاعًا مِنْ شَعِيرٍ عَلَى الْعَبْدِ وَالْحُرِّ وَالذَّكَرِ وَالْأُنْثَى وَالصَّغِيرِ وَالْكَبِيرِ مِنْ الْمُسْلِمِينَ وَأَمَرَ بِهَا أَنْ تُؤَدَّى قَبْلَ خُرُوجِ النَّاسِ إِلَى الصَّلَاةِ)

 

Dari Ibnu ‘Umar L, dia berkata, ‘Rasulullah ﷺ mewajibkan zakat al-fithr satu sha’ kurma, atau satu sha’ gandum atas budak, orang merdeka, laki-laki, perempuan, anak kecil dan dewasa dari kaum muslimin. Dan beliau memerintahkan untuk mengeluarkannya sebelum keluarnya manusia menuju shalat.” (HR. al-Bukhari)

 

Wahai hamba Allah,

 

1. Keluarkanlah zakat fithr, dikarenakan ia adalah sebuah kewajiban. Dan wajib dikeluarkan dengan terbenamnya matahari pada malam hari raya. Dan ukurannya adalah satu sha’ (empat mud dengan ukuran mud (cakupan dua telapak tangan) laki-laki sedang), berkisar 3 kg beras.

 

Pilihlah beras atau makanan yang baik, dan jangan dikeluarkan yang jelek.

 

Allah ﷻ telah berfirman,

 

لَن تَنَالُواْ ٱلبِرَّ حَتَّىٰ تُنفِقُواْ مِمَّا تُحِبُّونَ

 

“Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai.” (QS. Ali ‘Imran (3): 92)

 

2. Setiap orang wajib untuk mengeluarkan satu sha’ dari makanan atas nama dirinya sendiri, dan tidak disyaratkan makanan tertentu, bahkan yang dikeluarkan adalah makanan negeri tersebut, berupa korma, gandum, beras, jagung, atau selainnya, yang termasuk makanan penduduk negeri tersebut.

 

Hal ini berdasarkan hadits Abu Sa’id al-Khudhriy I, dia berkata,

 

كُنَّا نُعْطِيهَا فِي زَمَانِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَاعًا مِنْ طَعَامٍ أَوْ صَاعًا مِنْ تَمْرٍ أَوْ صَاعًا مِنْ شَعِيرٍ أَوْ صَاعًا مِنْ زَبِيبٍ فَلَمَّا جَاءَ مُعَاوِيَةُ وَجَاءَتْ السَّمْرَاءُ قَالَ أُرَى مُدًّا مِنْ هَذَا يَعْدِلُ مُدَّيْنِ

 

“Dulu kami memberikannya di zaman Nabi ﷺ satu sha’ makanan, atau sha’ korma, atau satu sha’ gandum, atau satu sha’ kismis. Maka tatkala Mu’awiyah datang, dan samra` (sejenis gandum yang lebih baik dari sya’ir) maka ditetapkan bahwa satu mud dari jenis gandum ini menyamai dua mud (dari jenis gandum lain).” (HR. al-Bukhari)

 

3. Wajib mengeluarkannya sekalipun terhadap anak kecil yang belum berpuasa. Demikian juga orang gila, wanita nifas, sakit yang selain mereka dari kaum muslimin.

 

Maka jika ada seorang anak kecil memiliki harta, maka dikeluarkanlah dari hartanya, jika sang istri memiliki harta maka dia mengeluarkannya dari hartanya. Jika suaminya mengeluarkannya atas namanya, atau bapaknya, dan semacamnya mengeluarkannya atas nama seorang anak kecil, maka hal itu boleh.

 

Berdasarkan hadits Ibnu ‘Umar L, dia berkata,

 

فَرَضَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ زَكَاةَ الْفِطْرِ صَاعًا مِنْ تَمْرٍ أَوْ صَاعًا مِنْ شَعِيرٍ عَلَى الْعَبْدِ وَالْحُرِّ وَالذَّكَرِ وَالْأُنْثَى وَالصَّغِيرِ وَالْكَبِيرِ مِنْ الْمُسْلِمِينَ وَأَمَرَ بِهَا أَنْ تُؤَدَّى قَبْلَ خُرُوجِ النَّاسِ إِلَى الصَّلَاةِ

 

“Rasulullah ﷺ mewajibkan zakat fithr satu sha’ korma, atau satu sha’ gandum atas budak, orang merdeka, laki-laki, perempuan, yang kecil, maupun yang dewasa dari kaum muslimin. Dan beliau memerintahkan untuk ditunaikan sebelum keluarnya manusia menuju shalat.” (HR. al-Bukhari)

 

4. Disunnahkan bagi Anda untuk mengeluarkan zakat fithr sebelum keluarnya Anda menuju shalat ‘ied. Maka perhatikanlah hal itu, yaitu keluarkan zakat fithr sebelum keluarnya Anda menuju shalat ‘ied.

 

Di dalam hadits Ibnu ‘Umar L, bahwa beliau ﷺ bersabda,

 

وَأَمَرَ بِهَا أَنْ تُؤَدَّى قَبْلَ خُرُوجِ النَّاسِ إِلَى الصَّلَاةِ

 

“Dan beliau memerintahkannya untuk ditunaikan sebelum keluarnya manusia menuju shalat.” (HR. al-Bukhari)

 

5. Boleh mengeluarkannya sebelum shalat ‘ied sehari, atau dua hari sebelumnya.

 

Al-Bukhari meriwayatkan, seraya berkata,

 

وَكَانَ ابْنُ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا يُعْطِيهَا الَّذِينَ يَقْبَلُونَهَا وَكَانُوا يُعْطُونَ قَبْلَ الْفِطْرِ بِيَوْمٍ أَوْ يَوْمَيْنِ

 

“Dan adalah Ibnu ‘Umar L memberikan zakat fithr kepada orang-orang yang berhak menerimanya, dan adalah mereka diberikan zakat mereka sebelum hari raya, sehari atau dua hari sebelumnya.” (HR. al-Bukhari)

 

6. Perhatianlah dengan mengeluarkan zakat fithr kepada kaum faqir dan orang-orang yang membutuhkan diantara kaum muslimin. Dan janganlah Anda menundanya hingga setelah shalat ‘ied.

 

Jika Anda mengakhirkannya setelah shalat ‘ied, maka itu bukanlah zakat yang diterima, akan tetapi itu adalah shadaqah dari shadaqah-shadaqah (biasa). Dan ketahuilah bahwasannya di dalamnya terdapat penyucian bagi Anda wahai orang yang berpuasa dari kesia-siaan, dan rafats yang kadang terjadi pada puasa Anda, dan di dalamnya terdapat juga pemberian makanan kepada orang-orang miskin.

 

Berdasarkan hadits Ibnu ‘Abbas L, dia berkata,

 

فَرَضَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ زَكَاةَ الْفِطْرِ طُهْرَةً لِلصَّائِمِ مِنْ اللَّغْوِ وَالرَّفَثِ وَطُعْمَةً لِلْمَسَاكِينِ مَنْ أَدَّاهَا قَبْلَ الصَّلَاةِ فَهِيَ زَكَاةٌ مَقْبُولَةٌ وَمَنْ أَدَّاهَا بَعْدَ الصَّلَاةِ فَهِيَ صَدَقَةٌ مِنْ الصَّدَقَاتِ

 

“Rasulullah ﷺ mewajibkan zakat fithr sebagai penyuci bagi orang yang berpuasa dari kesia-siaan, dan rafats, dan sebagai makanan bagi orang-orang miskin. Barangsiapa menunaikannya sebelum shalat, maka ia adalah zakat yang diterima, dan barangsiapa menunaikannya setelah shalat, maka ia adalah satu shadaqah, dari shadaqah-shadaqah.” (HR. Abu Dawud)

 

7. Dan sungguh telah datang pada sebagian hadits-hadits dha’if agar orang-orang miskin dibuat cukup dengan zakat fithr dari mengelilingi manusia pada hari raya. Maka bersungguh-sungguhlah wahai kaum muslimin untuk menyampaikan zakat tersebut kepada orang-orang miskin sebelum keluarnya Anda menuju shalat hari raya, agar pencukupan mereka benar-benar terealisasi.

 

Al-Hafizh berkata didalam Bulughul Maram, ‘Dan riwayat milik Ibnu ‘Adiy dari jalur lain, dan ad-Daraquthni dengan sanad dha’if,

 

اغْنُوهُمْ عَنِ اَلطَّوَافِ فِي هَذَا اَلْيَوْمِ

 

“Cukupkanlah mereka dari mengelilingi manusia (untuk meminta-minta) pada hari ini.”

 

(Pelajaran Kedua puluh enam Dari Kitab an-Nabiy Shallallaahu ‘Alaihi Wa Sallama fii Ramadhaan (Tsalaatsuuna Darsan), Syaikh Muhammad bin Syami bin Mutho’in Syaibah, dialih bahasakan oleh Muhammad Syahri)

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *