2. Memperhatikan Kekhusyu’an Dalam Shalat
Allah ﷻ berfirman,
قَد أَفلَحَ ٱلمُؤمِنُونَ ١ ٱلَّذِينَ هُم فِي صَلَاتِهِمۡخَٰشِعُونَ ٢
“Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu’ dalam sembahyangnya.” (QS. al-Mukminuun: 1-2)
Allah ﷻ berfirman,
حَٰفِظُواْ عَلَى ٱلصَّلَوَٰتِ وَٱلصَّلَوٰةِ ٱلوُسطَىٰ وَقُومُواْ لِلهِ قَٰنِتِينَ ٢٣٨
“Peliharalah semua shalat(mu), dan (peliharalah) shalat wusthaa. Berdirilah untuk Allah (dalam shalatmu) dengan khusyu’.” (QS. al-Baqarah (2): 238) ([1])
Dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu, beliau berkata, ‘Suatu hari Rasulullah ﷺ shalat, kemudian beliau berpaling (selesai mengerjakan shalat). Lalu bersabda,
«يَا فُلَانُ، أَلَا تُحْسِنُ صَلَاتَكَ؟ أَلَا يَنْظُرُ الْمُصَلِّي إِذَا صَلَّى كَيْفَ يُصَلِّي؟ فَإِنَّمَا يُصَلِّي لِنَفْسِهِ »
“Wahai Fulan! Tidakkah engkau memperbaiki shalatmu? Tidakkah seorang yang shalat itu melihat bagaimana dia shalat? Dikarenakan dia shalat (pahalanya) untuk dirinya sendiri.” ([2])
(bersambung)
(Dialih bahasakan oleh Muhammad Syahri dari kitab as-Shalaat Wa Atsaruhaa Fi Ziyaadatil Iimaan Wa Tahdziibin Nafsi, Syaikh Husain al-‘Awayisyah)
_____________________
Footnote:
([1]) Ibnu Katsir rahimahullaah berkata dalam Tafsirnya, ‘Maksudnya, yaitu orang yang khusyu’ dan merendahkan diri.” Dan di dalam Shahiih Muslim, bab Haramnya Berbicara Di Dalam Shalat, dari Zaid bin Arqom radhiyallaahu ‘anhu. Dia berkata,
كُنَّا نَتَكَلَّمُ فِي الصَّلَاةِ، يُكَلِّمُ الرَّجُلُ صَاحِبَهُ وَهُوَ إِلَى جَنْبِهِ فِي الصَّلَاةِ حَتَّى نَزَلَتْ {وَقُومُوا لِلهِ قَانِتِينَ} فَأُمِرْنَا بِالسُّكُوتِ، وَنُهِينَا عَنِ الْكَلَامِ
‘Kami dulu berbicara dalam shalat. Seseorang mengajak berbicara orang yang disampingnya hingga turunlah ayat, ‘Berdirilah karena Allah (dalam shalatmu) dengan khusyu’.’ Maka kami diperintahkan untuk diam dan kami dilarang berbicara (dalam shalat).”
([2]) Dari Shahih Muslim, bab Perintah Memperbaiki Shalat, Menyermpurnakan, Dan Khusyu’ Di Dalamnya.