3 Do’a Nabiyullah Sulaiman ‘alaihissalaam (1)

عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرٍو رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا، عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «لَمَّا فَرَغَ سُلَيْمَانُ بْنُ دَاوُدَ مِنْ بِنَاءِ بَيْتِ الْمَقْدِسِ سَأَلَ اللهَ ثَلَاثًا: حُكْمًا يُصَادِفُ حُكْمَهُ، وَمُلْكًا لَا يَنْبَغِي لَأَحَدٍ مِنْ بَعْدِهِ، وَأَلَّا يَأْتِيَ هَذَا الْمَسْجِدَ أَحَدٌ لَا يُرِيدُ إِلَّا الصَّلَاةَ فِيهِ إِلَّا خَرَجَ مِنْ ذُنُوبِهِ كَيَوْمِ وَلَدَتْهُ أُمُّهُ. أَمَّا اثْنَتَانِ فَقَدْ أُعْطِيَهُمَا، وَأَرْجُو أَنْ يَكُونَ قَدْ أُعْطِيَ الثَّالِثَةَ»

Dari ‘Abdullah bin ‘Amr radhiyallaahu ‘anhuma, dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda, “Tatkala Sulaiman bin Daud selesai dari membangun Baitul Maqdis, beliau meminta tiga hal kepada Allah; hukum yang bertepatan dengan hukum-Nya; kerajaan yang tidak layak bagi seorangpun setelahnya; dan agar tidak ada seorangpun yang mendatangi masjid ini, yang dia tidak menginginkan kecuali shalat di dalamnya, melainkan dia keluar dari dosa-dosanya seperti hari ibunya melahirkannya. Adapun dua do’a (yang pertama) maka sungguh keduanya telah diberikan kepdanya, dan aku berharap dia telah diberi (permohonan) yang ketiga.”

(HR. Ibnu Majah)([1])

Perkara pertama yang diambil faidahnya dari hadits yang diberkahi ini adalah bahwa pembangun masjid al-Aqsha adalah Sulaimanalaihissalaam, namun para peneliti dari kalangan para ulama condong kepada pendapat bahwa Ibrahimalaihissalaam adalah orang yang pertama kali membangunnya, kemudian Sulaiman membangunnya dengan bangunan yang lebih besar dari bangunan yang pertama.

Maka Masjid al-Haram adalah masjid pertama yang telah dibangun. Allah subhaanahuu wa ta’aalaa berfirman,

إِنَّ أَوَّلَ بَيتٖ وُضِعَ لِلنَّاسِ لَلَّذِي بِبَكَّةَ مُبَارَكٗا وَهُدٗى لِّلعَٰلَمِينَ ٩٦

Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadat) manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah (Mekah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia.” (QS. Ali ‘Imran (3): 96)

Dan pembangunannya adalah melalui tangan Ibrahim dan Isma’ilalaihimassalaam, Allah subhaanahuu wa ta’aalaa berfirman,

وَإِذۡ يَرفَعُ إِبرَٰهِ‍ۧمُ ٱلقَوَاعِدَ مِنَ ٱلبَيتِ وَإِسمَٰعِيلُ

Dan (ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan (membina) dasar-dasar Baitullah bersama Ismail…” (QS. al-Baqarah (2): 127)

Dan setelahnya, dibangunlah Masjid al-Aqsha. Abu Dzar radhiyallaahu ‘anhu pernah bertanya kepada Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam, seraya dia berkata,

أَيُّ مَسْجِدٍ وُضِعَ فِي الْأَرْضِ أَوَّلَ؟ قَالَ: «الْمَسْجِدُ الْحَرَامُ». قَالَ: قُلْتُ: ثُمَّ أَيٌّ؟ قَالَ: «الْمَسْجِدُ الْأَقْصَى». قُلْتُ: كَمْ كَانَ بَيْنَهُمَا؟ قَالَ: «أَرْبَعُونَ سَنَةً»

 “Masjid manakah yang dibangun pertama kali di bumi? Maka beliau menjawab, ‘Masjid al-Haram.’ Dia berkata, ‘Saya berkata, ‘Kemudian yang mana?’ Beliau menjawab, ‘Masjil al-Aqsha.’ Saya katakan, ‘Berapa (tahun jarak pembangunan) diantara keduanya?’ Beliau menjawab, ‘Empat puluh tahun.’ (HR. Syaikhani)([2])

Dan ini adalah masa Ibrahimalaihissalaam. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata, ‘Masjid al-Aqsha ada pada masa Ibrahimalaihissalaam. Akan tetapi Sulaimanalaihissalaam membangunnya dengan bangunan yang besar. Maka masing-masing dari ketiga masjid, dibangun oleh seorang Nabi yang mulia agar dia dan manusia shalat di dalamnya.’ (al-Fatawa, 27/351)

Do’a yang pertama adalah lurus di dalam hukum.

Maka makna hukman yuwaafiqu hukmahu, adalah hukum yang bersesuaian dengan hukum Allah, dan tidak kontradiksi dengannya. Dia meminta kelurusan dan taufiq di dalam ucapan.

Dan sungguh Allah subhaanahuu wa ta’aalaa telah memuliakan beliau dengannya. Allah subhaanahuu wa ta’aalaa berfirman,

وَدَاوُۥدَ وَسُلَيمَٰنَ إِذ يَحكُمَانِ فِي ٱلحَرۡثِ إِذۡ نَفَشَت فِيهِ غَنَمُ ٱلقَوۡمِ وَكُنَّا لِحُكمِهِمۡ شَٰهِدِينَ ٧٨ فَفَهَّمنَٰهَا سُلَيمَٰنَۚ وَكُلًّا ءَاتَينَا حُكمٗا وَعِلمٗاۚ وَسَخَّرۡنَا مَعَ دَاوُۥدَ ٱلجِبَالَ يُسَبِّحنَ وَٱلطَّيرَۚ وَكُنَّا فَٰعِلِينَ ٧٩

Dan (ingatlah kisah) Daud dan Sulaiman, di waktu keduanya memberikan keputusan mengenai tanaman, karena tanaman itu dirusak oleh kambing-kambing kepunyaan kaumnya. dan adalah Kami menyaksikan keputusan yang diberikan oleh mereka itu, maka Kami telah memberikan pengertian kepada Sulaiman tentang hukum (yang lebih tepat); dan kepada masing-masing mereka telah Kami berikan Hikmah dan ilmu dan telah Kami tundukkan gunung-gunung dan burung-burung, semua bertasbih bersama Daud. dan kamilah yang melakukannya.(QS. al-Anbiyaa` (21): 78-79)

As-Sa’diy rahimahullah berkata, ‘Dan ingatlah kedua Nabi yang mulia ini; Dawud dan Sulaiman, seraya memuji dan mengagungkan. Saat Allah mendatangkan bagi keduanya ilmu yang luas, dan hukum diantara para hamba. Dengan dalil firman Allah subhaanahuu wa ta’aalaa,

إِذۡ يَحكُمَانِ فِي ٱلحَرۡثِ إِذۡ نَفَشَتۡ فِيهِ غَنَمُ ٱلقَوۡمِ

“… di waktu keduanya memberikan keputusan mengenai tanaman, karena tanaman itu dirusak oleh kambing-kambing kepunyaan kaumnya…(QS. al-Anbiyaa` (21): 78) (at-Tafsir, hal. 78)

Maka firman Allah subhaanahuu wa ta’aalaa, [وَكُلًّا] (masing-masing), yaitu Dawud dan Sulaimanalaihimassalaam, [ءَاتَيۡنَا حُكۡمٗا وَعِلۡمٗاۚ] yaitu dengan segala sisi ijtihad dan jalan-jalan hukum. Al-Hasan al-Bashri rahimahullah berkata, ‘Seandainya bukan karena ayat ini, maka pastilah Engkau benar-benar melihat bahwa para hakim telah binasa. Akan tetapi Allah memuji yang ini dengan kebenarannya, dan memuji yang ini dengan ijtihadnya.’

(Diambil dari kitab Tsulaatsiyaat Nabawiyah Jilid III, DR. Mihran Mahir ‘Utsman, dialih bahasakan oleh Abu Rofi’ Muhammad Syahri)


([1]) HR. Ibnu Majah (1408), Ahmad (6644), Shahiih al-Jaami’ (2090), Shahiih at-Targhiib wa at-Tarhiib (1178)

([2]) HR. Muslim (520), al-Bukhari (3243), an-Nasa`iy (690), Ahmad (21371), Ibnu Majah (753), Ibnu Khuzaimah (787, 1290), Ibnu Hibban (1598)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *