Alasan-Alasan Lemah Wanita Yang Tidak Mau Berhijab (1)

hijab-itu-kewajiban

Terdapat diantara kaum wanita yang berkata, ‘Aku belum rela untuk berhijab.’

Maka jawaban terhadap wanita ini dari dua sisi

 

Sisi pertama, kita katakan kepadanya, apakah Engkau rela dengan kebenaran agama Islam? Maka jawaban darinya pastilah, ‘Ya, aku rela, dan aku mengucapkan laa ilaaha illallaah Muhammadur Rasulullah.’

 

Maka kita katakan bahwa Allah telah memerintah dengan berbagai perintah, dan Rasulullah telah datang dengan membawa berbagai syari’at. Dan bahwa berhijab adalah termasuk syari’at Islam, dan yang memerintahnya adalah Allah di dalam kitab-Nya dan Rasul-Nya di dalam sunnah beliau.

 

Maka apakah ada seorang muslim yang berakal saat dia rela dengan Islam akan berkata, ‘Aku lepaskan perintah-perintahnya’? Jawabannya adalah, ‘Tidak.’ Dikarenakan seorang muslim yang sebenarnya, yang dia ridha Allah sebagai Tuhannya, dan Islam sebagai agamanya, Allah telah berfirman tentang mereka,

 

مَا كَانَ لِمُؤمِنٍ وَلَا مُؤمِنَةٍ إِذَا قَضَى ٱللهُ وَرَسُولُهُۥٓ أَمرًا أَن يَكُونَ لَهُمُ ٱلخِيَرَةُ مِنۡ أَمرِهِم وَمَن يَعصِ ٱللهَ وَرَسُولَهُۥ فَقَد ضَلَّ ضَلَٰلًا مُّبِينًا ٣٦

 

Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. dan Barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya Maka sungguhlah Dia telah sesat, sesat yang nyata. (QS. Al-Ahzab (33): 36)

 

Allah berfirman,

 

إِنَّمَا كَانَ قَولَ ٱلمُؤمِنِينَ إِذَا دُعُوٓاْ إِلَى ٱللهِ وَرَسُولِهِۦ لِيَحكُمَ بَينَهُم أَن يَقُولُواْ سَمِعنَا وَأَطَعنَاۚ وَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلمُفلِحُونَ ٥١

 

Sesungguhnya jawaban oran-orang mukmin, bila mereka dipanggil kepada Allah dan Rasul-Nya agar Rasul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah ucapan. “Kami mendengar, dan Kami patuh”. dan mereka Itulah orang-orang yang beruntung. (QS. an-Nuur (24): 51)

 

Kesimpulannya, jika wanita ini rela dengan Islam, maka bagaimanakah dia tidak rela dengan perintah-perintahnya?

 Ada juga yang berkata, ‘Udaranya panas di negeriku, dan aku tidak kuasa menanggungnya, lalu bagaimanakah kiranya jika aku mengenakan hijab?

Allah berfirman tentang orang-orang semisal mereka,

 

قُل نَارُ جَهَنَّمَ أَشَدُّ حَرًّاۚ لَّو كَانُواْ يَفقَهُونَ ٨١

 

Katakanlah: “Api neraka Jahannam itu lebih sangat panas(nya)” jika mereka mengetahui. (QS. at-Taubah (9): 81)

 

Maka bagaimanakah Anda membandingkan panasnya negerimu dengan panasnya neraka Jahannam?

 

Ketahuilah wahai saudariku yang mulia, bahwa syetan telah menjebak Anda dengan salah satu talinya yang rapuh untuk mengeluarkan Anda dari panasnya dunia menuju neraka Jahannam. Maka selamatkanlah diri Anda dari jaring-jaringnya, dan jadikanlah panas matahari itu adalah sebuah nikmat, bukan kesengsaraan. Dimana dia akan mengingatkan Anda tentang laut Jahannam yang panasnya mengungguli panas (matahari) ini dengan panas yang berlipat ganda. Maka pada saat itu Anda akan kembali kepada Allah, dan Anda korbankan kesenangan dunia dalam jalan keselamatan dari api neraka yang Allah telah berfirman tentang penghuninya,

 

لَّا يَذُوقُونَ فِيهَا بَردًا وَلَا شَرَابًا ٢٤ إِلَّا حَمِيمًا وَغَسَّاقًا ٢٥

 

Mereka tidak merasakan kesejukan di dalamnya dan tidak (pula mendapat) minuman, selain air yang mendidih dan nanah, (QS. an-Naba` (78): 24-25)

 

Kesimpulannya adalah, kita katakan kepada wanita itu,

 

«حُفَّتِ الْجَنَّةُ بِالْمَكَارِهِ، وَحُفَّتِ النَّارُ بِالشَّهَوَاتِ»

 

 “Sorga dikitari dengan perkara-perkara yang dibenci, dan neraka dikitari dengan syahwat (yang menyenangkan nafsu).” (HR. Muslim)

 

Terdapat juga wanita yang berkata, ‘Saya khawatir, jika saya mengikat diri dengan hijab, suatu kali saya akan menanggalkannya lagi, sungguh saya telah melihat banyak wanita yang melakukannya.’

 

Maka kita katakan kepada saudari ini,

 

Seandainya setiap manusia berfikir dengan logika ini, maka pastilah mereka akan meninggalkan agama ini baik secara global maupun rinci. Pastilah mereka akan meninggalkan shalat, dikarenakan sebagian mereka khawatir meninggalkannya; pastilah mereka akan meninggalkan puasa, karena mayoritasnya khawatir meninggalkannya… dan seterusnya.

 

Tidakkah Anda melihat bagaimana syetan menancapkan tali-tali jeratnya hingga memalingkan Anda dari jalan kebenaran?

 

Sementara Allah cinta dengan berlangsung terusnya ketaatan sekalipun ketaatan itu sedikit, ataupun sunnah. Maka bagaimana pula jika hal itu adalah sebuah kewajiban yang difardhukan semisal hijab?!

 

Nabi telah memberitakan kepada kita bahwa,

 

« أَنَّ أَحَبَّ الْعَمَلِ إِلَى اللهِ أَدْوَمُهُ وَإِنْ قَلَّ»

 

“Sesungguhnya amal yang paling dicintai oleh Allah adalah yang paling langgeng (dikerjakan) sekalipun sedikit.” (HR. Muslim)

 

Maka mengapa Anda tidak mencari sebab-sebab yang membawa mereka untuk meninggalkan hijab, kemudian Anda menjauhinya, dan lalu Anda mengamalkannya setelah lolos darinya?

 

Mengapa Anda tidak mencari sebab-sebab keteguhan diatas hidayah dan kebenaran hingga Anda konsisten dengannya?

 

Maka diantara sebab-sebab keteguhan itu adalah,

 

  1. Banyak berdo’a meminta keteguhan hati diatas agama.

 

Imam at-Turmudzi telah meriwayatkan dari Anas I, bahwa Nabi bersabda,

 

«يَا مُقَلِّبَ القُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَى دِينِكَ»

 

“Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku diatas agama-Mu.” (Shahihul Jaami’, 7864)

 

  1. Konsisten (mengikat diri) dengan segenap syari’at Islam, yang diantaranya adalah berhijab.

 

Allah berfirman,

 

وَلَو أَنَّهُم فَعَلُواْ مَا يُوعَظُونَ بِهِۦ لَكَانَ خَيرًا لَّهُم وَأَشَدَّ تَثبِيتًا ٦٦

 

Dan sesungguhnya kalau mereka melaksanakan pelajaran yang diberikan kepada mereka, tentulah hal yang demikian itu lebih baik bagi mereka dan lebih menguatkan (iman mereka). (QS. an-Nisaa` (4): 66)

 

Kesimpulannya, sesungguhnya Anda, jika Anda berpegang teguh dengan sebab-sebab hidayah, lalu Anda merasakan manisnya iman, maka pastilah Anda tidak akan meninggalkan perintah-perintah Allah setelah Anda konsisten dengannya.

 

  1. Berteman dengan wanita-wanita yang baik, dikarenakan mereka adalah sebaik-baik penolong di zaman keterasingan dan banyaknya fitnah.

 

وَٱصبِر نَفسَكَ مَعَ ٱلَّذِينَ يَدعُونَ رَبَّهُم بِٱلغَدَوٰةِ وَٱلعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجهَهُۥۖ وَلَا تَعدُ عَينَاكَ عَنهُم تُرِيدُ زِينَةَ ٱلحَيَوٰةِ ٱلدُّنيَا وَلَا تُطِع مَن أَغفَلنَا قَلبَهُۥ عَن ذِكرِنَا وَٱتَّبَعَ هَوَىٰهُ وَكَانَ أَمرُهُۥ فُرُطًا ٢٨

 

Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas. (QS. al-Kahfi (18): 28)

  1. Menghadiri majelis ilmu.
  2. Menghafalkan al-Qur`an al-Karim dan membaca wirid harian.
  3. Rajin shalat, dan bersabar diatas ketaatan.

 

وَٱستَعِينُواْ بِٱلصَّبرِ وَٱلصَّلَوٰةِۚ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلَّا عَلَى ٱلخَٰشِعِينَ ٤٥

 

Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. dan Sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’. (QS. al-Baqarah (2): 45)

 

(Diambil dari Kitab Silsilah Akhthaaunnisaa` (1) Akhthooun Nisa fi al-Libaas Wa az-Ziinah, Syaikh Nada Abu Ahmad, alih bahasa oleh Muhammad Syahri)

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *