17- Anjuran Menyembelih Qurban Sendiri, Dan Boleh Mewakilkan
HADITS ANAS BIN MALIK
عَنْ أَنَسٍ، قَالَ: «ضَحَّى النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِكَبْشَيْنِ أَمْلَحَيْنِ أَقْرَنَيْنِ، ذَبَحَهُمَا بِيَدِهِ، وَسَمَّى وَكَبَّرَ، وَوَضَعَ رِجْلَهُ عَلَى صِفَاحِهِمَا»
Dari Anas, dia berkata: Nabi ﷺ berqurban dengan dua domba jantan yang berwarna putih campur hitam, keduanya bertanduk. Beliau menyembelih sendiri, membaca basmalah dan bertakbir, beliau meletakkan satu kakinya pada sisi kambing itu.([1])
HADITS LAKI-LAKI ANSHOR
عَنْ أَبِي الْخَيْرِ، أَنَّ رَجُلًا مِنَ الْأَنْصَارِ حَدَّثَهُ، عَنْ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَنَّهُ أَضْجَعَ أُضْحِيَّتَهُ لِيَذْبَحَهَا، فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِلِرَّجُلِ: «أَعِنِّي عَلَى ضَحِيَّتِي»، فَأَعَانَه.
Dari Abul Khoir, bahwa seorang laki-laki dari Anshor memberitakan kepadanya, dari Rosululloh ﷺ, bahwa beliau membaringkan hewan qurban-nya untuk menyembelih-nya. Lalu Rosululloh ﷺ bersabda kepada laki-laki itu, “Bantulah aku (memegangi) hewan qurban-ku!” Maka dia membantu beliau”.([2])
HADITS JABIR BIN ABDILLAH
عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللهِ…قَالَ: فَكَانَتْ جَمَاعَةُ الْهَدْيِ الَّذِي أَتَى بِهِ عَلِيٌّ مِنَ الْيَمَنِ، وَالَّذِي أَتَى بِهِ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِائَةً، فَنَحَرَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِيَدِهِ ثَلَاثَةً وَسِتِّينَ، ثُمَّ أَعْطَى عَلِيًّا فَنَحَرَ مَا غَبَرَ، وَأَشْرَكَهُ فِي هَدْيِهِ، ثُمَّ أَمَرَ مِنْ كُلِّ بَدَنَةٍ بِبَضْعَةٍ، فَجُعِلَتْ فِي قِدْرٍ، فَأَكَلَا مِنْ لَحْمِهَا، وَشَرِبَا مِنْ مَرَقِهَا، ثُمَّ قَالَ نَبِيُّ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «قَدْ نَحَرْتُ هَاهُنَا، وَمِنًى كُلُّهَا مَنْحَرٌ »
Dari Jabir bin Abdillah…, dia berkata: “Rombongan hewan (onta) hadyu yang dibawa oleh ‘Ali dari Yaman, dan yang dibawa oleh Nabi ﷺ berjumlah seratus. Lalu Rosululloh ﷺ menahr (menyembelih) dengan tangannya 63 onta. Lalu beliau memberikan kepada ‘Ali, lalu ‘Ali menahr (menyembelih) onta yang sisanya. Beliau menyertakan ‘Ali di dalam hadyu-nya.
Lalu beliau memerintahkan agar dari tiap-tiap onta diambil sebagian daging, lalu dimasak di dalam periuk. Keduanya memakan dagingnya dan meminum kuahnya.
Kemudian Nabi ﷺ bersabda: “Aku telah menahr (menyembelih) di sini, dan semua lokasi di Mina adalah tempat menyembelih”.([3])
FAWAID HADITS:
Ada beberapa faedah yang bisa kita ambil dari hadits-hadits ini, antara lain:
1- Di antara hewan qurban yang utama adalah domba jantan, yang berwarna putih campur hitam, dan bertanduk.
Sebab Nabi ﷺ pernah berqurban dengan hewan dengan sifat demikian.
2- Cara menyembelih kambing atau sapi adalah dengan membaringkan-nya pada sisi kirinya, lalu juru sembelih meletakkan satu kakinya pada sisi hewan itu, lalu membaca basmalah, bertakbir, dan membaca doa agar qurban diterima.
3- Disukai menyembelih hadyu atau qurban sendiri, namun boleh mewakilkan kepada orang muslim lainnya.
4- Boleh meminta bantuan orang lain untuk memegangi hewan qurban yang akan disembelih.
5- Disukai memperbanyak hadyu, di waktu haji wada’ hadyu Nabi ﷺ berjumlah seratus ekor onta.
6- Orang yang menyembelih hadyu atau qurban boleh memasak sebagian dagingnya, dan memakannya.
7- Di musim haji pada waktu penyembelihan, yaitu tanggal 10-13 Dzulhijjah, semua lokasi di Mina adalah tempat penyembelihan. Tidak harus di lokasi Nabi ﷺ menyembelih.
Inilah sedikit penjelasan tentang hadits-hadits yang agung ini. Semoga Alloh ﷻ selalu memudahkan kita untuk melaksanakan ketaatan dan menjauhi kemaksiatan. Dan selalu membimbing kita di atas jalan kebenaran menuju sorga-Nya yang penuh kebaikan.
Ditulis oleh Muslim Atsari,
Sragen, Selasa, Bakda Isya’, 23-Dzulqo’dah-1443 H / 21-Juni-2022
________________
Footnote:
([1]) HR. Bukhori, no. 5565; Muslim, no. 1966/17; Abu Dawud, no. 2794; Ibnu Khuzaimah, no. 2895
([2]) HR. Ahmad, no. 23168. Dishohihkan oleh Syaikh Syu’aib Al-Arnauth di dalam Takhrij Musnad Ahmad
([3]) HR. Ahmad, no. 14440; Abu Ya’la, no. 2126. Syaikh Syu’aib Al-Arnauth berkata di dalam Takhrij Musnad Ahmad, “Shohih menurut syarat imam Muslim”. Syaikh Husain Salim Asad berkata di dalam Takhrij Musnad Abu Ya’la, “Sanadnya shohih”.